Dayang.

399 23 1
                                    

Aku melihatnya,
Aku melihat Sang Raja dan Ratu yang duduk bahagia berdampingan.
Aku melihatnya,
Sang Raja yang bijaksana,
Sang Raja yang aku cintai.

"Menarilah dayang-dayangku."
Aku masuk ke dalam singgasana.
Kulihat lagi,
Wajah bahagia Sang Raja itu,
Aku menari tapi hatiku seakan tertohok oleh jutaan jarum dan pisau,

Raja, aku mencintaimu.
Tapi apakah pantas?
Aku hanyalah dayangmu,
Yang kau panggil kala bosan,
Yang kau panggil hanya sekedar untuk menghibur ratumu,
Aku Si Dayang,
Yang dengan tidak tau dirinya berharap bisa jadi ratumu.

Raja, aku mencintaimu.
Tapi apakah boleh?
Aku hanya satu dari sekian banyak dayang-dayangmu,
Harusku hentikan perasaan gila ini,
Karna kau sudah punya ratumu,
Dan juga,
Tak mungkin seorang dayang rendahan sepertiku bisa memilikimu.

Aku Si Dayang,
yang dengan tidak tahu malunya mencintaimu,
Raja yang bahkan sudah bahagia bersama sang ratu.
Rendah bukan?
Memang, aku tidak tau diri.
Memang, aku tidak tau malu.

Tapi apakah salah?
Jika kau tanya diriku sendiri,
Memang salah.
Tapi apakah salah?
Apakah salah aku menyimpan perasaan ini,
Untuk diriku sendiri.

Dari aku; Si dayang.
Untuk kamu; Sang raja.

Tetesan PenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang