Aruni-part 7

1K 20 0
                                    

Sang pagi t'lah menitis ke bumi dengan kabut tipis yang belum merendah. Uni menyingkap selimut yang melingkupi, merapikan tempat tidur lalu menyibak buka tirai jendela kamar.

Ada gigil yang merasuk pori kulitnya kala begitu jendela kamar terbuka. Udara pagi hari langsung berebut masuk ke rongga nafas 'tuk suplai udara bersih ke otak.

Hari baru, semangat baru. Uni selalu membatinkan kalimat positif pemula hari semacam ini, semata untuk pemacu mood beraktivitas.

Ketukan di pintu kamar jadi penanda bagi Uni untuk gegas langkah keluar kamar. Usai menudungi kepalanya dengan hijab, ia pun beringsut meninggalkan kamar.

Hiruk-pikuk keluarga Akmal selalu dimulai lebih dini dibanding keluarga lain di sekitaran kompleks tempat tinggal mereka. Akmal Ramlani, sang empu rumah memegang prinsip rejeki pagi untuk yang bangun pagi dan itu beliau tularkan pada anak istrinya.

Dapur; di pusat hiruk-pikuk keluarga ini, ada dua sosok perempuan tengah berkutat dibalik kompor gas, memasak sarapan pemberi energi untuk aktivitas luar rumah nanti.

Desis akibat cemplungan tahu mentah potong dadu kedalam minyak panas yang sedang digoreng Uni beradu bunyi dengan gesekan spatula ditangan Ummi yang sedang menumis sayur kangkung.

Semenit kemudian aktivitas dapur berpindah ke ruang makan, dimana sang ayah dan adik lelaki Uni duduk masing-masing dengan segelas teh dan kopi di depan mereka.

Dua lelaki keluarga Ramlani ini tengah serius menekuri apa yang di genggaman. Sang ayah sedang memperkaya informasi lewat koran, sedang sang adik sibuk mengecek email berisi orderan furnitur yang jadi usahanya.

Teguran sang ibu membuat keduanya sejenak menghenti apa yang ditekuri karena saat sarapan tiba, benda selain peralatan makan dilarang keras berada digenggaman.

Usai sarapan, masing-masing anggota keluarga memulai aktivitas luar rumahnya.

¤¤¤

Pikuk pagi di kantor tempat Uni bekerja selalu sama; berkas yang harus ditanda tangani Spv, mengecek stok gudang dan laporan harian ke kantor pusat via email.

Detak jam membawa masa hari ke kisaran jam makan siang, Uni dan Chita hendak ke kafetaria ketika pesan pendek ternotif masuk di ponsel Uni.

"Tumben nih anak ngajak makan siang.." respon Uni usai membaca pesan pendek yang ternyata berisi ajakan makan siang dari Zahra.

Aruni Agustina:
Deuh, kalo lagi ada perlu aja baru nyari aku..

Azzahra:
Gak bisa yah? >_<

Aruni Agustina:
Becanda bu, dimana?

Azzahra:
Terserah kamu, pengen curhat nih..

Aruni Agustina:
Kita ke Food republic aja yah?

Azzahra:
Siip, otw..

Dengan payung ditangan, Uni lantas menggegas langkah ke tempat makan yang diusulnya tadi. Jalan kaki dirasa Uni lebih praktis, dibanding pakai kendaraan mengingat begitu macetnya ruas jalan menuju Boulevard on Business disaat makan siang dan jarak kantor Uni dengan tempat makan itu bisa ditempuh 15 menit jalan kaki.

Every storm have a silver lining; tiap masalah ada hikmah yang dipetik.
Daripada tersuruk mengutuk lebih baik berpikir positif tanpa bersikap naif.

Tbc

Lelaki 4 Wanita《END》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang