'Sehari untuk dua orang.'
Setelah Reova keluar dari apartemennya, Reava menutup pintu apartemen dan langsung berlari menuju kamarnya. Perempuan itu langsung bertengkurap sambil membenamkan wajahnya ke bantal dan berteriak sekeras mungkin.
Bagaimana bisa dirinya gembira dan merasa senang saat Reova ada disini? Perasaan yang dialami Reava ini benar benar menyenangkan sekaligus membingungkan.
Dalam hati Reava sudah mewanti-wanti dirinya agar jangan sampai tersenyum kepada Reova saat dirinya memutuskan untuk membukakan pintu untuk laki laki itu. Tapi, apa yang terjadi jauh dari peringatan itu. Bukan hanya tersenyum, dia tertawa, dia bersenang senang bersama Reova, dan... Dia bahagia.
Reava termenung di posisinya itu dan mengulang kembali saat tadi. Saat dimana dia sangat nyaman dekat dengan Reova. Dan beberapa saat kemudian, bel apartemennya berbunyi. Reava keluar dari lamunannya dan kembali ke dunia nyata, lalu melangkah sambil berpikir.
"Apa Reova ketinggalan sesuatu?" Tanyanya pada diri sendiri.
Dia langsung membuka pintu tanpa berbicara di interkom. Dia sudah membuka mulut dan hendak menanyakan apa barang yang tertinggal saat melihat Devanlah yang ada di balik pintu apartemennya.
Syukur deh gue gak jadi ngomong. Apa jadinya kalo gue panggil Kak Devan pake 'Re'? Bisa repot jadinya nanti.
"Mmm... Hai Dev. Lo ngapain kesini?" Tanya Reava. "Ngapain juga tadi seharian? Tadi pagi gue telepon gak diangkat. Gue mau ajakin lo keluar tadi.. Tapi berhu---"
"Panjang amat ngomongnya. Gue gak dibolehin masuk dulu nih? Emang dasar lo gak pengertian deh, Re. Masa temen lo yang perhatian lagi kedinginan gini malah lo bom pake pertanyaan segitu ba---"
"Panjang amat ngomongnya. Masuk." Reava memberikan ruang untuk Devan agar bisa melewati pintu dan menutupnya. "Lo pake kata kata gue tadi, Re. Dasar plagiator." Balas Devan sambil melangkah masuk ke dalam apartemen Reava.
Devan langsung menjatuhkan dirinya ke sofa empuk yang ada di ruang duduk Reava. Reava mengikuti dengan duduk di seberang Devan.
"Lo kenapa tadi pagi gak angkat telepon gue?" Reava mulai lagi menanyakan segala hal yang tadi ingin ditanyakannya.
"Gue ngecek keadaan cafe tadi. Dan HP gue ketinggalan di apartemen. Dan.. Gue kesini mau ngajakin lo makan. Makan malem. Lo udah makan atau belum?" Jawab Devan sekaligus bertanya.
Reava menggelengkan kepalanya, "Belum." Ucapnya. "Emang mau makan apa?"
"Mmm... Pizza?" Tawarnya kepada Reava, yang dibalas kekehan dari wanita itu. "Makanan kesukaan lo emang gak berubah dari dulu." Ujar Reava.
"Nah itu lo tau. Buruan ganti baju. Gue udah laper nih. Cacing cacing di perut gue udah pada demo." Kata Devan seraya mengibaskan tangannya.
"Yee.. Maksa lo. Cacingan beneran tau rasa." Balas Reava sambil melangkah kearah kamar untuk berganti pakaian. Meninggalkan Devan yang membuka majalah fashion sendirian di ruang duduknya.
★★★★★★★★
Sekarang keduanya sudah ada di salah satu restoran pizza terenak di London. Bahkan, hanya untuk mendapat tempat di Buono Restaurant orang orang perlu reservasi terlebih dahulu sekitar seminggu sampai sebulan sebelumnya. Yang jadi pertanyaannya adalah, kapan Devan melakukan reservasi di tempat ini?
"Mmm.. Lo bisa dapet table disini ya.. Reservasi dari kapan?" Ucap Reava mengungkapkan rasa penasarannya.
"Tadi sore. Sebelum ngajak lo kesini." Jawab Devan santai sambil mengangkat tangan memanggil pelayan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Reova & Reava
RomanceReova Edward Julian, aktor muda terkenal yang sudah melangkah ke dunia internasional. Devan Enrico Stevenson, sahabat sang aktor muda, Reova, yang juga seorang model. Dia berurusan dengan Reava karena ingin Reava berkarier sama dengannya. Reava Vale...