Mareza-part 5

2.9K 46 0
                                    

Kantor, Beberapa menit jelang waktu pulang kantor..

Jam 5 tepat..itulah yang terpampang di display mesin absensi ketika Mareza meletakkan jempol kanannya kedalam mesin untuk absensi pulang.

"Mau kemana yak?" gumamnya ketika melintasi pelataran parkir kantor. Belakangan ini Uni semakin sibuk saja dan tak ada waktu buat sekedar ngumpul bareng seperti dulu, bahkan sekedar makan bersama denganku seperti yang dulu sering kami berdua lakukan saja sudah jarang.

"Kuharap dia baik-baik saja..man, I miss that time.." gumamnya sambil menatapi langkah demi langkah sepatunya menaiki jalanan beraspal menanjak kantor.

Notifikasi  SMS masuk membuat langkahnya sesaat terhenti. Ternyata SMS dari Zahra..

Azzahra Ayda:
Ada yang mau jalan? Suntuk nih..

Mareza Khaydr:
Ada! Ketemuan dimana?

Azzahra Ayda:
Ketemuan di Foodcourt IT Center bisa Za?

Mareza Khaydr:
Ok, menuju..

Selesai membalas pesan, Mareza menggegas langkah jalan besar yang berada di akhir tanjakan.

Mareza sedikit gusar ketika tiba di IT Center sedikit gusar dengan ketidakmampuan pemerintah kota untuk mengontrol angkot yang beranak-pinak dengan jumlah yang tidak sedikit hingga berefek pada kemacetan pusat kota.

Ada dua cara untuk sampai ke Foodcourt yang terletak di lantai 5, dengan Eskalator atau Lift. Mareza selalu memilih eskalator karena tak terlalu suka berdesakan dalam satu ruang sempit.

Dalam perjalanan keatas, Mareza kemudian meraih HP-nya dari saku depan celana jeans dan mem-fast dial nomornya Zahra..

"Dimana?" tanya Mareza dengan nafas sedikit tersenggal begitu panggilan tersambung

"Di kawasan bebas rokok dekat jendela." jawab Zahra di seberang telpon.

Begitu Mareza sampai di foodcourt, pandangannya menyapu cepat deretan sofa yang ditata menempel ke jendela kaca untuk menemukan salah satu saja sosok dari gank mereka. Setelah beberapa saat celingak-celinguk, dilihatnya sosok Zahra yang sedang membaca dan duduk bersama seorang teman wanita yang belum dikenalnya.

"Mana yang lain?" tanya Mareza sambil duduk diseberang mereka berdua. "Uni dan yang lain gak bisa datang.." jawab Zahra.

Reza hanya mengangguk dan menjawab 'oo, begitu' dengan suara pelan.

"Eh iya, ini kenalkan teman Uni juga" ucap Zahra baru sadar kalau Mareza belum mengenal temannya.

Teman Zahra itu bernama Fitri, wanita yang lumayan menarik perhatian khalayak karena tinggi badannya proporsional dan sense of style yang bagus.

"Jadi kita mau kemana?" tanyaku dengan pandangan tertuju kearah keduanya.

"Umm..kemana yah? Gak ada rencana apa-apa cuman pengen jalan aja.." ujar Zahra.

"kalau gak ada rencana, bagaimana kalo temani aku liat-liat baju di lantai bawah.." tawar Fitri yang dari tadi diam saja.

"Aku sih gak apa-apa tapi.." ucap Zahra menggantung kalimatnya dan menatap Mareza.

"Ah..gak pa'pa, lagipula itukan juga namanya jalan-jalan," tegas orang yang ditatapnya dengan senyum menyunging.

"Kalo begitu, ayo.." ajak Fitri bangkit dari tempat duduknya, diikuti Zahra dan Mareza.

Dalam perjalanan menuju ke Lift Zahra melambatkan langkahnya hingga bersisian dengan Mareza.

"Benar gak apa-apa?"selidiknya. Mareza mengangguk dan bilang 'aku sudah biasa kok jalan kayak gini, tenang aja' sambil menepuk pelan pucuk kepala Zahra.

Mendapat perlakuan semacam ini, Zahra  hanya tersenyum simpul lalu mempercepat langkahnya untuk bersisian dengan Fitri. Hhhh..tanpa sadar Mareza menghela nafas panjang.

"Zahra terlihat makin manis saja yah?" batinnya kemudian.

Window shopping berlangsung setengah jam lamanya dan Mareza tak henti menggeleng heran saat melihat kehebohan dua wanita di depannya memilah-milih pakaian sambil bercanda. Setelah puas sejam keluar-masuk distro, mereka berdua memutuskan untuk cari makan.

Mareza mengusulkan ayam lalapan di warung makan favoritnya untuk makan siang mereka dan langsung disetujui ketika dia menjelaskan lebih lanjut kalau tempat itu tak jauh dari IT Center. Hal ini karena dia yakin betul bahwa keduanya pasti sudah cukup lelah berputar-putar tadi jadi tak mungkin sanggup lagi jalan jauh.

Warung yang dimaksud sudah ramai dipadati orang, maklumlah selaih harganya terjangkau, ayam dan sambalnya terkenal enak..
Potongan terakhir ayam lalapan sudah setengah jalan dikunyah bersama dengan nasi putih yang jadi pelengkap makanan sedang mie bakso tenes yang dipesan Zahra dan Fitri masih setengah jalan dinikmati.

"Cepat amat makannya, lapar banget yah?" sergah Zahra sambil menambahkan kecap ke mie-nya.

"Kayaknya.." jawab Mareza sekenanya.

Well, Mareza selalu ringkas kalau soal makan bukan tidak menikmati tapi sudah kebiasaan. Beberapa saat kemudian kami bertiga selesai membayar dan memutuskan untuk pulang karena sudah mulai larut, setelah mengucapkan salam perpisahan satu persatu dari kami naik angkot jurusan masing-masing dan begitulah jalan-jalan malam ini berakhir.

Cinta itu tindakan bukan ucapan
Sayang itu tindakan bukan ucapan
Sedangkan 
Kata suka itu berada diantara ucapan dan tindakan.

Tbc

Lelaki 4 Wanita《END》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang