Part 19

2.7K 175 15
                                    

'Setelah kata itu.'

Reava tersenyum miris melihat sepasang insan itu berpelukan. Dia baru sadar kalau Evelyn memakai pakaian yang benar benar tidak sesuai dengan acara ini. Kaos biru yang memang entah kenapa sama dengan kemeja Reova, dipadukan dengan jeans biru dan sepatu sneakers.

Reava meremas dress-nya kuat kuat untuk meredam rasa sakit di dalam dadanya. Perempuan itu juga menunduk dalam menyembunyikan dua bulir air mata yang mendesak keluar dari kedua kelopak matanya. Dia tidak kuat lagi. Dia sudah menyerah sekarang. Biarkan saja mereka bahagia. Dia akan menempuh jalannya sendiri lepas dari mereka setelah ini.

Alan yang berada di samping Reava menggenggam tangan Reava yang terkepal. Membuat Reava mengendurkan kepalannya. "Udah.. Gak usah nangis. Tahan dulu." Bisik Alan.

Devan yang melihat Reava menahan tangisnya pun berkata, "Lo ngebujuk Evelyn biar kesini gimana?" sambil menghadap ke Olivia.

Kedua insan yang berpelukan itu melepaskan rengkuhannya dan menatap Devan. Devan bersorak karena tidak akan ada drama 'Ketahuan Menikung Sahabatku' disini. Reava tampak berani menatap keduanya saat pelukan itu sudah terlepas.

"Jadi gini...."

Flashback on

"Ev, nanti malem katanya ada bintang jatuh yang bakal melintas loh." Ujar Olivia kepada Evelyn pada saat istirahat. Saat Reava tidak bersama keduanya.

"Halah.. Lo kalo mau bohong jangan keterlaluan deh. Tau darimana coba?" Ejek Evelyn. "Mmm.. Bukannya sombong nih ya.. Nilai astronomi gue kan le---"

"KATA BU TIKA! Kata Bu Tika yang tadi lewat di depan gue. Dia tiba tiba cerita soal ada bintang jatuh gitu malem ini." Bu Tika adalah guru astronomi di sekolah mereka yang terkenal galak dan keras terhadap murid muridnya. Tidak ada satupun yang berani berbicara dengan Bu Tika kalau tidak diajak bicara oleh guru itu.

"Hah? Masa sih?" Evelyn tampak mulai percaya. Olivia mengangguk. "Beneran. Tanya aja sendiri kalo gak percaya."

"Gila aja. Lo pikir gue berani gitu?" Sambar Evelyn.

"Yaudah kalo gitu, kita lihat apa Bu Tika bener. Lumayan banget loh. Lo bisa lihat bintang jatuh." Evelyn tampak berpikir. Lalu beberapa detik kemudian dia mengangguk. "Bolehlah." Ujarnya.
"Yess!!!" Olivia berteriak kencang. Evelyn mengerutkan dahinya. "Kenapa lo seneng gitu?" Olivia mematung seketika. "Em... Itu.. Gue.. Gue... Mmm.."

"Lo kenapa?" Evelyn menatap Olivia dengan alis terangkat.

"Gue.. Gue bosen banget! Iya.. Bosen banget. Beberapa hari ini rasanya suntuk banget di rumah. Effendi juga gak ngajak jalan lagi. Masa gue yang minta jalan duluan sih. Kan gak banget." Ucapnya dengan akting yang sempurna.

"Oh.. Yaudah.. Kita mau lihat bintang jatuh dimana?" Tanya Evelyn lagi.

"Di rooftop apartemen Reova aja gimana? Habis itu bisa mampir ke apartemen dia. Sekalian ngapelin." Goda Olivia.

"Lo gila ya.. Mana ada cewek ngapelin cowok. Nggak etis banget." Ujarnya dengan wajah merona.

"Udahlah. Pokoknya gue jemput nanti di rumah lo jam 7 oke? Oke." Olivia meminta persetujuan yang langsung diiyakan oleh dirinya sendiri. Evelyn yang melihat hal tersebut hanya menggeleng gelengkan kepalanya.

Untung lo sahabat gue! Kalo bukan.. Udah gue jedotin biar waras dikit. Batinnya sambil tersenyum jahat.

Sorenya, mereka berdua berangkat ke apartemen Reova bersama. "Eh, kenapa lo pake dress gitu? Kayak mau kondangan aja. Kan cuma mau lihat bintang jatuh.. Yang belum tentu ada." Tanya Evelyn.

Reova & ReavaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang