Kelam malamBulan dilumat tenggelam
Melebihi kelabu
Kala sunyi membeku
Bersama jiwa yang membatu
Rinduku semu, menggebu
Kemudian berubah jadi debu
Tuan, berhenti menelan waktu
Pelik menarik belenggu
Ya, Tuan Kelabu
Aku telah jatuh untukmu
Perlahan tertambat
Bersama malam merambat
Detik-detik magis terlambat.
-Kau tak pernah menyadari keberadaanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetesan Pena
PoetryAku memilih berkata-kata walau tak mengucap sepatah katapun. Aku memilih kertas dan pena, sebagai sahabatku. Aku memilih sajak dan puisi untuk mengekspresikan perasaanku. Dan, aku memilih, tetesan-tetesan pena sebagai air mataku. #74 dalam Poetry 30...