Sorry [2]

1.8K 135 6
                                    

Ellina terbaring tak sadarkan. Paul terus menatap Ellina sambil menggenggam tangannya. Ia terus menunduk, wajahnya nampak cemas. 

" Sudahlah Paul. Ia sudah tidak apa-apa. Jangan khawatir." Ucap Jimmy menenangkan Paul sambil menyentuh pundak kanan Paul. Paul menatap Jimmy dengan tatapan kosong.

" Bagaimana aku tidak khawatir ia sudah tidur seperti ini selama 2 hari." Ucap Paul dengan lemas.

" Kau juga belum makan 2 hari belakangan ini. Setidaknya makanlah, atau kau akan terus terbaring seperti Ellina. "

" Bisakah kau diam Jimmy. Ellina sedang sakit tak sadarkan diri kau malah mengkhawatirkan aku."

" Aku yakin Ellina juga tidak mau kau sampai sakit. "

Mendengar ucapan Jimmy, Paul langsung berdiri. ' sepertinya aku berhasil.'

" Mungkin..... Ia ingin aku mati saja." Bisik Paul sebelum meninggalkan ruangan itu.

Kata-kata Paul berhasil membuat Jimmy merinding seketika. Ia tidak pernah sekalipun melihat kondisi teman baiknya sampai seburuk ini hanya karena seorang perempuan. Jimmy menatap Ellina yang masih terbaring diatas kasur putih. Ia menatap Ellina dengan penuh selidik sambil tersenyum miring. ' apa istimewanya perempuan ini hingga bisa membuat Paul bertekuk lutut dihadapannya. '  batin Jimmy sambil terus bertanya dalam otaknya. ' dia mungkin benar-benar sudah gila.' batinnya lagi sambil tersenyum sendiri seraya berjalan meninggalkan ruangan itu.

________

Paul menatap gedung-gedung yang bertebaran sejauh mata melihat. Ia menghela nafas panjang. Ia menyandarkan tanganya ketepipagar balkon rumah sakit. Ia sedikit menatap kebawah, lalu menundukkan wajahnya. Jimmy kembali mengagetkan Paul dengan menyentuh pundak Paul.

" Sudahlah... Dia akan baik-baik saja Paul." Ucap Jimmy sambil memberikan sekantong croissant coklat. Tapi Paul hanya menatap roti tak bersalah itu dengan tatapan benci dan mengalihkan pandangannya kearah luar balkon.

" Ahhhh.... Beraninya kau menolak croissant ini. Ahhhh.... Aku tidak tahan lagi. KENAPA... Kenapa kau jadi seperti ini?!"

" Diam lah Jimmy kenapa kau dari tadi ngomong terus tidak berhenti sedikitpun. "

" Paul kau benar-benar membuatku gila. Kau bahkan menolak croissant yang sangat kau sukai. Kenapa.... Kenapa kau jadi menyakiti dirimu sendiri...?!"

" Kau pikir aku bisa makan sedangkan Ellina terbaring antara hidup dan mati. "

" Dia hanya mendapat luka kecil-"

" Luka kecil kau bilang?! Tulang rahangnya retak dan sendinya bergeser. Aku tidak tau apa ia akan bisa bicara lagi. Aku bahkan tidak tau apakah ia akan bisa mengunyah makanannya lagi. Semua ini salahku.... Aku memang tidak berguna....!!"

" Ia pasti sembuh seperti sediakala. Jangan khawatir. "

" Biarkan aku sendiri."

...

" Apakah Anda tuan Paul?" Tanya seorang suster yang tiba-tiba berada dihadapan Paul.

" Ya, ada apa?"

" Nona Ellina sudah sadar."

Mendengar kabar baik itu Paul langsung berlari kearah kamar Ellina. Ketika ia sampai, Ellina sedang diperiksa oleh dokter.

" Sebaiknya jangan paksakan dia untuk bicara. Itu tidak baik untuknya. " Ucap dokter kepada Paul.

" Kau tidak apa-apa Ellina. "

Ellina hanya menatap Paul dengan tatapan sayu dan lemah. Mata Ellina masih buram, ia terus mengedipkan matanya agar bisa fokus. Ketika menyadari Paul yang ada dihadapannya, Ellina dengan spontan langsung memundurkan tubuhnya dan menutupi dadanya dengan selimut. Seketika rahangnya terasa sangat ngilu hingga ia memegangi pipi kanannya yang masih lebam.

One Way to Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang