'Bekarja di tempat baru'
"Makasih ya, Kak." Ucap Reava sambil melambaikan tangannya. Reova mengantarnya sampai ke rumahnya. Reova mengadap Reava lalu mengangguk sambil tersenyum dan mengemudikan mobilnya menjauh dari rumah Reava.
Reova cepat cepat masuk ke dalam rumahnya. Dia meletakkan paper bag berisi pakaiannya di atas sofa lalu menjerit tertahan sambil melompat kegirangan. Dia menyentuh pipinya yang memanas.
"Asatagaa... Apa gue mimpi?" Tanyanya pada dirinya sendiri. Dia tidak bisa membayangkannya. Dia diantar pulang oleh seorang Reova. Aktor idolanya sendiri. Dia sangat bahagia sekarang.
Tapi rasa girangnya langsung terhempas begitu saja saat memikirkan kata kata Reova yang menawarinya menjadi pembantu-begitulah istilah kasarnya- di apartemen pria itu. Apa pria itu hanya menganggapnya sebagai pembantu saja? Mendadak pikiran negatif itu muncul di kepalanya.
Lo emang kerja untuk 'dibeli', kan. Karena dasarnya lo itu jual diri. Ucap batin Reava menyadarkan perempuan itu.
Reava menarik nafas dan menghembuskannya kasar, dia mengusap wajahnya lalu berjalan menuju kamar mandi untuk berganti baju.
Dia tidak tau.. Sebenarnya kisah cintanya akan dimulai dari sini, dengan sekelumit hal hal yang menyisipi kisah kehidupannya.
★★★★★★★★
Seminggu setelahnya, Reava sudah mulai bekerja di apartemen Reova. Setiap pulang sekolah, dia selalu mengayuh sepedanya ke arah kompleks apartemen mewah yang merupakan kompleks apartemen Reova.
Dia menekan password apartemen -yang sengaja Reova beritahu- itu, lalu masuk ke dalam apartemen itu dan memulai tugasnya sebagai seorang.. Ekhm.. Pembantu.
Reova benar benar menepati janjinya untuk melunasi hutang ayahnya. Beberapa hari yang lalu, map berisi sertifikat rumah telah sampai di rumahnya dengan melalui pihak bank yang mengirimnya. Disitu terdapat juga surat pelunasan hutang yang sudah tercap stempel oleh bank tersebut.
Reava mengikat rambutnya tinggi lalu mulai menyapu ruangan tersebut. Tas sekolahnya ia tinggalkan diatas sofa.
Lalu dia mengepel semua ruangan dan mengganti sprei kamar Reova serta mencuci pakaian dengan mesin cuci. Saat hendak membawa pakaian kotor, Reava melihat sebuah pajangan di meja yang berada di kamar Reova. Dia mengurungkan niatnya untuk mencuci pakaian dan malah mendekati meja tersebut. Dilihatnya sosok laki laki dan perempuan berusia sekitar tiga belas dan empat belas tahun mengenakan seragam SMP saling berangkulan dan tersenyum gembira ke arah kamera.
"Evelyn.." Ucap Reava lirih saat melihat perempuan itu lebih jelas. Selama ini, Reava hanya tau kalau Evelyn adalah teman satu film Reova. Tapi ternyata mereka sudah berteman sejak SMP, malah mungkin sebelumnya.
Reava tersenyum miris. Dalam hati dia iri dengan keberuntungan Evelyn. Dan saat menoleh ke sekeliling ruang kamar Reova, dia baru menyadari bahwa hampir semua foto di ruangan ini sdalah foto Reova dengan Evelyn. Hal itu membuat dadanya sesak.
Dilihatnya lagi satu foto lain di meja itu, ada foto lelaki dan perempuan sedang berciuman. Adegan itu adalah adegan yang ada di film Reova dan Evelyn. Dibawahnya tertera tulisan:
'First time kiss you, love you my bestfriend.'
Reava tau sekarang, bahwa Reova memiliki perasaan lebih kepada Evelyn. Perasaan cinta yang besar. Dan seharusnya Reava saat ini melonjak kegirangan dan langsung mengatakannya kepada Evelyn. Tetapi hal itu tertahan karena adanya rasa sakit dalam lubuk hatinya saat mengetahui itu. Air matanya menetes perlahan. Menyusuri pipinya yang putih bersih.
"Bodoh. Apa yang lo harapin dari seorang aktor terkenal kayak Reova, Hah?! Dia gak bakalan cinta sama pembantunya sendiri. Ini realita, Reava, bukan FTV." Makinya kepada diri sendiri. Dia menarik nafas panjang dan mengusap air matanya. Dia mengambil cucian kotor dan keluar dari kamar itu. Rasanya dia benar benar tidak kuat harus berlama lama di kamar Reova.
Tepat saat Reava selesai menjemur pakaian, terdengar pintu apartemen dibuka, dan langkah sepatu yang sangat dia kenali, langkah Reova, masuk dan menaruh sepatu di rak yang tersedia di dekat pintu apartemen itu.
"Re.."
Reava segera masuk ke dalam apartemen saat mendengar Reova memanggilnya.
"Ya, Kak?" Ucapnya sedikit sumbang. Karena tadi habis menangis.
"Loh, lo kenapa? Hidungnya merah gitu. Habis nangis?" Tanya Reova dengan dahi berkerut. Dia mendekati Reava dan melihat wajah wanita itu dengan seksama.
"Ng-nggak apa apa kok, Kak. Gue cuma pilek. Mungkin karena kecapean aja." Reova menyipitkan matanya sambil menelisik Reava. Memandangnya lekat.
"Kalo kecapean istirahat aja. Gausah kerja nggak apa apa. Gak bakal gue potong kok gajinya." Ucap Reova sambil tersenyum. Membuat hati Reava nyeri.
"Gak apa kok, Kak. Kan gue kerja disini, jadi harus profesional." Dusta Reava. Sebenarnya saat ini dia benar benar ingin menangis di bawah selimutnya. Berteriak sambil memukul kasurnya dan merutuki betapa bodohnya dia bisa jatuh ke dalam pesona Reova. Yang sama sekali tidak layak bersanding dengannya.
"Yaudah. Tungguin gue ganti ya. Kita makan diluar." Ucap Reova santai sambil berlalu sebelum Reava sempat menahannya dan menanyakan apa tujuan Reova mengajaknya makan bersama.
Beberapa saat kemudian, Reova keluar dengan polo shirt dan jeans biru panjang. Walaupun penampilannya begitu sederhana, tetapi lelaki itu tetap mempesona dengan aura ketampanannya yang terpancar jelas. Membuat Reava serasa upik abu yang berjalan bersama seorang pangeran.
"Mm.. Kak... Gue pulang du---"
"Gak! Makan bareng gue. PR gue udah dikerjain, kan?" Reava mengangguk. Sedikit lucu memang, Reava yang ada di angkatan bawahnya mengerjakan soal PR Reova. Tetapi, apa Reava pernah bilang kalau dia adalah anak pengayaan olimpiade? Soal anak kuliah pun sepertinya bukan masalah bagi anak sejenisnya.
"Yaudah, ayo makan. Mumpung gue lagi baik nih." Reova menarik tangan Reava dan menariknya pelan keluar dari apartemennya menuju mobilnya.
"Tapi, Kak. Sepeda gue?" Tanya Reava pelan. Reova berpikir sejenak, lalu menjentikkan jarinya. "Nanti gue anter pulang, terus besok pagi gue jemput, sekalian siangnya lo kesini lagi bareng gue. Gimana?" Ucap Reova. Saat Reava hendak mengajukan protes, Reova langsung menariknya masuk ke dalam kursi penumpang depan dan menutupnya, lalu dirinya sendiri masuk ke sisi kemudi.
Dalam perjalanan, tidak ada yang membuka pembicaraan. Keduanya sibuk dengan pikiran masing masing -entah apa-.
"Kita take away aja gimana? Gue mau makan di rumah lo aja. Sekalian mampir." Ucap Reova seenaknya.
"Terserah kakak aja. Gue ikut." Ucapnya lelah. Mungkin dia memang kelelahan dengan apa yan terjadi hari ini. Dia menyenderkan kepalanya di pintu mobil dan menutup matanya lelah.
Setelah memesan makanan, Reova menaruhnya di jok belakang, dan aroma ayam goreng langsung menguar di dalam mobil. Dia melajukan mobilnya ke arah rumah Reava.
Matahari sudah mulai menyembunyikan dirinya di ufuk barat saat Reova sampai di depan rumah minimalis Reava. Dia menoleh dan memanggil Reava.
"Re kita ud---"
Ucapannya terputus melihat Reava tidur dengan damainya. Tampak gurat kelelahan di wajahnya yang terlihat sembap, dia tidak tau apa alasannya, tapi dia yakin tadi Reava menangis.
"Re.." Panggilnya pelan. Dia menepuk pelan pipi Reava. Reava yang tampak tak nyaman langsung menggeliat bangun. Dia memajukan wajahnya dan baru menyadari kalau posisi mereka sangat dekat. Jantungnya berdebar debar dan wajahnya langsung memerah, karena dia bisa merasakan nafas Reova yang terdiam menatapnya.
Kak, gue bener bener jatuh cinta sama lo.
★★★★★★★★
Happy Easter Day All...🎉🎊 🐣
Vomments yang banyak yaa:DCallista

KAMU SEDANG MEMBACA
Reova & Reava
RomansaReova Edward Julian, aktor muda terkenal yang sudah melangkah ke dunia internasional. Devan Enrico Stevenson, sahabat sang aktor muda, Reova, yang juga seorang model. Dia berurusan dengan Reava karena ingin Reava berkarier sama dengannya. Reava Vale...