Part 29

2.3K 134 12
                                    

'Ciuman sekilas.'

Hari ini, Reava sudah berjanji hendak berwisata serta menginap ke pantai dengan Alvin dan Olivia, Devan dan Reova juga ikut karena jadwal mereka sama sama kosong.

Sebenarnya, ini bukanlah wisata. Kata Alvin, ini semacam riset untuk mencari tempat bulan madu yang cocok untuknya dan Olivia. Reava hanya bisa menggeleng gelengkan kepala dengan alasan Alvin yang tidak pernah jauh dari homeymoon dan sejenisnya.

Mereka berlima berangkat dengan outlander. Mobil berwarna hitam itu muat diisi kelimanya. Alvin yang mengemudi dengan Olivia di sebelahnya,di kursi penumpang depan. Dan di bangku penumpang belakang ada Devan dan Reova, dengan Reava di tengah kedua pria itu. Kalian tau kan, betapa canggungnya suasana di mobil itu?

Sangat canggung. Percakapan yang ada hanyalah Olivia dan Alvin, selebihnya -yang lain- hanya menjawab ketika ditanya sesuatu.

Hingga akhirnya, karena kebosanan yang melandanya, ditambah provider miliknya tidak memadai bila sudah berada di dekat pantai dan di pedalaman, Reava pun tertidur dengan posisi bersandar di bahu Devan. Devan yang merasakan sesuatu bertumpu pada lengannya langsung menoleh, bersamaan dengan Reova yang juga menoleh kearah Devan.

Ketika melihat wajah manis Reava saat tidur, keduanya berpandangan. Dan seolah memiliki kemampuan telepati, Devan dengan sigap langsung memindahkan kepala Reava yang tersandar di bahunya menjadi di pahanya, dan Reova melepaskan sandal pantai yang dipakai Reava, lalu menekuk kaki Reava dan meletakkannya di pahanya, sehingga punggung Reava bisa nyaman dan lehernya tidak sampai pegal pegal.

Olivia yang melihat sekilas kejadian itu dari kaca, lantas memberikan kode kepada Alvin untuk melihat ke belakang, dan Alvin hanya tersenyum sekilas sambil mengangguk mengerti dengan maksud tatapan yang diberikan Olivia padanya.

"Rasanya, mereka terlibat kisah cinta yang rumit, iya kan?" Itulah arti tatapan yang diberikan oleh Olivia kepada Alvin.

"Ya, kamu benar."

★★★★★★★★

"Bangun, Re!!! Kita sampe.." Teriak Olivia tiba tiba disaat mobil beru diparkirkan di villa dekat pantai. Hal itu membuat Reava membuka matanya perlahan. Dan betapa terkejutnya wanita itu saat dia tertidur di pangkuan Devan, dan melihat wajah Devan dari posisi itu membuat wajah Reava memerah. Dan rona tersebut menggelap saat mengetahui bahwa kakinya berada di paha Reova, dan sedang dielus perlahan oleh pria itu, bermaksud membuat Reava nyaman dengan sentuhannya.

Reava kembali duduk dan menurunkan kakinya dengan tampang kikuk. Semburat kemerahan itu masih tampak di wajahnya. Sedangkan kedua laki laki itu hanya mengalihkan pandangannya, dan berpura pura tidak ada hal apapun yang terjadi.

"Ayo turun!!" Teriakan cempreng milik Olivia memecahkan keheningan, ketiganya turun karena Olivia dan Alvin sudah turun sedari tadi.

"Iya. Bentar." Kata Reova sambil membuka pintu mobil, dan diikuti Devan.

Setelah ketiganya jeluar dari dalam mobil -juga dari suasana canggung-, Mereka semua masuk ke dalam villa.

Villa itu memiliki furnitur yang kebanyakan terbuat dari kayu, mulai dari lantai, meja, kursi, kursi depan, hingga meja makan serta lemari, semuanya terbuat dari benda berwarna coklat tua itu. Membuat suasana terkesan sangat natural dan seperti berada di alam. Dengan pemandangan pantai yang dapat dilihat di belakang villa itu, serta keadaan yang masih sepi pengunjung membuat villa itu sangat nyaman jika dihuni saat liburan.

"Gue tidur sama Rea! Kalian cowok cowok, tidur bertiga aja sana." Ucap Olivia dengan semangat sambil merangkul Reava. Reava mengangguk menyetujui. "Ayo, Re. Kita ganti bikini buat ke pantai." Olivia menarik tangan Reava memasuki salah satu kamar di villa itu.

Sementara ketiga lelaki yang tertinggal disana hanya menggeleng-gelengkan kepalanya kompak. "Lo mau nikahin cewek bar-bar gitu, Vin?" Tanya Reova. Alvin memijit pelipisnya sambil medengus, "Kenapa jodoh gue orangnya gitu banget ya." Devan pun menyahut, "Perasaan dulu Olivia enggak se-mmm... Enerjik sekarang deh."

"Bilang aja enggak se bar-bar sekarang. Enggak usah diperhalus, Dev. Mungkin itu faktor perempuan mau nikah. Nutupin gugup pake overacting." Ucapan Reova membuat Alvin terperangah. "Eh, iya! Gue mau nikah sama dia. Astaga!" Serunya sambil berjalan cepat dan mengetuk pintu kamar kedua perempuan itu. Reova dan Devan kembali saling berpandangan sambil mengerutkan alis.

"Yang!!!! Kita mau nikah loh! Kamu jangan buka-bukaan bajunya. Nanti kalo aku kepancing bahaya!" Kata Alvin. Sontak, semua orang di sekitar sana tertawa, kecuali Olivia yang dari dalam kamarnya mengumpat keras, "Sialan, Vin!"

★★★★★★★★

Disinilah mereka sekarang. Reava dan Olivia menggunakan bikini berwarna hitam, dan laki laki sisanya menggunakan celana pantai tanpa atasan, alias shirtless.

"Re!!!" Teriak Devan sembil mengejar Reava saat Reava mendorongnya hingga tersungkur di tepi pantai. Sekujur tubuhnya basah bercampur pasir.

"Re! Tahan Reava!" Teriak Devan pada Reova yang ada di depan Reava. Reova menoleh tidak mengerti, membuat Rewva mengambil kesempatan dan melakukan hal yang sama yang dilakukannya kepada Devan, kali ini kepada Reova. Membuat Reova menggeram dan ikut mengejar Reava.

"Kak! Tolongin gue!! Yah... Malah mesra mesraan!" Seru Reava berlari melewati kedua insan yang sedang beradu bibir -berciuman panas- diatas kain yang diletakkan di atas pasir.

"Aaaa!!!! Ampun ampun!" Pekik Reava saat kakinya tidak lagi menyentuh pasir. Dia sudah diangkat oleh Devan, dan Reova mulai melemaskan jarinya, sebelum meraih pinggang Reava. Membuat Reava tertawa terpingkal-pingkal.

"Aaaaaaa..... Amp-hahahahaha- Pun... Nyeraahhahahaahaa..." Teriaknya tidak berdaya karena kelelahan tertawa. Akhirnya kedua lelaki itu mengakhiri balas dendamnya dengan membawa Reava sedikit maju ke laut, lalu menceburkan Reava ke air asin itu.

"Kalian jahat!" Pekiknya sambil berusaha berdiri. Lalu Devan mencuri ciuman dari pipi Reava, bersamaan dengan Reova yang mencium sekilas bibir Reava, dan meninggalkan Reava yang mematung sendirian.

Reava menyentuh bibir dan pipinya, lalu tersenyum sekilas. Wajahnya memerah tapi wanita itu mengabaikannya. Dia lebih memilih berlari untuk menyusul kedua pria berpunggung tegap itu.

Setelah berhasil menyamai langkah kaki keduanya, Reava merangkul kedua lelaki itu. "Lo berdua modus banget ya." Ucapnya sambil tertawa. "Udah pegang pegang, masih cium cium aja." Lanjut Reava.

"Bawel lo." Kata Devan.

"Lah, ini rangkul rangkul, ceritanya lo modus balik nih ke kita?" Balas Reova. Reava hanya tersenyum lebar, lalu mencium pipi kedua lelaki itu bergantian.

"Kalian tau gak, kalian berdua itu berarti banget dalam hidup gue. Dengan peran kalian masing-masing di hati gue, kalian selalu bisa bikin gue ketawa." Ucap Reava sambil memendang kedua lelaki itu bergantian. "Makasih ya."

"Peran apaan nih maksudnya?" Ucap Devan sambil menatap Reava. "Iya.. Peran apaan, Re?" Reova mengangguk setuju.

"Ada deh!" Ucapnya sambil tertawa. Lalu melepaskan rangkulannya dan berlari mendahului kedua lelaki itu untuk mendatangi sepasang lovebird yang tidak bisa berhenti bermesraan sejak tadi.

★★★★★★★★

Hai hai... New chapter...:))

Thanks for 10K+ readers :'), vomments yang banyak yaa.. Biar aku makin semangat nulis..:D

Callista

Reova & ReavaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang