Sama seperti buku.
Apabila telah lama dan usang,
Aku akan ditinggalkan dan dilupakan.
Sama seperti bayangan,
Aku pernah tak terlihat dan tak dianggap.
Sama seperti kembang api
Aku pernah muncul,
Bersinar,
Lalu hilang.
Tapi aku juga sama seperti hujan
Aku pernah terjatuh namun tetap kembali datang.Kulihat tubuhmu,
Bak malam tanpa bintang dan rembulan,
Gelap nan sunyi.
Kulihat lagi tubuh mu,
Tubuhmu hidup,
Tapi hatimu seolah mati,
Kulihat lagi tubuhmu.
Tak ada senyum tak ada tawa yang merekah.
Tak ada sinar yang memancar dari matamu yang mati.Siapa aku?
Aku hanyalah roh yang tinggal ditubuhmu.
Roh yang terbelenggu dalam kegelapan dan kesunyian jiwamu.
Aku hanyalah roh dengan sejuta emosi dan perasaan,
Roh yang di penuhi oleh rasa iri dan benci.Dan aku adalah roh,
Roh yang mengikuti kemana tubuhmu pergi.
Layaknya budak.
Roh yang ikut merasakan saat kau terluka.
Aku hanyalah roh,
Yang menemanimu tatkala mentari berganti dengan rembulan,
Saat malam yang dingin menusuk dadamu.Kau membaringkan tubuhmu,
Menahan kesepian yang tak tertahankan.
Tapi aku hanyalah roh,
Yang selalu menahan isak tangismu.
Aku hanyalah roh,
Yang menyembunyikan jiwa kesepian dalam dirimu.Roh yang mengendalikan otak dan syarafmu,
Roh yang mengendalikan segala emosi yang terpendam dalam hatimu,
Aku tau kau jemu.
Aku tau tubuhmu lelah.
Aku tau,
Tapi aku hanyalah roh.Ya, aku hanyalah roh.
Roh yang selalu menunggu hati terlukamu terobati.
Aku ada dalam dirimu,
Kau tak melihatku tapi aku melihatmu.
Padahal kita sama,
Aku adalah kamu dan kamu adalah aku.
Karena kau tubuh yang kesepian,
Dan adalah roh yang juga kesepian.
Tapi apa hendak dikata,
Aku adalah roh.
Dan aku hanyalah roh
Dan aku akan tetap menjadi roh.Aku, roh yang ada di tubuhmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetesan Pena
PoetryAku memilih berkata-kata walau tak mengucap sepatah katapun. Aku memilih kertas dan pena, sebagai sahabatku. Aku memilih sajak dan puisi untuk mengekspresikan perasaanku. Dan, aku memilih, tetesan-tetesan pena sebagai air mataku. #74 dalam Poetry 30...