Part 2

3.7K 239 8
                                    

'Dialah yang pertama.'

Saat waktu sudah menunjukkan pukul 8 kurang 20 menit, Reava kembali menenangkan dirinya. Saat ini, dia merasa bahwa pilihannya kemarin adalah yang terburuk. Dia menyesal akan keputusan kilatnya yang bodoh itu.

Dengan sekali hembusan panjang nafasnya, Reava mengambil jaketnya dan memakainya, serta mendorong sepedanya keluar dari rumahnya. Dia mengunci Papae ntu rumahnya sebelum mengayuh sepedanya menuju ke Vience Club.

Sesampainya di Vience Club, Reava langsung masuk ke ruang Madam Katrin. Madam Katrin menatapnya dengan tatapan tajamnya yang sepertinya selalu ditunjukkannya pada semua orang.

"Selamat malam, Miss Alexa. Entah kebetulan atau apa, pelanggan pertamamu adalah orang yang sepantaran denganmu. Jadi kamu tidak perlu terlalu takut dengan kali pertama ini." Ucap Madam Katrin dengan sedikit nada ramah. Reava hanya tersenyum tipis.

"Sekarang bajunya seudah kusiapkan di dalam. Lalu kau masuk ke ruangan 28. Pelangganmu akan tiba sebentar lagi." Ucap Madam Katrin. Reava masuk ke dalam ruang ganti para pekerja disana. Ada loker loker tempat menaruh barang bawaan. Dan pastilah nomor 28 miliknya.

Reava membuka loker itu dan mendapati pakaian dalam berwarna merah darah dan pakaian luar berupa baju yang hanya menyerupai jaring jaring. Apa ini?! Seru Reava dalam hati.

Reava memakainya di kamar mandi yang telah disediakan disana. Dan saat keluar, dia bertemu dua orang perempuan yang sedang mengobrol. Perhatian merekapun teralihkan kepada Reava karena suara pintu kamar mandi yang terbuka.

"Hai, orang baru?" Ucap wanita yang kira kira berusia 25 tahunan. Reava mengangguk pelan.

"Gue Audrina. Ini temen gue Tamara. Dan lo?" Ucap wanita bernama Audrina itu.

"Gue Alexa."

"Kenapa lo kerja disini?" Ucap Tamara. Wanita itu tinggi dan tubuhnya berlekuk. Pasti menaikkan hasrat siapapun -pria manapun- yang melihatnya.

Reava hanya diam tanpa kata saat ditanya hal itu. Sebelum Reava menjawab, Audrina menyela, "Lo tuh mulut gak bisa dijaga. Privasi bego." Ucap Audrina.

Sekarang justru muncul pertanyaan di batin Reava, kenapa orang orang sebaik ini bisa berakhir di tempat seperti ini? Dan Reava menyimpulkan itu tidak jauh dari uang.

"Maaf maaf. Siapa tau dia jawab gitu." Ucap Tamara sambil meringis.

"Mmm... Kak, gue ke ruangan dulu. Permisi." Ucap Reava. Keduanya mengangguk serempak dan Tamara berkata, "Have fun, Alexa."

Reava berjalan pelan menuju ruangan nomor 28. Ruangan ruangan disini tampak dari luar seperti kamar hotel. Tidak heran harga per malam nya pasti tinggi. Terdengar suara desahan dan erangan dari laki laki dan perempuan. Membuat Reava meringis jijik. Heels berwarna merah yang dikenakannya berbunyi saat bersentuhan dengan lantai.

Tidak lama kemudian, Reava masuk ke dalam aamar nomor 28. Dan sungguh, ini sangat mirip dengan kamar hotel. Tidak ada debu, tidak ada ranjang bekas, dan tidak ada aroma khas percintaan yang menguar. Semuanya serasa baru dan bersih. Reava menutup pintu dan berjalan masuk perlahan. Yang dapat didengarnya sekarang hanyalah heels yang bersentuhan dengan lantai. Dia mengintip ke arah kamar mandinya. Ya... Seperti di hotel. Tidak perlu dijelaskan lagi.

Reava menenangkan diri dan duduk di tempat tidur king size yan ada di tengah ruangan itu. Dia menarik nafas panjang dan menghembuskannya kembali. Sesekali dia memegang lengan polosnya yang tidak tertutup apapun dan menggosoknya dengan tangannya. AC di ruangan ini serasa membuatnya beku seketika. Tangannya juga dingin saat mulai memikirkan apa yang akan terjadi diatas tempat tidur yang sedang dia duduki ini.

Sekitar sepuluh menit menenangkan diri, seseorang masuk ke dalam kamar itu. Dari aromanya itu adalah laki laki. Reava tidak berani menoleh sama sekali. Inilah saatnya. Jantung Reava berdetak kencang, dia berharap pria di belakangnya tidak mendengar detak jantung Reava.

Cklek.

Pintu itu dikunci oleh pria tersebut. Terdengar suara deheman disertai tempat tidur yang diduduki pria itu berguncang. Reava yakin pria itu sedang duduk di sampingnya saat ini.

Tak berapa lama setelah itu, lengan putih Reava dielus dengan lembut. Membuatnya meremang. Tak lama kemudian, lelaki itu membalik tubuh Reava.

Reava tidak tau apa yang diharapkan oleh Tuhan dengan menjadikan lelaki ini sebagai yang pertama. Reava terkejut bukan main saat melihat Reovalah yang ada satu kamar dengannya.

Reova mengernyitkan alisnya seperti berusaha mengingat sesuatu. "Lo..." Ucap Reova pelan, lebih menyerupai bisikan.

Reava memejamkan matanya dan berdoa supaya Reova tidak mengenalinya disini. Ruangan ini remang remang, dan semoga Reova menganggap itu hanya salah lihat.

"Lo cewek sore tadi, kan?" Ucapnya setengah yakin. Reava membuka matanya, memberikan pandangan heran.

"Hah? Siapa?" Ucap Reava pura pura tidak tau. Lebih baik begitu daripada Reova mengenalinya.

"Siapa nama lo?" Tanya Reova tegas.

"A-alexa." Ucap Reava pelan. Inilah alasan Reava menggunakan nama samaran. Supaya identitas aslinya lebih aman.

Reova memijat pelipisnya pelan. Entah kenapa keinginan untuk melakukan hal 'itu' langsung hilang saat melihat perempuan ini. Dia beranjak untuk tiduran di atas tempat tidur king size itu.

Reava mengernyitkan alis heran. Kenapa tiba tiba Reova tidak melakukannya?

Tiba tiba perkataan Madam Katrin kemarin merasuk dalam pikirannya. "Ingat, bertingkahlah menggoda!" Reava menarik nafas panjang dan menghembuskannya sebelum melepas jaring jaring yang digunakannya.

Melihat hal itu, sesuatu dalam diri Reova kembali memuncak. Ditambah gaya menggoda Alexa membuat Reova menepis anggapan bahwa Reava, perempuan terkilir yang ditemuinya dan teman temanya tadi sore, adalah Alexa, dan tanpa disadari Reova, nama Reava sudah terpatri di otaknya. Reova langsung bangkit dan mengangkat Alexa dan dengan segera menjatuhkannya ke atas tempat tidur.

Dan semuanya terjadi. Malam panas itu. Malam yang membuat Reava menyerahkan kesuciannya demi uang. Dan perlakuan Reova, yang mau tidak mau membuat Reava mengeluarkan semua erangannya.

Dan saat penyatuannya, Reava menjerit keras. Serasa dirinya ditembus. Sakit sekali.

Reova kembali tertegun dan meragu saat mengetahui bahwa Alexa masih suci. Dia berpikir kembali apakah Alexa adalah Reava. Dan sepertinya nama Reava terus menerus bermunculan di benaknya saat melihat wanita ini, khususnya wajah kesakitan yang sama dengan tadi sore.

"Sorry." Ucap Reova sambil menggerakkan tubuhnya. Reava hanya mengangguk pelan. Dan setelah keduanya meraih puncaknya, Reova mencium Reava dan memeluknya erat. Menghapus air mata Reava.

Dia tidak pernah melakukan ini sebelumnya, karena semua partnernya sudah tidak suci lagi. Biasanya dia langsung meninggalkan partnernya setelah melakukan hubungan itu, tetapi kali ini, dia memeluk erat wanita yang sedang menangis itu dan membiarkan wanita itu tidur dalam pelukan eratnya.

Reava menangis. Hanya menangis yang bisa dia lakukan. Harta berharganya sudah tidak berarti lagi. Sebenarnya tidak ada gunanya menyesali hal ini.

Pelukan Reova yang erat membuatnya lebih tenang. Ditambah kecupan di dahi yang didapatnya terus menerus serta kata maaf membuat Reava lebih tenang.

"Maaf... Maaf... Gue gak tau lo masih suci. Kalo lo masih suci, gue gak akan ambil lo jadi partner malam ini." Ucap Reova. Reova harus benar benar bertanya kebenaran tentang ini kepada Reava di sekolahnya besok lusa. Karena sekarang ini hari Sabtu.

Dangan sisa isakannya, akhirmya Reava tertidur dalam pelukan Reova. Meninggalkan Reova yang masih terjaga dengan sebuah pertanyaan yang sedari tadi ada di pikirannya.

Apakah Alexa dan Reava adalah orang yang sama?

★★★★★★★★

Aku udah berusaha semaksimal mungkin biar adegannya tersamar :D

Vomment yaa...:))

Callista

Reova & ReavaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang