'Men's talk.'
Pagi hari yang dingin. Reava baru saja membuka matanya. Tetapi bukannya melepas pelukannya dari kakaknya, perempuan itu malah mengeratkan pelukannya, menganggap kakaknya adalah guling terempuknya.
"Re.. Ini kakak enggak bisa nafas." Ucap Alvin -yang ternyata sudah bangun sedari tadi- sambil menepuk punggung Reava agar melepaskan pelukannya. Reava mengabaikan ucapan kakaknya dan berkata, "Dingin, Kak." Dia menenggelamkan wajahnya ke dalam lengan berotot kakaknya dan mencari kehangatan.
"Eh.. Kita enggak ngapa-ngapain loh semalem. Baju kamu juga masih lengkap. Kenapa kelakuan kamu begini banget kedinginannya? Kayak pengantin habis malem pertama." Ceplos Alvin. Reava yang mendengar itu hanya menggeram kesal dan mendecak sambil menarik dirinya dari pelukan kakaknya. "Kakak tuh emang nyebelin!!! Mesum. Hih!" Serunya keras.
Dia menarik selimut bagian kakaknya secara sadis hingga kakaknya tidak mendapat bagian selimut dan membungkus tubuhnya sendiri seperti kepompong. Hanya menyisakan kepalanya yang menyembul keluar, sehingga seolah olah Reava hanya berkepala, tidak berbadan. Karena tubuhnya hilang diantara kasur berwarna biru muda dan selimut tebal senada.
"Re.. Ih.. Marahnya gitu. Sampe kakak ga dapet selimut." Ucap Alvin sambil menatap Reava dan menahan tawa ketika melihat wajah adiknya tertekuk.
"Kakak tuh ya.. Ngomongnya enggak dijaga banget. Ih... Untung kakak cuma satu. Kalo ada kembarannya, pasti udah aku tendang kakak dari balkon sampe nyungsep ke tanah. Biar otaknya normal dikit." Cerocos Reava. Alvin terkekeh.
"Bercanda, sayang. Kakak nggak bakal gitu kok di depan yang lain. Beneran deh. Suer." Kata Alvin sambil membuat V dengan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya. Alvin merubah posisi menjadi duduk bersila di atas tempat tidur menatap ke arah adiknya yang berbalut selimut.
Reava yang masih saja melirik kakaknya dengan tatapan tidak bersahabat membuat Alvin menghela nafas. "Jalan-jalan yuk. Mumpung ini hari libur kita. Jarang banget kan bisa barengan liburnya." Reava yang mulai terpancing dengan perkataan Alvin pun menatap Alvin dengan mata membulat. "Nanti kakak beliin makanan apapun yang kamu mau loh." Wajah Reava berubah menjadi sumringah.
"Ayoooo... Mandi sana. Pake air anget, pake minyak kayu putih juga. Trus kita berangkat. Cepetan..." Perintah kakaknya sambil menaikturunkan alisnya. "Enggak mandi, enggak ada jalan-jalan." lanjut Alvin.
Tanpa berkata apapun, Reava langsung berlari ke dalam kamar mandi dan mengunci pintunya. Alvin yang melihat kejadian itu hanya terkekeh sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Walaupun sudah berusia 27, sampai kapanpun, Reava tetaplah anak kecil yang manja di mata Alvin.
★★★★★★★★
Saat Reava sedang mandi, bel pintu berbunyi. Tanpa berpikir panjang, Alvin langsung turun dari tempat tidur dan keluar dari kamar. Dia mendekati interkom dan berkata, "Siapa?"
"Devan sama Reo." Ucap suara yang ada di depan pintu. Alvin menarik nafas sebelum membuka pintu.
"Hai... Gue udah lama banget gak liat lo, Re. Sejak selesai syuting Red Awards, kita nggak pernah kontakan lagi." Ucap Alvin. Lalu dia tersadar bahwa kedua laki laki itu masih berdiri di depan pintu. "Masuk dulu, gih.. Masuk." Ajaknya. Keduanya masuk ke dalam apartemen dan seperti biasa, bakat ibu-ibu Devan langsung keluar secara alamiah. Dia menuju ke dapur untuk membuat minuman.
"Dev! Sekalian masak!" Suruh Alvin. Dan Devan berteriak 'oke' sebagai tanda kesediaannya untuk memasak.
Suasana hening seketika. Kedua lelaki berbeda usia itu saling menatap. Setelah beberapa saat, Alvin berdehem untuk memecah kesunyian. "Jadi... Lo ada masalah ya sama adik gue." Ucapnya tanpa basa basi.
Reova mengangguk ragu. Dia bertanya kepada Alvin, "Kenapa gue nggak tau ya kalo lo kakaknya Reava? Padahal semua orang tau." Tanya Reova mengalihkan pembicaraan.
Semalam, setelah mengetahui kalau Alvin adalah kakak Reava, Reova masuk kembali ke aparremen Devan dan membombardir Devan dengan puluhan pertanyaan. Devan yang tidak sanggup dengan ocehan Reova pun langsung meninggalkan pekerjaannya dan meluangkan waktu untuk menjelaskan segala yang terjadi kepada Reova.
"Ya karena lo nggak pernah tanya." Ucap Alvin sambil mengangkat kedua bahunya santai. "Sekarang, balik ke topik. Kenapa lo nemuin Reava lagi? Bukannya harusnya lo udah tenang dan seneng, bisa hidup sama cewek yang lo cintai. Sapa namanya tuh.. Eva? Elin?"
"Evelyn." Ucap Reova membenarkan pelafalan nama mantannya itu. "Dan gue enggak sengaja ketemu Reava. Gue ikut jadi salah satu model di LFW kemarin. Tapi gue udah bener bener nyari Reava dalam waktu yang lama. Dia ninggalin gue gitu aja tanpa alasan yang jelas."
"Dia tiba tiba ngilang dari hidup gue gitu aja. Gue sampe kelimpungan nyari dan hampir lapor ke polisi kalo aja enggak tau Reava sengaja kabur menjauh dari gue." Reova menyandarkan punggungnya.
"Dan gue nggak akan nyia-nyiain kesempatan ini. Gue harus bisa dapet alasan jelas kenapa Reava pergi. Dan ke---"
"Lo tuh bego atau gimana sih?" Potong Alvin dingin dan tajam.
"Apa?" Dahi Reova berkerut tanda tak mengerti.
"INI JELAS BANGET KARENA REAVA SUKA SAMA LO!!! Reava pergi karena pikiran labilnya waktu itu bikin dia mutusin sesuatu yang salah besar. Dia -pikiran labilnya- kira dia nggak bisa hidup kalo lo sama sekali nggak cinta sama dia. Dan dia nggak bisa liat lo menatap Evelyn penuh cinta." Alvin menarik hafas dalam lalu menghembuskannya perlahan untuk mengontrol emosinya.
"Lo itu nggak sadar kalo dari dulu lo udah suka sama dia, Re." Devan datang dengan nampan dan empat cangkir coklat panas, serta empat piring lasagna yang sudah tersedia di kulkas sebelumnya. Dan lelaki itu hanya menghangatkannya tadi.
Wajah, tepatnya ekspresi Reova tampak sangat buruk sekarang. Bahkan Reova tidak menyadari kalau itulah penyebabnya. Benar benar lelaki yang tidak peka. Benar kata Devan kalau dia oeang pintar dengan akal yang tidak digunakan dalam waktu yang tepat.
"Lo nggak hanya nggak peka sama apa yang terjadi, tapi juga sama perasaan lo sendiri." Lanjut Devan mengintimidasi Reova.
Reova hanya mengusap wajahnya yang sudah pias. "Trus gue harus gimana?" Ucap laki-laki yang sedang bingung itu.
"Minta maaf. Dan kalo lo beruntung, lo dapet kesempatan kedua." Ucap Alvin sambil meraih coklat panasnya.
"Ya.. Lo bisa dapet itu kalo beruntung, dan tulus ngejar dia." Timpal Devan. Walau dalam hati, Devan tidak ingin Reava membuka hatinya kepada laki laki yang sebenarnya masih wanita itu cintai, agar dia bisa mengambil celah dan menggantikan posisi itu. Tapi dia akan bersaing secara sehat dalam hal ini. Tetapi tidak akan ada kata mengalah tentu saja. Kecuali memang Reava sudah memilih salah satu dari mereka, dan jika itu bukan dirinya, Devan akan menyerah.
"Eh.. Gue mandi dulu di kamar mandi depan. Gue tinggal. Kalian jangan berantem kalo gue tinggal." Alvin bangkit berdiri dan melangkahkan kaki ke kamar mandi yang ada di sebelah dapur.
Sebelum masuk ke kamar mandi, Alvin berkata dengan sedikit menambah volumenya. "Hari ini gue sama Rea mau jalan-jalan. Lo berdua harus ikut." Dan tanpa menunggu jawaban, Alvin masuk ke kamar mandi.
Dalam hati, Alvin tertawa. Tentulah dia tidak bodoh. Walaupun dia tidak memiliki pasangan, bukan berarti dia tidak mengerti tanda-tanda yang diberikan Devan pada Reava untuk berisyarat bahwa Devan menyukai adiknya itu.
Alvin tertawa dalam hati. Ini akan menjadi kisah cinta yang rumit.
★★★★★★★★
Hai hai.. New chapter:))
Selamat hari raya Idul Fitri bagi semua yang merayakan🎊🎉
Mohon maaf lahir dan batin 🙏Reova&Reava masuk ke #679 di Romance category loh.. I'm so buzzing.. Thanks a lot guys...;))
Vomments yang banyak yaa.. Biar aku makin semangat nulis:D
Callista

KAMU SEDANG MEMBACA
Reova & Reava
RomanceReova Edward Julian, aktor muda terkenal yang sudah melangkah ke dunia internasional. Devan Enrico Stevenson, sahabat sang aktor muda, Reova, yang juga seorang model. Dia berurusan dengan Reava karena ingin Reava berkarier sama dengannya. Reava Vale...