Part 21

3K 191 12
                                    

'Inikah awal yang baru?'

Setelah mengucapkan hal itu, disinilah Reova sekarang, di sebuah restoran yang menyajikan berbagai jenis pizza, dengan Reava di hadapannya yang seolah tidak melihatnya, dan malah sibuk dengan mozarella chesee pizza-nya.

Reova hanya memperhatikan Reava dalam dalam. Menatap seluruh hal yang bisa dilihatnya dari perempuan yang tidak pernah dia jumpai selama 10 tahun. Perempuan itu tumbuh menjadi wanita dewasa yang cantik. Sangat cantik. Tubuh Reava langsing dan berlekuk di tempat yang tepat. Dan wanita di depannya ini sedang makan seloyang mozarella chesee! Waw!

Mungkin Reava tidak dapat memakan benda berlemak itu sebelum LFW. Jadi dia memuaskan dirinya untuk makan hal hal berlemak itu sekarang.

Reova memperhatikan Reava dwngan sabar. Menunggu hingga wanita itu mau mengangkat kepalanya dan menatap matanya. Dia mengambil sepotong pizza miliknya sendiri dan menggigitnya pelan sambil menunggu perempuan di hadapannya.

Reava tau. Tau kalau Reova sedang memperhatikannya yang sibuk makan. Ini memalukan. Dia makan dengan lahap dan beringas di hadapan seorang pria dewasa. Ya.. Sudah dewasa, kan? Tidak hanya Reova, tetapi dirinya juga. Dalam hati Reava menertawai dirinya sendiri. Dewasa macam apa yang bisanya hanya kabur keburan. Dia mengutuk pikiran kekanakannya dulu. Dia meletakkan sebuah cek dan sebuah kertas dengan satu kalimat, 'Gue udah lunasin hutang gue.' dan meninggalkan Reova begitu saja dengan banyak pertanyaan yang pasti menghampiri benak laki laki di depannya ini.

"Ekhm." Reava mendengar Reova berdehem. Seolah berusaha menyadarkan Reava akan keberadaannya. Reava melirik sekilas dan melihat wajah Reova berubah menjadi sedikit masam. Reava menghela nafas dan menatap pizzanya yang tinggal 3 potong, baru menatap Reova.

"Jadi... Ada urusan apa anda mengajak saya kesini?" Ucap Reava dengan nada formal. Reova mengernyit tidak suka dengan nada yang diberikan oleh Reava. Tetapi Reava yang menyadari hal itu seolah mengabaikannya.

"Apa yang terjadi di antara kita belum selesai. Tidak ada satupun yang selesai, Reava." Reova memutuskan mengabaikan keformalan untuk sementara waktu dan memulai topik pembicaraan.

"Maaf soal hal itu. Anggaplah semuanya sudah selesai, Sir. Berbahagialah dengan hidup anda sendiri. Anda tidak perlu mempersulit hidup anda dan hidup saya dengan kembali dan memulai lagi topik ini." Reava mengaduk minumannya dengan sedotan dan meminumnya. "Kalau tidak ada urusan yang penting, saya pergi dulu."

Reava beranjak dari tempat duduknya. Dan perempuan itu melangkahkan kakinya keluar dari restoran itu. Reova menghemuskan nafasnya. Dia menaruh beberapa lembar uang diatas meja, mengambil uang yang tadi sudah Reava letakkan sebelumnya, dan mengejar langkah perempuan itu keluar dari restoran itu.

"Reava! Tunggu dulu." Ucap Reova tak ragu untuk berteriak. Beberapa orang yang melihatnya langsung berteriak histeris. Bagaimana tidak, itu Reova Julian! Pemain film yang sudah mendunia dan mendapat penghargaan sebagai film dengan penjualan terlaris sepanjang masa.

Reova hanya menggertakkan gigi dan mempercepat langkah mengejar Reava. Laki laki itu menghembuskan nafas lega saat Reava berhenti dan masuk ke sebuah bangunan apartemen yang ada disana. Reova segera berlari dan memasuki apartemen itu. Orang orang yang mengejarnya tadi pun hanya bisa menghembuskan nafas kecewa saat idola mereka masuk ke sebuah bangunan. Disana memang tidak dperkenankan untuk mengejar seorang idola sampai memasuki suatu bangunan, karena itu dianggap mengganggu kenyamanan orang lain yang ada di tempat yang sama.

"Re! Kenapa menghindar, sih!" Reova menarik lengan Reava sehingga Reava terdiam. Perempuan itu terengah-engah dan menatap lurus kearah depan. Menatap lift yang belum kunjung terbuka.

Beberapa saat kemudian, lift terbuka dan Reava masuk bersama Reova yang tetap menggenggam erat lengannya. Menekan angka 9 dan lift tertutup, mengarah menuju lantai sembilan.

Ting

Pintu lift terbuka dan menampakkan lorong yang tidak terlalu lebar dan banyak pintu disana. Reava berjalan menuju unitnya saat sebuah suara memanggilnya.

"Lo keterlaluan, ah! Gue udah nunggu lo sampe tinggal tukang bersih-bersih gedungnya aja yang ada disana. Eh, lo malah pergi berduaan sama model cowok! Lo jangan gitu dong. Cerita gue kalo lagi deket sama orang. Jangan main sembunyi sembunyi. Atau... Ini cuma teman satu malam lo aja ya? Wih.. Perasaan selama ini lo gak pernah one ni---"

"Bacot." Desis Reava kesal. Perempuan itu menatap Devan tajam sambil menurunkan tudung kepala dari jaket yang dikenakan Reova dengan tangannya yang tidak digenggam Reova. Devan sedikit terkejut melihat sahabat lamanya itu disini. Dengan sahabat perempuannya. Berdua. Dengan lengan yang digenggam oleh laki laki itu.

"Re!!!" Devan langsung mendekap Reova erat dengan senyum lebar. Dengan tangan yang tidak menggenggam lengan Reava, Reova membalas pelukan Devan.

Devan yang sudah melepaskan pelukannya menatap Reava yang menggesek kartu apartemennya, lalu menekan sandi yang dia buat sendiri, lalu membuka pintu apartemennya. Reova tetap mengikuti Reava sambil menggenggam lengan wanit itu, sementara Devan yang masuk setelahnya menutup pintu apartemen Reava.

"Itu tangannya bisa dilepas kali ya, Mas.. Ini udah gak mungkin mbaknya bisa kabur. Udah masuk kandangnya ini." Canda Devan saat melihat Reova masih menggenggam lengan Reava. Walaupun bercanda, mata Devan tidak menampakkan keceriaan, mulutnya tersenyum, tapi matanya menatap tajam.

"Bacot." Desis Reova sambil melepaskan genggamannya. Keduanya merasakan kehangatan yang tadi ada menjadi sirna.

"Kalian mau ngobrol ya? Gue ke belakang dulu deh. Re, bahan makanan masih ada kan?" Kedua Re itu menoleh bersamaan, membuat Devan sontak menepuk keningnya.

"Reava maksudnya." Reava kemudian mengangguk singkat dan Devan langsung melangkah cepat ke dapur di sudut ruangan.

Tinggalah Reova dan Reava berdua. Mereka diam. Tidak ada niatan untuk membuka topik pembicaraan. Bahkan keduanya masih berdiri sampai Reava sadar dan mempersilahkan Reova duduk. Hanya berkata, "Duduk." bukan berbasa basi sama sekali.

"Re... Bisa kamu jelasin kenapa kamu pergi dari saya dulu? Dari semua orang. Guru-guru mulai tidak mengabsen kamu sejak seminggu setelah saya jadian. Semuanya mencari kamu, Re. Saya, Alan, Evelyn, Olivia, anak choir club, anak anak pengayaan. Semuanya." Reava menghentikan ucapannya sebentar.

"Hanya Devan yang tampak santai. Saya sudah mencurigainya. Tetapi Devan selalu mengelaknya. Sampai kita semua lulus dan sekolah kita berbeda. Saya tidak bisa berhenti memikirkan kamu. Mungkin hal itu juga yang membuat Evelyn berpikir kalau kami seharusnya berpisah saja. Karena saya tidak bisa berhenti memikirkan kamu. Meskipun ada Evelyn di samping saya."

Dahi Reava berkerut dalam. Dia mengetatkan rahangnya. "Jadi, anda menyalahkan hilangnya saya sebagai alasan putusnya hubungan kalian, hah?! Saya tidak tau bahkan ada PEDULI dengan memikirkan hilangnya saya. Saya tidak tau kalau anda memikirkan saya. Dan sekarang, anda datang mengajak saya bicara hal ini? Hal tidak penting yang bahkan saya tidak tau?!" Dada Reava naik turun pertanda marah.

"Tidak ada lagi yang harus kita bicarakan, Sir. Anda bisa keluar dari apartemen saya. Saya yakin anda masih mengingat jalan keluarnya dengan baik." Reava bangkit dan masuk ke dalam kamarnya. Dia mengunci pintu kamarnya dan mengusap wajahnya kasar.

Inikah awal yang baru? Bahkan ini awal yang jauh lebih buruk dari awal yang sebelumnya. Reava tidak tau apa yang akan terjadi  selanjutnya.

★★★★★★★★

Hai haii... New chapter...

Vomments yang banyak ya... Biar aku makin semangat nulis:D

Callista

Reova & ReavaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang