Part 14

7.3K 198 0
                                    

💦Xoxo Kafe

Olivia POV
On

"Halo Ky, Lo sibuk Nggk?" tanya ku melalui telpon

....

"Ah~ Lo bisa Anter Gue ke RS nggk?"

....

"Bukan. Gue nggk sakit. Gue cuman mau periksa sesuatu gitu"

....

"Cakep. Jemput Gue di Xoxo kafe oke"

....

"Bye"

Aku menelpon Ricky bukan tanpa alasan. Aku hanya ingin tau kenapa aku belum hamil juga, padahal masa subur ku telah lewat.

....

"Jadi bagaimana hasilnya dok?" tanya ku pada dokter yang ku ketahui nama nya adalah Anggun. Dia teman Ricky.

"Maaf Olive. Kamu tidak hamil" jelas nya.

"Tapi masa subur ku telah lewat dokter" bantah ku.

"Itu hanya masalah biasa, kejadian seperti itu terjadi karena kalian terlalu sering melakukan hubungan badan" jelas nya lagi.

Apa?

Aku tidak hamil?

Bagaimana jika Alberth tau?

Apa yang harus aku lakukan?

"Baiklah terimakasih Anggun. Kami permisi dulu" pamit Ricky. Aku hanya diam

"Baiklah. Tapi, Lo jahat Ky. Nggk ngundang Gue ke Nikahan Lo" ketus dokter Anggun. Ku lihat Ricky hanya tersenyum masam.

Persetan dengan kata itu, Ricky merangkul ku keluar menuju mobilnya. Mungkin karena risih melihat ku diam, Ricky mencoba membuka pembicaraan.

"Hei... lo lagi mikirin apa?" tanya nya.

"Nggk ada" jawab ku datar

"Kalau gitu ayo senyum" pinta nya.

Aku hanya menarik bibir ku membentuk sebuah senyum.pahit. hanya sebentar dan kembali terdiam.

Tak ku sadari air mata ku berhasil lolos dari pelupuk mata ku. Ricky yang sedari tadi fokus dengan jalan belum juga menyadari jika aku tengah menangis.
Hingga Ricky mendengar isakan ku dan berbalik kearah ku. Melihat ku dengan tatapan khawatir.

"Olive lo kenapa? Jangan nangis dong. Entar gue dimarahin Alberth" bujuk nya.

Aku hanya menyeka Air mata ku kasar kemudian sesenggukan. Ricky memberhentikan mobilnya disebuah taman yang cukup sepi, mungkin karena cuaca siang ini sangat panas.

"Ayo turun dan berhenti menangis." pinta nya yang membukakan pintu untuk ku.

Meski tidak terisak, air mata ku belum bisa berhenti untuk keluar.

"Kita mau kemana? Ini sepi banget." ujar ku khawatir.

"Jangan Aneh pikiran Lo." seru nya.

Kami duduk disebuah kursi taman dibawah sebuah pohon yang cukup rindang.

Ricky menarik tubuhku lebih dekat padanya. Memelukku dengan menyandarkan kepala ku di dada bidangnya hingga aku bisa mendengar detak jantung nya. Normal. Tidak seperti detak jantung ku yang terpacu cukup kencang merasakan sentuhan nya.

"Sekarang, Nangis sesuka Lo" pinta nya sambil mengusap rambut ku lembut.

Memang, air mata ku sedari tadi ingin bebas namun berusaha ku tahan.

Luka Yang Kurindu (EDITING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang