Happy Ending [END]

2.2K 119 6
                                    

Cklekkk....
Seseorang masuk kedalam ruangan Ellina. Seorang wanita yang mungkin sudah berumur. Ia berjalan perlahan mendekati Ellina. Ia mendekati Ellina dengan wajah tersenyum penuh misteri. Ia menaurh nampan yang berisi roti dan susu, lengkap dengan sup dan buah. Ia kemudian melepas borgol Ellina. Ellina menatap wanita itu dengan bingung. Wanita itu hanya bisa tersenyum dan menggiring Ellina ke kamar mandi.

" Bersihkan dirimu, aku akan menunggu diluar. " Ucapnya dengan suara seraknya, kemudian ia menutup pintu dengan perlahan.

Hal pertama yang dilakukan Ellina adalah mencari jalan keluar dari kamar mandi itu. Ia terus mencari, setelah kira-kira 10 menit, Ellina hanya menemukan ventilasi yang besarnya tidak akan cukup untuknya melarikan diri. ' sial!!!' batin Ellina.

Ellina keluar dari kamar mandi hanya dengan terbalut handuk. Kemudian wanita tua itu menyuruh Ellina duduk didepan meja rias. Kemudian ia menyisir dengan lembut rambut Ellina yang masih basah.

" Beautiful beautiful beautiful hair." Ucap wanita itu lirih.

Ellina hanya menatap pantulan dirinya di kaca itu. Ia menatap pantulan wajah wanita itu. Terlihat penuh kerutan, ia terus menatap rambut Ellina yang terus disisirnya. Bagi Ellina wanita itu tampak seperti psikopat, tapi karena rambut putihnya yang tergulung rapi Ellina mengubah pandangannya kepada wanita tua itu.

Setelah selesai merapikan rambut Ellina, wanita itu menyuruh Ellina berpakaian dengan pakaian yang telah ia siapkan. Karena sedikit ngeri Ellina terus menurut pada wanita itu. Sedangkan wanita itu hanya tersenyum. Ia menggiring Ellina duduk di sofa dan menyerahkan nampan yang ia bawa tadi kepangkuan Ellina. Ia mengambil semangkuk sup itu dan menyiapkan sendok demi sendok ke mulut Ellina. Ellina pun tidak menolak mengingat dia juga sangat lapar.

Wanita tua itu tersenyum penuh misteri. Senyuman wanita itu tampak seperti psikopat bagi Ellina. ' sial kenapa aku terjebak dengan wanita aneh tanpa suara ini..??' batin Ellina seakan berteriak.

" Kau sangat cantik." Ucap wanita itu memecahkan keheningan. Ellina sangat terkejut, ia membulatkan matanya sambil tersenyum palsu.

" Terimakasih." Jawab Ellina dengan sedikit tegang. Ia meremas kecil celana yang ia pakai.

" Bisakah kau sedikit lembut pada Juan? Sebenarnya ia adalah lelaki yang lembut."

" Kau menyuruhku untuk bersikap baik dengan orang yang telah menculik ku...?!"

" Maaf, tapi aku mengenalnya sejak ia dilahirkan. Aku yang menggendong dan merawatnya. Katie, ia sangat menyayangi Katie. Kehilangan Katie membuat Juan menjadi orang yang berbeda. Ini---- aku yakin kau bisa mengembalikan Juan seperti semula."

" Maaf, kau salah paham. Aku sudah memiliki suami, dan Juan dia menculik ku. "

" Entah kenapa aku berfikir ia sangat menyukaimu. Aku kira, maafkan aku." Ucap wanita tua itu, seraya berdiri dan meninggalkan ruangan itu.

.............

Paul berjalan menggunakan alat bantu jalannya ia berjalan perlahan. Ia masuk diruang kerjanya, kemudian Jimmy masuk keruangan itu. Ia menatap Paul tajam dengan amplop coklat ditangannya. Paul berbalik menatap Jimmy yang sedari tadi diam dihadapannya.

" Apa kau sudah menemukan Ellina?" Tanya Paul dengan tatapan tajamnya sambil mengepalkan tangannya.

" Soal itu, Paul.... Ellina.... Dia diculik oleh Juan."

"APA..!!! Bagaimana bisa kau membiarkan hal ini terjadi. SIALLL..!!!!" Paul berteriak meluapkan emosinya.

" Dan surat ini datang." Ucap Jimmy menyerahkan amplop coklat yang sedari tadi ia genggam erat.

Paul membuka amplop coklat itu dengan perlahan. Darahnya mulai naik lagi ketika, ia melihat foto dalam amplop itu. Seketika ia merobek-robek isi amplop itu dan membuangnya sembarang. Ia menatap Jimmy dengan tatapan amarahnya.

" Dasar tidak becus, aku akan menyelamatkan dia sendiri. " Ucap Paul sambil berjalan terbata-bata. Ia langsung menuju mobilnya yang terparkir dibasement.

Saat ini ia hanya memikirkan Ellina. Hanya Ellina yang berada dipikirannya. Ia melaju kencang dengan tatapan lurus kedepan. Akhirnya ia sampai dirumah keluarga Alexis. Ia langsung menuju pintu utama rumah itu dan dengan keras membuka pintu itu.

" Hey Paul ada apa kau kesini?" Ucap Juan masuk dalam ruang tamunya.

Masih dengan terbata-bata, Paul berjalan cepat dan langsung menggenggam erat kerah baju Juan.

" Dimana dia?!" Tanya Paul. Dan Juan hanya membalas dengan senyuman sinis.

"Ketika kau bertemu dengannya, aku yakin kau tidak akan mau bersamanya lagi." Ucap Juan. Paul langsung menuju wajah Juan dengan keras hingga pria itu tersungkur diatas lantai.

" APA YANG KAU LAKUKAN PADANYA..?!!!"

Tanpa berucap lagi Paul langsung mendaratkan tinju beratnya ke wajah Juan. Juan terhempas jatuh dan Paul menggenggam erat kerah baju Juan.

" APA YANG KAU LAKUKAN PADANYA..?!!!"

" Aku telah menghancurkan dia. Seperti kau menghancurkan Katie."

" AKU AKAN MEMBUNUHMU...!!!"

Teriakan Paul bergema hingga seluruh penjuru ruangan itu. Seorang wanita tua muncul dari lorong sebelah barat ruangan itu.

"Nana...!!! Antar pria ini bertemu istrinya." Perintah Juan kepada wanita tua itu.

Wanita tua itu langsung menggiring Paul menuju lantai atas. Entah kenapa kaki Paul sudah tak terasa sakit sama sekali. Ia terus berjalan melewati lorong-lorong penuh pintu itu. Wanita itu sampai pada sebuah pintu, ia membukakan pintu itu dan Paul masuk kedalam ruangan itu. Entah Juan membohongi Paul, ruangan itu terasa kosong, hanya kamar yang kosong. Tiba-tiba ia mendengar rintihan seorang wanita dari arah kamar mandi. Ia berjalan perlahan, " Ellina? " Bisiknya perlahan.

Ia melihat kedalam kamar mandi itu Ellina tertidur dalam bathtub, dengan tangannya yang terus borgol di salah satu pipa air. Tubuhnya berlumuran darah.

Tanpa pikir panjang Paul langsung, merusak borgol itu dan menggendong Ellina. Ia membawa Ellina menuju rumah sakit segera. Sambil menangis ia mengemudi dengan cepat. Para suster membawanya langsung ke ruang gawat darurat.

" SIALLL..!!!! "

..........

Setelah 2 hari berlalu, Ellina sadar. Ia menatap Paul yang terlentang tertidur diatas sofa putih diseberang tempat tidurnya. Ia berusaha duduk diatas tempat tidurnya. Ia merasakan sakit di bagian perutnya. Ia sama sekali tidak ingat apa yang menimpanya. Tiba-tiba Paul terbangun dan ketika ia melihat Ellina sudah terbangun ia langsung melompat dan membaringkan Ellina.

" Apa kau baik-baik saja..?" Ucap Paul lembut.

Ellina begitu ingin menjawab Paul tapi entah kenapa lehernya terasa sangat sakit. Ia spontan memegangi lehernya. Paul menatap Ellina dengan sayu.

" Tak apa Ellina kau akan baik-baik saja. Tenanglah, lehermu bengkak karena cekikan. Beberapa bagian tubuhmu lebam mungkin karena pukulan. Sebenarnya apa yang ia lakukan padamu Ellina...?" Tanya Paul. Ellina hanya menjawab dengan menggeleng perlahan.

" Baiklah itu tidak penting sekarang kau sudah disini bersamaku." Ucap Paul sambil tersenyum, dan dibalas senyuman oleh Ellina.

_______________

One Way to Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang