Accident

1.7K 126 1
                                    

Ellina terus menghapus darah yang bercucuran dari hidungnya. Darah itu seperti tidak mau berhenti mengalir. Pipinya sedikit biru karena pukulan tadi. Ia sesekali melirik Paul yang mengemudi sangat cepat, membuatnya sedikit takut. Perasaan marah bercampur sedih menyelimuti hati Paul, bagaikan awan gelap. Paul sama sekali tidak melihat kearah Ellina sedikitpun. Entah apa yang ia pikirkan.

" Paul, bisa kau mengemudi pelan sedikit." Ucap Ellina memecahkan suasana hati Paul yang kalut. Paul melirik Ellina, yang masih dengan tissue dihidungnya. Untuk beberapa saat Paul terpaku, ia dengan cepat langsung menepikan mobilnya.

" Kenapa.... Kau melakukannya...??" Bisik Paul, dengan terus menunduk.

" Melakukan apa? Apa maksudmu? Apa kau tidak bisa menatapku saat kau bicara padaku?" Jawab Ellina.

" Kenapa kau berciuman dengan pria itu? Apa kau ingin pergi bersamanya sekarang?" Ucap Paul kesal, matanya tampak membulat dengan wajah marah itu ia berhasil menakuti Ellina.

" Asal kau tau saja. Itu semua tidak disengaja. Dia tiba-tiba mebarikku dan---"

" Hentikan semua omong kosong itu. Kau membujukku datang kepesta itu, agar kau bisa bertemu dengannya kan?!"

" Apa..... Apa menurutmu aku orang yang seperti itu?"

" Aku tidak tau, yang jelas kau masih mencintainya kan?! Jawab aku dengan jujur Ellina...!!!"

" Aku tidak mencintainya sejak ia meninggalkan aku. "

" Jangan berbohong Ellina. Aku tau apa yang ada dalam hatimu."

" Paul... Aku adalah istrimu. Aku hanya mencintaimu."

" Jangan bicara omong kosong itu lagi padaku? Apa kau mengasihani ku sekarang?!"

" Tapi itu kebenarannya."

" Sudahlah Ellina.... Aku tau kau masih mencintainya. Aku tau.... Aku tau semuanya...."

" Paul.... Aku hanya mencintaimu."

" Diam... Apa sekarang kau ingin pergi? Aku akan membiarkanmu pergi. Tidak, aku memang menginginkanmu pergi sekarang."

" Apa itu mau mu?!"

" Ya itu mauku. Pergi jangan muncul dihadapan ku lagi."

Ucapan Paul sangat menusuk dan melukai hati Ellina. Ellina masih memegang tissue untuk mengusap darah yang tidak berhenti keluar dari hidungnya. Dan dengan berlinang air mata ia keluar dari mobil itu, masih dengan gaun yang bagus, ia berlari disepanjang jalan. Dan dengan pikiran yang kalut dan bingung, ia terus berlari dan menunduk. Tapi tiba-tiba sebuah cahaya yang sangat kuat menyadarkan dirinya dari kesedihannya dan tak sempat Ellina melihat apa yang ada dihadapannya, mobil itu sudah menabraknya, hingga ia terlempar.

..........

Butuh waktu yang cukup lama untuk Paul menenangkan diri. Kemudian ia kembali melajukan mobilnya. Ia sangat merasa bersalah akan ucapannya tadi, ia berharap Ellina belum pergi jauh. Lagi pula kemana ia akan pergi ditengah jalanan yang gelap, dan Ellina sendiri takut gelap. Ia melaju sedikit perlahan dengan menatap setiap sudut jalan. Ia melihat sebuah truk yang berhenti dan beberapa kerumunan orang. Kerena penasaran Paul turun dan melihat, ia melihat Ellina tergeletak dengan darah yang membasahi rambutnya. Dan disaat bersamaan ambulance datang, petugas-petugas itu langsung membawa Ellina dengan tandu dan dimasukan kedalam ambulance.

Ellina langsung dibawa keruang gawat darurat. Paul sangat khawatir, ia terus menyalahkan dirinya atas kejadian itu. Ia mondar-mandir tak karuan didepan ruang operasi, sesekali ia duduk dan mengusap wajahnya. Kemudian Margareth dan Evan datang dengan berlari. Ia menghampiri Paul dan Paul langsung menyambut Margareth dengan pelukan. Kesedihannya tumpah pada pundak Margareth yang sedang memeluknya.

Setelah menunggu beberapa jam, wajah Paul menjadi sangat pucat. Ia sangat khawatir akan keadaan istrinya itu. Ia kembali mondar-mandir tak karuan.

" Kenapa lama sekali...??" Bisik Paul gusar.

" Dokter pasti membutuhkan waktu untuk menyembuhkan dia Paul. " Ucap Margareth berusaha menenangkan Paul.

Jam berlalu sangat cepat hingga akhirnya dokter keluar dari ruang operasi. Masih dengan masker dan baju operasinya, Paul langsung menghadang dokter itu.

" Bagaimana keadaannya?"

" Dia baik, ia hanya menderita patah kaki dan sementara kami harus memberinya penyangga leher. Ia juga tidak mengalami cidera otak. Tapi,..."

" Tapi? Tapi apa?!"

" Bayinya tidak berhasil selamat."

" Bayi?! Sejak kapan ia hamil?"

" Usia kandungannya baru menginjak 7 Minggu. Kemungkinan besar, ibu dari bayi juga tidak mengetahuinya. Karena pada usia kandungan yang masih muda belum muncul gejala-gejala kehamilan."

Setelah itu dokter itu langsung pergi. Dan Paul terpaku, ia sangat merasa bersalah. Seperti sesuatu sudah menusuk hatinya sekarang. Ia bahkan sampai terjatuh, ' dia... Hamil?' batin Paul.

.......

Ellina sudah dipindahkan ke ruang rawat. Paul menatap ellina yang terbaring lemah. Ia terus memegangi tangan Ellina. Ia merasa sangat bersalah atas apa yang menimpa Ellina, terutama ia harus kehilangan nyawa bayi kecilnya. Karena pertengkaran dan kecemburuannya batinnya sambil mengutuk dirinya sendiri.

........

Ellina membuka kedua matanya dengan perlahan. Ia mengedipkan matanya dengan cepat ia memfokuskan pandangannya. ia tidak bisa menoleh karena kerah penyangga yang masih terpasang di lehernya. Tapi, ia merasakan seseorang memegangi tangannya. Ia melirik dan orang itu adalah Paul. Ia tertidur, dengan tertunduk diatas tangan Ellina.

Tapi seketika Paul tersadar, ia langsung menatap Ellina yang meliriknya. Paul langsung terbelak kaget. Ia menatap Ellina dan memanggil dokter untuk memeriksanya. Dengan cepat dokter langsung datang, dan setelah memeriksa keadaan Ellina, ia berbincang sebentar dengan Paul dan langsung beranjak pergi.

.........

Kini Paul duduk disampingnya tempat tidur putih itu. Ia menggenggam tangan Ellina sambil menunduk.

" Maafkan aku Ellina, aku tidak seharusnya seperti ini. Aku memang bodoh. Ini semua salahku!!"

" Ini semua kecelakaan, semua tidak disengaja. Jangan menyalahkan dirimu Paul. "

" Semua karena aku, maafkan aku Ellina, karena aku... Kita.... Kita kehilangan bayi kita." Ucapnya sambil menangis.

" Ba....ba..bayi?!"

" Kau hamil dan karena kecelakaan itu kau keguguran. Semua ini salahku...."

Ellina sangat kaget, ia tak menyangka bahwa selama ini ia tengah hamil. ' kenapa semua ini terjadi?!' batin Ellina berteriak. Teriakan itu berubah menjadi air mata. Tapi Ellina mencoba untuk tetap tenang.

" Ini bukan salahmu Paul, semua tidak disengaja ini kecelakaan. Sudahlah Paul...." Ucap Ellina berusaha menenangkan Paul.

.......

Maaf ya guys updatenya lama dan sedikit sekali. Saya akhir-akhir ini kehilangan inspirasi. Mungkin cerita ini akan habis 3 atau 5 chapter lagi.

Makasih banyak buat kawan-kawan yang udah sempat baca dan vote cerita ini. Semoga kalian gak bosen ya.

Kritik dan saran?
Comment aja ya.

💜Author

One Way to Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang