'Tidak Mengenal'
Setelah sampai di rumahnya, Reava menghela nafas lelah. Matanya sembap karena di perjalanan ke rumah dia tidak berhenti menangis. Kenapa dia harus bertemu dengan orang itu lagi?
Reava ingat betul bahwa hari ini adalah hari ulang tahun lelaki itu. Yang pada enam tahun yang lalu, masih mereka rayakan bersama dengan canda tawa. Dan sekarang, mereka lebih persis seperti idola dan fansnya. Seperti pernah dekat tetapi sekarang menjadi tidak teraih.
Reava menarik nafas dan menghembuskannya. Dia memijat keningnya sejenak sebelum bergerak lunglai menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya.
Dirinya tidak menyangka akan bertemu dengan lelaki itu lagi setelah sekian lama. Merasa senang, terharu, kecewa, kesal, dan berbagai perasaan lainnya membuncah menjadi satu di dalam rongga dadanya.
★★★★★★★★
"Alvin! Lo bener kesini ternyata, gue kira cuma bohongan." Ucap Devan sambil berpelukan ala lelaki dengan Alvin.
"Yo... Reova. Lo kayaknya gak seneng deh gue dateng." Ucap lelaki bernama Alvin itu sambil mengangkat sebelah alisnya melihat tingkah datar Reova melihat kedatangannya.
"Gue seneng... Tapi gak harus teriak teriak kayak cewek kan?" Balas Reova santai, namun di telinga Alvin terdengar sarkas.
"Yah.. Semerdeka lo deh. Gue main ke rumah lo ya?" kata Alvin. Reova mengangguk sambil memperhatikan sekeliling. Semua -sebagian besar sebenarnya- perempuan menatap Alvin takjub. Reova menaikkan kedua alisnya sambil membatin, dasar fans.
"Ayo pergi." Ucapnya sambil berlalu. Ketiga orang mengikutinya. Sesekaoi Alvin melambai kepada sekerumunan anak perempuan. Dan gadis gadis itu langsung menjerit kegirangan. Membuat Alvin terkekeh dengan kelakuan mereka.
Sesampainya di parkiran, mereka menaiki mobil masing masing dan mengendarainya menuju rumah Reova.
Setelah 15 menit perjalanan, tampak rumah mewah dengan gerbang besar mengamankannya. Saat mobil mereka mendekat, gerbang itu dibuka oleh salah satu asisten rumah tangga yang bekerja. Mobil mereka pun masuk dengan mulus ke dalam rumah itu. Garasi rumah itu cukup untuk menampung 6 mobil. (Itu garasi atau tempat rental mobil yah?)
"Lo tinggal dimana kalo di Indo?" Tanya Reova saat mereka berjalan menuju lantai atas. Kamar Reova.
"Hotel."
"Dan, tujuan lo kesini buat apaan?" Tanyanya lagi.
"Gue refreshing aja. Sekalian cari gebetan kalo lo ada stok buat gue." Gurau Alvin. Reova memutar bola matanya jengah. "Lo pikir gue cowok apaan. Serius, apa tujuan lo kesini?"
"Gue mau ngomongin film baru itu sih. Sama mau bilang juga, setahun lagi, lo harus pindah ke London. Demi kepentingan film nya." Ucap Alvin. "Mmm.. Gue juga... Mau.."
"Mau apaan?" Tanya Devan tidak sabar saat melihat wajah Alvin berubah kikuk dan lelaki itu mengusap bagian belakang lehernya.
"Kerak telor."
"ELAHH.." Teriak Devan geregetan. "Ngapa gitu aja pake acara malu malu segala. Muka lo udah kayak monyet."
"Sialan lo." Tukas Alvin. "Tapi bener. Gue pengen banget sama kerak telor. Gaada kalo di London. Adanya telor goreng." Lanjutnya.
"Makanya... Menetap di Indonesia dong.. Kenapa kewarganegaraan pake dipindah kesana segala?" Ucap Alan.
"Yah.. Awalnya gue cuma mau berkarier aja. Akhirnya dapetnya disana dan udah terlanjur enak kalo kerja disana. Yaudah." Ucap Alvin menaikkan kedua bahunya.
Sampai di kamar Reova, seperti biasa Alan langsung merebahkan diri diatas tempat tidur empuk Reova. Sementara Devan menuju kamar mandi untuk mandi. Devan tidak suka rasa lengket akibat keringat saat pulang sekolah.
Reova melepas seragamnya menyisakan kaos putih berlengan yang melekat sempurna di tubuhnya.
"Re." Reova berbalik saat mendengar Alvin memanggil namanya.
"Tadi gue minta tolong sama cewek anak sekolah lo buat nganter gue ke kelas lo." Dia menjeda sebentar sebelum melanjutkan. "Dia gak anterin gue sampe kelas lo. Dia... Bilang kalo dia fans gue... Tapi gue gak yakin." Reova masih diam sambil menatap Alvin. Tangannya disilangkan di depan dada.
"Dia peluk gue. Gue... Entah kenapa gue gak risih kayak biasanya fans meluk meluk. Gue.. Nyaman." Alvin terdiam. Reova membuka mulutnya, "Dan.. Nama anak itu adalah?"
"Reava."
Alan langsung terduduk, membuatnya mengeluh karena kepalanya nyeri seketika. "Reava... Meluk?" Ucapnya dengan dahi berkerut tidak suka.
"Dia suka Reava." Ucap Reova langsung saat Alvin menatap Reova dengan pandangan bertanya.
"Oh."
"Cuma 'oh'? Bukannya lo suka sama dia?" Ucap Alan dengan sengit. Entah kenapa dia tidak suka Alvin mendekati Reava.
"Woles bro. Gue cuma bilang kalo gue nyaman dipeluk dia. Bukan gue suka sama dia. Bahkan gak kepikir sama sekali buat suka sama Reava." Ucap Alvin.
"Udah udah.. Jadi intinya lo gak tau kenapa Reava meluk lo?" Alvin menggeleng menanggapi pertanyaan dari Reova.
Beberapa saat setelah itu, Devan keluar dari kamar mandi dengan kaos putih polos dan celana selutut. Alisnya berkerut saat melihat ketiga orang berdiri berdekatan dan saling diam.
"Guys... Ulang tahun gue masih lama loh. Kalian gak perlu berembug kalo mau ngasih gue surprise. Pake diem dieman segala pas gue keluar dari kamar mandi." Ucap Devan sembari mendekati ketiga orang itu.
Alan menghela nafas lelah. "Ngapain juga kita ngebahas ulang tahun gak penting lo itu, anak kambing."
"Elah... Gue bercanda kali. Biar kalian gak tegang tegang amat. Lagian kenapa sih pake tegang tegang segala kayak gitu?" Tanya Devan. Semuanya tidak menjawab.
"Alah.. Bodo amat deh lo pada. Dasar tutup termos." Umpatnya kesal lalu bersedekap di depan TV dan menonton acara yang disuguhkan oleh kotak ajaib itu.
"Yaudahlah... Gausah dibahas lagi. Gak penting juga masalah ini. Cuma kebetulan doang, kan." Kata Reova menutup masalah ini. Yang lain mengangguk. Mereka pun mulai membicarakan hal hal tidak penting. Sampai ponsel Reova berbunyi. Ternyata ada pesan masuk dari Evelyn.
Evelyn: Re, lo mau ikut ke Vience gak besok.. Mmm.. Nemenin gue...
Ngapain nih anak? Cewek baik ke klub malam sendirian. Batin Reova sambil membaca ulang pesan yang dikirimkan Evelyn.
Evelyn: Gak berdua doang kok. Sebenernya gue diajak Oliv temen gue buat nemuin pacarnya. Dia anak pemilik Vience Club. Gue takut kalo sendirian digangguin. Lo tau kan gue gak pernah minum apalagi masuk dunia kayak begitu.
Gue pikir ngapain... Batinnya lagi.
Reova: Emang kenapa kalo digangguin?
Evelyn: Lo tega banget sih sama gue. Kalo di macem macemin, siapa yang mau tanggung jawab?
Reova: Males gue
Reova sebenarnya hanya bercanda. Mana mungkin Evelyn yang juga salah satu teman baiknya dia tinggalkan sendiri di tengah dunia malam seperti itu.
Evelyn: biasanya juga malem minggu ke club. ONS. Gausah basa basi dong.
Reova: Yaudah... Tapi gue bawa temen temen gue. Oh ya, lo mau jadi temen ONS gue besok?
Evelyn: OGAH!!! Demi apa deh Re, lo menjijikkan.
Reova tertawa kecil sambil menutup ponselnya tanpa membalas pesan Evelyn.
"Gue mau nembak Reava."
Ucapan Alan yang seketika seperti itu membuat Reova terkejut.
"Hah?!"
★★★★★★★★
Hai hai... Sorry banget telat update lagi, ada Tryout yang harus dijalani..
Vomments yang banyak ya, biar aku makin semangat nulis:))
Callista

KAMU SEDANG MEMBACA
Reova & Reava
RomanceReova Edward Julian, aktor muda terkenal yang sudah melangkah ke dunia internasional. Devan Enrico Stevenson, sahabat sang aktor muda, Reova, yang juga seorang model. Dia berurusan dengan Reava karena ingin Reava berkarier sama dengannya. Reava Vale...