be loved Mike

3.6K 196 4
                                    

Ellina merasakan sinar matahari yang hangat sudah menyentuh wajahnya. Ia terbangun dan sedikit meregangkan tubuhnya. Ellina menatap sekelilingnya. Tidak ada siapapun, sangat sepi. Ia beranjak keluar dengan piyama birunya. Ia sedikit mengendap-endap, " Tidak ada orang sama sekali?" Ia kembali ke kamarnya dan menuju balkon, ia menghirup udara pagi dan sedikit melakukan peregangan otot. Setelah selesai menikmati pemandangan, Ellina kembali masuk dalam kamarnya dan membuka lemarinya. Ia menyiapkan beberapa pakaian dan segera beranjak mandi.

.........

Setelah itu ia kembali mencoba membuka pintu keluar utama. Tapi ya tetap saja pintunya dikunci. Ellina menghela nafas. Dan berjalan menuju ruang tamu yang lumayan besar. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu dan masuk kedalam, " Sarapan pagi sudah menunggu Anda nona. " Ucap Jimmy diambang pintu sambil membuka pintu dengan lebar.

Ia menggiring Ellina ke rooftop yang agak tinggi tapi pemandangan diatas sana sangat indah. Ellina duduk sendiri, dan dari raut wajahnya ia mulai sedikit bingung.

" Apakah aku harus menunggu Paul?" Tanya Ellina. Jimmy hanya menggeleng kecil sambil tersenyum.

" Mr. Paul sedang ada pekerjaan yang harus ia urus. " Ucap Jimmy dengan ramah. Ellina makan dengan rasa penasaran. ' Apa dia akan meninggalkan aku disini. Aku ingin pulang...' batinnya sambil menggenggam erat sendok ditangan kanannya.

Seusai sarapan Jimmy kembali menggiring Ellina ke kamarnya. " Ini, jika kau butuh apapun telponlah aku. " Ucap Jimmy lalu ia langsung berpaling pergi. Ellina menerima handphone yang ia beri. ' sial kenapa aku harus kehilangan handphone ku. ' ucapnya. Ellina mulai mencoba menghubungi mamanya dan lagi-lagi...

" Ma...."

Dan sambungan terputus begitu saja. Ellina menghela nafas sekali lagi ia mencoba menghubungi mamanya tapi, tidak diangkat juga. Ellina mulai putus harapan. Ia menelpon Mike.....

" Mike?"

" Lin... Ini kamu..!!" Suara seorang perempuan terdengar sendu.

" Hallo... Mike dimana?"

" Mike sedang koma lin. Cepatlah kesini..." Ucap wanita itu, dan Ellina yakin ia adalah Mama Mike. Ellina sedikit kaget dengan berita yang ia terima.

" Dia di Health Hospital. Cepat kesini lin." Ucap wanita itu dan langsung memutus sambungan telponnya. Ellina terdiam ia masih sangat kaget. Dan tanpa sadar ia mengeluarkan airmata nya. " Mike... Ko..koma...?!" Bisiknya, ia langsung jatuh dan tertunduk sedih. Ia menangis dengan menutupi wajahnya.

Ia sedikit berteriak. " Apa... Semua gara-gara aku..." Bisiknya lagi. Peluhnya membasahi setiap sudut wajahnya. Ia berteriak tak karuan. Ia mengacak-acak rambutnya. Ia kembali menghubungi handphone Mike tetapi tidak ada jawaban.

Ia semakin frustasi. " Mike... Mike jangan pergi...!!" Ucapnya dengan sedikit berteriak. Ia sangat bingung dan terus menanggis. " Apa... Apa yang harus aku lakukan..?!" Ucapnya bingung. Ia mulai kelelahan dan kembali tertunduk diam.

.............

Saat hari menjelang malam, Paul masuk ke dalam kamar Ellina yang nampak sangat sepi. Mata Ellina yang agak lebam karena menanggis tampak jelas, lengkap dengan wajah kusutnya menyambut Paul yang baru datang.

Paul menatap Ellina yang hanya diam dan melamun kearah depan. " Apa kau sedih karena aku sibuk hari ini?" Tanya paul perlahan. Ellina hanya menatap tajam Paul dengan wajah dan mata lebamnya itu, ia menatapnya lebih dalam. Paul sedikit ngeri ketika melihat keadaan Ellina, yang memang tampak sudah sangat kalut. ( Seperti hantu)

" Apa kau baik-baik saja Ellina?" Tanya paul lagi. Ellina hanya diam.... Lalu ia teringat, Mike yang terbaring koma. Ia sangat ingin menemui Mike. Mike, Mike, Mike hanya dia yang ada dipikiran Ellina saat ini. Ellina menatap Paul dengan sayu. " Paul...." Bisiknya dengan nada yang sayu. " Aku ingin menemui Mike..." Ucapnya lagi. Ucapan Ellina membuat hati Paul sedikit sakit.

Ia menundukkan kepalanya dan langsung beranjak pergi. Ellina mengejar Paul dan berhasil menangkap lengan kekarnya. " Aku mohon... Ijinkan aku bertemu dengannya." Ucap Ellina memohon sekali lagi. Tapi Paul tetap acuh. " Aku mohon kau sudah mengurungku selama 5 hari Paul. Aku ingin bertemu dengannya. " Ucap Ellina terus memohon. Tak sadar, airmata Ellina bercucuran lagi membasahi pipi Ellina.

Paul memeluk Ellina, " Aku tidak ingin kau pergi dari ku... Aku ingin kau disisiku. " Bisik Paul, sambil membenamkan wajah Ellina kedalam pelukannya. Ellina terus menangis. Lama kelamaan tubuhnya terasa sangat lemas, kakinya mulai bergetar. Rasanya kakinya sudah tidak bisa menopang tubuhnya. Dan pandanganya mulai memburam, akhirnya kegelapan kembali menguasai kesadaran Ellina.

..............

" Dia mengalami gejala darah rendah. Tak apa ia akan segera sadar. Kemungkinan ia mengalami dehidrasi dan shock berat. Apa kah ada sesuatu yang mengganggunya saat ini? " Ucap dokter beruban itu. Paul hanya menggeleng kecil. Dokter itu tersenyum dan memberikan resep obat kepada Paul. Dan menjelaskan sebentae resep obatnya dan beranjak pergi.

Paul menatap sayu Ellina yang terbaring lemah. ' I can't see you like this. ' batinnya. Ia mengelus lembut rambut hitam Ellina. ' what makes you like this?' batinnya lagi. Ellina menggeliat karena sentuhan Paul. " Mike..." Bisik Ellina dengan lembut dalam tidurnya.

Paul membulatkan matanya. ' he is the most fortunate person, the person you love.' bisik Paul sambil tersenyum kecil, walau hatinya terasa perih.

Ia menatapi setiap inci tubuh Ellina yang tertidur pulas. Paul menghela nafas sekali lagi dan beranjak pergi. ' should i? Should i let her meet him..??' batinnya sambil melanjutkan jalannya sambil menunduk dan memikirkannya berulang-ulang.  " I've never seen you like this before." Ucap seseorang dari ujung lorong. Laki-laki itu berjalan mendekati Paul dan melingkarkan lengan kanannya ke leher Paul. Lelaki itu menggiring Paul kebar hotel.

" Vodka.." ucap Jimmy yang sedari tadi menggiring Paul ke bar. Paul masih tertunduk sambil memainkan jari-jarinya. Ia memukul punggung Paul.

" Just tell me bro..." Ucap Jimmy menghibur. Paul menenggak minumannya itu. Ia masih tertunduk dengan bingung. Jimmy hanya menatap ke depan dengan tatapan kosong. Paul menatap Jimmy dengan tatapan sedih.

" She started to make me crazy. " Ucap Paul perlahan.

" I do anything for her but.. she still love him." Bisiknya lagi. " What should I do?" Tambahnya dengan keadaan semakin kalut. Ia mengusap wajahnya dengan kedua tangan kekarnya. Jimmy tersenyum miring.

"Maybe she really has been driving you crazy, I've never seen you lose your way." Jawab Jimmy. Paul menatap Jimmy sinis merasa ia tidak mendapatkan jawaban yang pas. Jimmy kembali tersenyum.

" What she ask?" Tanya Jimmy. Paul menatap Jimmy lagi, " she ask me to let her meet him." Jawab Paul dengan sedikit terbata-bata.

Jimmy tersentak, ia membulatkan matanya. Ia menatap Paul yang terus menenggak minumannya. Jimmy menatap sang bartender sebentar.

" How could she?" Bisik Jimmy. Mendengar itu Paul semakin tertunduk.

" Maybe she just wanted to say goodbye." Tambah Jimmy. Ucapan Jimmy tadi seperti suntikan semangat untuk Paul.

" Really?" Jawab Paul. Jimmy hanya mengangguk sambil meminum minumannya.

" Maybe you should give her time to say goodbye to the past." Jawab Jimmy lagi. Paul menenggak habis minumannya dan menepuk punggung Jimmy. Jimmy yang sedang minum hampir memuntahkan minumannya.

" Thanks to you Jimmy. And you should find jet for me to bring her home. " Ucap Paul kegirangan sambil meninggalkan Jimmy. Jimmy hanya menggeleng kecil, dan tersenyum miring sambil melanjutkan minumnya.

_____________

REVISI 24-6-2017

One Way to Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang