.PROLOG.

12.7K 454 7
                                    

Seorang gadis berambut kelam belari dengan terbirit-birit. Gadis itu terus berusaha menoleh ke belakang. Keringatnya bercucuran dari dahi hingga betisnya. Alas kakinya yang sudah mulai rusak, sedikit demi sedikit melukai telapak kakinya. Rambutnya sudah tidak beraturan lagi. Wajahnya tampak sangat pucat. Kulit putihnya tertutup debu yang menempel di sekujur tubuhnya.

Ia menghentikan langkahnya ketika sadar seorang pria menunggunya di ujung jalan. Ketika ia berbalik pria lain sudah menghadangnya. Pria itu menggunakan kemeja putih lengkap dengan dasi longgarnya, berkacamata hitam. Ia menggenggam tangan wanita itu dan mengikat kedua tangannya. Wanita itu terlihat pasrah. ' Sial....' pikirnya. Para pria berkemeja putih itu membawa wanita tadi masuk kedalam mobil hitam. Didalamnya sudah ada seorang pria lagi kali ini bersetelan lengkap, ia menyambut wanita itu dengan mengelus lembut pipinya. " Apa kau tidak lelah terus berlari? Ellina....???" Tanyanya. Ellina tidak menjawabnya hingga mobil yang ia tumpangi dilajukan.

" Kau tak bisa lari dari ku. Aku sangat mencintaimu. Mengapa kau tak mengerti. " Ucap lelaki itu sambil melepaskan alas kaki Ellina yang rusak. Ia mengelus lembut kaki Ellina. " Kau tidak seharusnya terluka." Ucapnya lagi. " Aku sangat men-" ucapan pria itu terpotong dengan tatapan sinis Ellina. " Cinta...." Akhirnya Ellina membuka mulutnya. " Hanya cinta cinta cinta yang kau bicarakan dari tadi. " Ucapnya sinis. " Kenapa... Jika memang kamu mencintai aku kamu tidak membiarkan aku pergi? " Ucap Ellina dengan tatapan sinis nya. Pria itu membalas Ellina dengan senyuman sinis. " Memang jika kau pergi, kau pasti akan bahagia? " Ucap pria itu sambil memelototi Ellina. " Memang kau pikir aku bahagia di sini. Kau mengurungku. " Ucap Ellina lagi. Pria itu menghela nafas. " Setidaknya jika kau disisiku aku bisa memastikan, jika kau selalu aman. " Ucapnya dengan lembut. Seketika raut wajahnya berubah menjadi sendu, dan terus tertunduk.

Entah kenapa Ellina merasa sangat bersalah. Ia menatap wajah pria itu sekali lagi. 'di..dia... Kenapa... Apa karena aku?' pikirnya. Ellina menatapnya sejenak, ia menyentuh pundak pria itu, " Pa.. Paul...? Apa kau tak apa? " Tanya Ellina menatap Paul dengan sendu. Ia menoleh kearah Ellina dan tersenyum hangat. " Apa kau mulai mengkhawatirkan aku Ellina?" Tanyanya. Wanita itu langsung membuang pandangannya kearah yang lain. Tapi Paul terus menatapnya, ia memperhatikan setiap inci naik turun raut wajah wanita yang ada didepannya saat ini. Ellina terus membuang tatapannya ke kiri dan kanan. Paul tersenyum miring.

Ia mengambil saputangan putih dari kantung jasnya itu lalu mengusap lembut wajah Ellina yang penuh dengan debu. Ellina menatapnya, dengan tatapan aneh. Namun ia hanya membalas dengan senyuman kecil diwajahnya. " Kau tampak sangat lusuh." Ucapnya sambil terus mengusap pipi Ellina dengan lembut. Ellina sangat heran dengan perilakunya. ' sebenarnya apa tujuannya?' pikir Ellina.

" Begini kau akan lebih cantik Ellina." Ucapnya setelah selesai mengusap wajah Ellina. Ellina hanya diam, ia mengatupkan bibirnya." Berhentilah Paul biarkan aku pergi. Aku akan bahagia. Tinggalkan aku sendiri. Aku akan sangat bahagia. " Ucap Ellina tiba-tiba mengejutkan Paul. Pria itu membulatkan matanya. Ia menggeram sebentar. Ia memalingkan wajahnya yang memerah karena marah. Ia mengepalkan tangannya. " Berhenti...!!" Teriaknya. Dengan sigap sang supir langsung menghentikan mobilnya. " Jadi kau ingin pergi?!" Tanyanya, dengan wajah marahnya. "Iya... " Jawab Ellina yang sebenarnya sedikit takut. Paul mengangguk. Sambil terus mengepalkan tangannya.

Ia menyentuh pipi Ellina dengan kedua tangannya memalingkan wajahnya hingga, tatapan mereka bertemu. Ia mendekatkan wajahnya, " Aku tak ingin kehilanganmu. " Bisiknya, lalu ia mengecup lembut bibir Ellina. Ellina berusaha mendorongnya. Tapi kekuatan Ellina tak sebanding dengan kekuatan Paul, Paul mendorong Ellina hingga ia menatap pintu mobil yang terkunci. Paul terus mendorong Ellina. Ia terus mengecup bibir Ellina tanpa ampun. Ellina terus mencoba melawan tapi tetap saja hasilnya sia-sia.

Paul menyudahi ciumannya itu, dengan spontan Ellina menutupi bibirnya dengan tangannya. 'sial...!!' Paul tersenyum miring. " Apa kau masih bisa bicara sekarang? " Ucapnya meledek. Wajah Ellina memerah. Ia terus menutupi bibirnya dengan tangannya. Ia tak mampu berkata lagi. Jantungnya masih berdegup kencang. Paul hanya kembali tersenyum menjauh. Ia mengisyaratkan kepada supirnya untuk kembali menyalakan mobilnya. Ellina tetap terdiam, pipinya memerah mengingat itu adalah ciuman pertamanya. Paul tersenyum puas. Ia menatap Ellina yang masih agak terguncang.

Ellina POV.

'Aku terjebak dengan pria gila ini. Bagaimana lagi caraku untuk kembali. Aku.... Sial...!!!! Apakah tidak ada yang mau menolong ku disini. Aku.... Aku tidak tahan lagi. Mike.... Apa kau tidak mencariku. Apa kau tidak menginginkanku lagi... Apa kau tidak memikirkan ku. Mike..... Aku mohon tolong aku...' batinku berteriak. Dulu hidupku tidak seperti ini. Hidupku....dulu tidak sekacau ini.
___________

Haii... Guys... Suka ngak dengan prolog untuk cerita ini??? Vote ya... Semoga aja kailan suka. Thanks....😉

One Way to Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang