Mobil Paul melaju dengan cepat melintasi kegelapan malam. Ellina masih tampak sangat gugup. Ia kewalahan menghadapi kegugupannya. Ellina terus menatap handphonenya, dan jalanan yang lumayan sepi dan gelap. Paul masih tersenyum sendiri membayangkan bagaimana reaksi Ellina ketika melihat kejutannya. Ia sesekali menatap Ellina yang masih gugup sampai ia meremas erat dressnya. Paul semakin meningkatkan kecepatan mobilnya...............
Mobil Paul terhenti ditempat yang sangat familiar di ingatannya. Tapi segera setelah Ellina beranjak keluar dari mobil Paul dengan sigap mengikatkan kain hitam ke wajah Ellina tepat dimatanya.
" Apa-apaan ini?! Paul lepaskan-"
Ocehan Ellina terhenti karena ciuman singkat yang dilayangkan Paul. Tangan Ellina dengan cepat melepas ikatan matanya.
" Apa yang kau lakukan?"
" Jika kau terus mengoceh dan melepas ikatan itu aku akan- kau mungkin tau aku akan apa?" Goda Paul.
Godaan itu berhasil membuat Ellina tambah gugup. Paul menggandeng Ellina menuntun Ellina jalan dengan perlahan, hingga mereka sampai disebuah villa tempat ia dan Paul pernah tinggal dulu. Paul membuka penutup mata Ellina. Ellina membuka matanya perlahan. Ellina sangat terkejut, di pintu utama banyak orang yang tidak ia kenal melepaskan bunga-bunga di udara yang membuat Ellina kehujanan bunga. Paul menggiring Ellina masuk di ruang utama. Penuh lilin dan bunga, kesan pertama yang Ellina dapatkan ketika memasuki ruangan itu.
" Ellina, aku tau yang tadi pagi itu begitu cepat dan....Sangat...Kurang persiapan dan kurang.... Bukan sama sekali tidak romantis. Tapi sekarang aku menyiapkan semua khusus untukmu."
Ellina hanya ternganga menatap Paul. Ia terlihat sedikit senang. Kemudian Paul berlutut sambil memegang sebelah tangan Ellina. Ia menatap Ellina dengan tatapan penuh harapan, akan jawaban "iya" dari Ellina.
" Akan ku ulangi sekali lagi Ellina. Mau kah kamu mendampingiku seumur hidupmu, menghabiskan sisa hidupmu bersamaku? Ellina?"
Ellina terdiam sebentar. Ia menatap Paul dengan tatapan sayu dan lemas. Seakan tau akan jawaban Ellina yang sangat tidak ingin ia dengar, Paul langsung berdiri, tapi ia tidak melepaskan tangannya dari tangan Ellina. Ia masih menatap Ellina, seakan membujuk Ellina. Tapi Ellina masih bersikukuh pada pendiriannya.
" Aku rasa kau tidak akan merubah keputusanmu dalam waktu dekat ini."
" Maafkan aku Paul. Aku.....Aku merasa aku sangat bersalah."
" Ini bukan salahmu. Mungkin aku terlalu cepat." Ucap Paul sambil tersenyum dan terus menatap Ellina. Tapi wajah Paul seketika berubah ketika ia melihat, sesuatu yang berkilau dari kejauhan menembus jendela. Ia memperjelas penglihatannya. Dengan cepat Paul mendorong Ellina dan.....
Ia terjatuh kelantai dengan luka tembak dibagian perut atasnya. Secara spontan semua bodyguard yang berjaga diluar langsung mencari penembak yang berhasil mengenai Paul. Ellina yang masih kaget, ia menghampiri Paul.
" Paul... Jangan.... Jangan mati..!!" Teriak Ellina, sambil menangis. Paul masih terbaring dengan memegang lukanya. Ellina ikut menekan luka Paul, Jimmy langsung menghampiri Ellina. Ia mengangkat tubuh Paul dengan dua bodyguard lain, langsung menuju rumah sakit.
..........
Tangan Ellina masih bergetar, ia menatap tanganya masih ada sisa darah Paul ditangannya. Ia memegang tangan Paul, sementara Jimmy mengemudi dengan cepat.
" Paul.... Jangan pergi.... Tetaplah disini Paul.... Paul.... Buka...Buka matamu Paul. Jawab aku..." Ucap Ellina disela-sela isakan tangisnya yang menetes hampir membasahi seluruh wajahnya. Seperti mendengar isakan Ellina, Paul sedikit membuka matanya. Ia menatap Ellina, Paul berusaha keras meraih wajah Ellina. Ia mengusap wajah Ellina dengan tanganya yang masih berlumuran darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Way to Love You
RomantikKenapa? Siapa dia... Beraninya dia menculikku, mengelabuhi keluargaku. Dia menjauhkanku dari semuanya. termasuk Mike yang sangat aku cintai. Kenapa hidupku menjadi seperti ini. Ini tak seharusnya terjadi. Ini seperti mimpi tak berujung. Akankah ini...