Dia

209 14 1
                                    

Dia teman dekatku.
Sahabatku malahan.
Aku yang paling mengenalnya.
Dia punya senyum paling menyenangkan yang pernah aku tau.
Punya tawa yang seakan hidupnya tak pernah punya beban.

Ia gadis paling bahagia yang pernah terlihat.
Dia tidak pernah pelit membagi senyuman.
Melontarkan candaan untuk teman-teman yang lain.
Sangat ekspresif saat menceritakan sesuatu.
Sangat bersemangat.
Hidupnya terlihat benar-benar bahagia.
Dan yang aku tau, dia bahagia.

"Kau terlihat sangat bahagia, aku iri padamu."
Itulah yang aku katakan.
Itulah yang orang-orang katakan.
Dia hanya tersenyum.

"Kau tau? Kadang orang yang paling bahagia adalah orang yang paling bersedih. Mereka bahkan iri dengan orang-orang yang tidak terlihat bahagia. Mereka iri.

"Betapa mudahnya hidup mereka membagi kisah duka. Sedangkan aku? Mati-matian menguburnya. Aku sakit. Dan kau tak tau sakitnya. Itu sakit, sungguh. Percayalah. Memaksakan diri sendiri untuk terlihat bahagia dengan tujuan ingin bahagia itu sakit. Sangat."

Begitu katanya.
Suaranya lirih.
Air keluar dari matanya.
Kemudian jatuh.
Dia rapuh.

Saat ia berusaha tertawa.
Sekarang aku tau, dia lebih dulu berduka.
Ia lebih dulu terluka.
Saat berkata ia hanya sedang lelah.
Aku tau, dia lebih dulu jatuh.
Ia sudah terlanjur rapuh.
Dia sakit.

Tetesan PenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang