Intermezzo #3

370 5 0
                                    

Tak perlu rumus atau hipotesa untuk menjabarkan sebuah perasaan suka dan benci, karena keduanya tak memiliki ketetapan yang terdefinisi.

Hari ini sepenggal siang di bulan pertengahan semester. Sudah hampir seminggu Mareza, Aruni dan sesama mahasiswa tingkat 4 sastra inggris memakai berlembar-lembar kertas dalam binder mereka untuk menulis soal dan jawaban tes mata kuliah yang diajarkan.

Sejauh ini tentunya bagi Aruni yang notabene punya daya serap seperti spons, bukan sesuatu yang membuatnya harus bergadang semalaman untuk belajar atau bagi Mareza yang punya kapasitas rata-rata dalam belajar.

=====

Kantin kampus pada siang itu ramai sesak oleh mahasiswa yang tengah meratap atau berbahagia atas pengumuman hasil mid semester yang baru saja mereka lewati.

Salah satu yang meratap ialah Mareza yang sedang kecewa dengan keteledoran dosen yang salah masukkan nilai hingga dia terancam kena ganjar D di Lembar Hasil Studi nanti. Saat moodnya lamat-lamat membaik berkat bantuan dua gelas kopi hitam dan sepiring gorengan, liang pendengarnya menangkap dua suara yang saling tolak belakang pada saat ini sedang memasuki kantin; suara pertama milik Aruni dan yang satunya ialah suara yang tak ingin ia dengar saat ini dan selanjutnya.

Aruni langsung beringsut mendekat kala pandangannya menemukan sosok Mareza di keramaian kantin sementara satunya celingukan mencari tempat dan menemukan bahwa satu-satunya tempat kosong yang tersedia berada di meja panjang tempat Aruni menuju dan duduk tadi; di sebelah cowok yang sedang memunggunginya.

Tbc

Lelaki 4 Wanita《END》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang