Lihat saja,
Manusia-manusia kaya berdompet tebal itu,
Bahkan, bau uang saja tercium dari setelan jas dan gaun mereka.
Ah, persetan dengan mereka!
Manusia-manusia tak berperi-kemanusiaan.
Manusia-manusia yang entah hatinya sudah kemana.Memang tuan, nona
uangmu dibutuhkan disini,
Tapi bukan itu saja,
Mana rasa empati dan simpatimu?
Apakah termakan oleh timbunan kertas-kertas rupiah itu?Memang tuan, nona.
Mereka mengharapkan materimu,
Tapi apalah guna kertas-kertas itu?
Jika kau bahkan tak peduli pada mereka?
Jika kau bahkan tak mendo'akan keselamatan mereka?Persetan dengan uangmu tuan, nona.
Sanak saudaraku tersiksa disana.
Bahkan uangmu saja mungkin tak sepenuhnya sampai pada mereka.
Uang-uang itu sudah digerogoti oleh tikus-tikus bersetelan rapi.
Ah! Persetan juga dengan tikus-tikus itu!Memang tuan, nona.
Kami mengharapkan bantuanmu disini,
Tapi apalah arti kertas-kertas itu?
Jikalau rasa peduli mu tak sampai disini.Yang kalian lakukan hanyalah tersenyum melambai ke arah kamera!
Bangga dengan kebaikan yang telah kalian sebar,
Riya' dengan kebaikan yang nantinya akan menaikkan jabatan dan harkat kalian!
Itukah yang kalian harapkan?
Oh tuan, nona.
Kami bahkan akan lebih senang jika kau sudi melihat keadaan kami,
Melihat kami menderita dan butuh lebih dari sekedar materimu.
Bukan hanya mengirim kertas-kertas busuk.
Kertas-kertas busuk yang menebar bau para tikus.Wahai tuan dan nona yang hatinya sudah membusuk.
Bukan itu yang sebenarnya kami harapkan.
Kami haus akan rasa simpatimu,
Tapi,
Sudah hilangkah rasa itu?
Ah, aku pikir kehausan akan jabatan sudah merenggut rasa simpatimu itu.
Kami butuh kepedulianmu,
Tapi,
Masih adakah rasa itu?
Aku rasa sudah tidak ada lagi,
Sudah luntur oleh harkat dan martabat yang selalu kau impikan.
Masih adakah rasa empatimu itu?
Aku rasa juga sudah hilang,
Sudah lari entah kemana, muak dengan dirimu yang selalu mengharapkan nama baik dimata masyarakat.Berubahlah tuan, nona.
Aku tau aku tak pantas melawanmu,
Tapi rasa peduli dan simpatiku jauh diatasmu,
Biarlah aku tak punya uang!
Bahkan kerja saja aku belum,
Tapi setidaknya,
Aku punya hati dan empati tuan, nona.
Tak seperti dirimu,
Yang terus memberi materi, tanpa peduli.Untuk tuan dan nona yang terus memberi materi tanpa peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetesan Pena
PoetryAku memilih berkata-kata walau tak mengucap sepatah katapun. Aku memilih kertas dan pena, sebagai sahabatku. Aku memilih sajak dan puisi untuk mengekspresikan perasaanku. Dan, aku memilih, tetesan-tetesan pena sebagai air mataku. #74 dalam Poetry 30...