Perlahan
Gemuruh datang
Kau pergi meniadakan titik
Memilih rintik yang tak lelah berisik
Mengais detik demi detik
Pada siapa?
Pada siapa kau peruntukkan topeng itu, Tuan?
Hidup dalam nestapa
Hanya itu
Aku tak berhenti bertanya
Hanya itu.Katanya,
Ini tentang rindu yang menggebu
Kau lucuti belati tanpa henti
Pada siapa?
Diri sendiri.
Berhenti, Tuan
Jangan sakiti
Kau sudah cukup terhakimi
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetesan Pena
PoetryAku memilih berkata-kata walau tak mengucap sepatah katapun. Aku memilih kertas dan pena, sebagai sahabatku. Aku memilih sajak dan puisi untuk mengekspresikan perasaanku. Dan, aku memilih, tetesan-tetesan pena sebagai air mataku. #74 dalam Poetry 30...