Mareza-part 7

2.2K 40 4
                                    

Kawasan Megamas, kala sore mulai melukiskan guratan keemasan..

Tinggal sejengkal lagi mentari akan terbenam di ufuk barat, tempat dia beristirahat setelah seharian bertugas menyinari hari..

Disinilah Mareza, di salah satu batuan besar dari sekian banyak tumpukan bebatuan yang berfungsi sebagai pemecah ombak tepi pantai. Menunggu datangnya Zahra yang akan datang sebentar lagi dari ajakan hunting foto yang terucap semalam via ponsel.

Inikah saatnya menyatakan perasaan ini padanya?

Mareza hanya mampu menghela nafas panjang atas pemikiran ini

"Ataukah..belum?" gumamnya sambil memeluk kedua lutut.

"Hi, udah lama?" tanya sebuah suara yang dikenalinya milik Zahra.

Mareza menggeleng dan berucap
'Baru saja sampai..' walau pada kenyataannya tidak.

Setelah menyalakan kamera poket-nya, ia kemudian mengambil tempat tak jauh dari Mareza dan mulai mengabadikan suasana sore itu.

Langit yang memerah, sepenggal matahari yang kian tenggelam, dan arakan awan yang membuat konfigurasi unik hingga menyerupai sesuatu.

Serentet pemandangan ini tak luput dari perhatian Mareza yang sedang mengamati siluet wanita yang saat ini masih dalam ritual jeprat-jepret dalam diam. Dia tak menyangka bahwa Zahra juga sangat menyukai fotografi meskipun hanya sebatas asal jepret sana-sini.

Cklik..lensa kamera terarah pada Mareza dan menangkap gambaran dirinya yang sedang melamun.

"Woy.." ujar Mareza spontan.

"Hihihi..makanya jangan terlalu serius" ucapnya.

"He.he.he lucu..udah puas motretnya? Sampai harus motret makhluk kayak gini.." ujar Mareza sambil membuka kedua tangannya lebar.

"Iyah, udah..mau lihat?" tawarnya.

Mareza menyilahkan Zahra untuk duduk disampingnya, karena satu-satunya batu yang rata dan cukup besar untuk dijadikan tempat duduk hanyalah yang dia duduki ini. Tanpa sungkan Zahra duduk disamping pria itu untuk perlihatkan hasil jepretannya tadi.

"Indah..langit sore memang indah yak?" ucap Mareza sambil melihat slideshow gambar sampai berakhir pada gambaran dirinya tadi.

"wahh, kalo ini sih jelek..hapus aja" ucapnya sambil menunjukkan wajah tak suka.

"Jangan!, lumayan buat nakut-nakutin tikus" ucapnya sambil tergelak. "Nih anak.." ucap Mareza sambil tersenyum.

Saatnya aku menyatakan perasaanku padanya..

Pikiran itu kembali terlintas di benak hingga membuatnya terdiam.

"Ada apa Za? Kayaknya dalem banget mikirnya.." tanya Zahra sambil mematikan kamera pocket-nya dan menyimpannya kedalam tak samping yang dibawanya.

Mareza menggeleng sesaat dengan harapan pikiran itu menghilang secepat dia datang, namun hasilnya nihil.

"Oh, masalah pribadi yah.." simpulnya kemudian perhatiannya tertuju pada HP-nya.

Eh? Dia salah paham rupanya.. baiklah kalo begitu..here goes for nothing.

"Ra.." panggil Mareza dengan suara tertahan.

"Mm?" balasnya tanpa alihkan pandangan dari HP-nya.

"Ah, mm..mau nggak jadi cewekku?" ucap Mareza terbata.

Zahra terdiam sesaat lalu menoleh kearah Mareza, mungkin mencari tahu apakah dia hanya asal bicara saja.

"Sori kalo ini membuatmu tak nyaman..Cuma bilang apa yang kupikirkan, itu saja.." aku Mareza sambil menghela nafas panjang yang tadi serasa penuh di kedua paru-parunya lalu menatapnya.

"Gak pa'pa..aku mau kok.." ucapnya sambil tersenyum.

"Alhamdulillah, thanks ya Ra.." ucap Mareza lega.

Akhirnya dia bisa mengatakan hal itu pada dirnya dan syukurlah responnya baik.

Well, things wouldn't go any better than this..

End

Lelaki 4 Wanita《END》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang