Aruni-part 3

1.4K 27 4
                                    

Waktu terlipat dengan cepat ke pukul 12 siang, waktunya makan siang.

Uni tengah merapikan diri untuk keluar. Siang ini ia diajak makan siang oleh Afdli, pria yang secara terang-terangan menyatakan rasa sukanya pada gadis berhijab penyuka warna hijau ini.

Kencankah? Tentu tidak, ini hanyalah makan siang biasa sesama teman. Atau paling tidak itu yang ada dalam pikiran Uni saat mengiyakan ajakan makan siang Afdli.

Gerik tak biasa Uni ini jelas melengkungkan tanya di kepala rekan sekerjanya.

"Tumben dandan Ni?" tanya Cita, teman seberang kubikel.

"Lagi pengen aja" balas Uni sekenanya.

Oh gitu, bukan buat yang tadi nungguin kamu di lobi?. Celetukan ini tertangkap masuk di ruang pendengaran siapapun yang berada di ruangan ini. Uni mendengus kesal, tanpa dilihat pun ia tahu itu suara siapa.

Permana, orang yang pernah secara frontal mengungkap rasa sukanya namun ditolak Uni.

"Nih, dia nitip ini di meja depan" serah Permana. Sebuah bungkusan tersaru tas kresek hitam.

Cie~cie~ bersalut cuwiwitan mengumandang tanpa dikomando membuat wajah Uni sesaat semerah kepiting rebus sebelum ia kembali mencerna apa yang dikatakan Permana tadi.

Wait what? Di lobi? Siapa yang tadi nunggu di lobi? Afdli atau~. Seliweran duga dan praduga tanpa muara memenuhi kepala Uni.

"Siapa mangnya tadi di lobi?" tantang Uni mencoba untuk bersikap setenang mungkin.

"Si cungkring" timpal Permana.

Uni diam-diam bernafas lega, yang datang ternyata Mareza.
Tapi apa yang membuat ia datang tanpa menelpon atau sms terlebih dulu?. Uni lantas meraih handphone yang sedari tadi tersimpan di tas jinjingnya.

Handphone diset dalam mode senyap itu memberitahu sang empunya bahwa ada 15 notif panggilan tak terjawab dan dua pesan teks dari satu kontak, Mareza.

Diketuknya layar sentuh guna membuka pesan yang dikirim.

Maresa Khaydr
Lagi gak pengen diganggu yah? Yawdah, nitip di meja depan aja. Jangan lupa dimakan, happy belated!

Setengah jam yang lalu pesan ini terkirim, menurut riwayat pesan.

Tart mini lengkap dengan lilin seketika terlihat kala Uni membuka tutup dus yang terselubung tas kresek.

Rasa haru menelusup relung hati Uni. Sudah seminggu ia menghindar dari karibnya beralaskan kesibukan kerja yang fakta terjadi.

Makasih ya Za. Uni membisik kata syukur akan pengertian karibnya serta kesehatan yang teranugerah oleh sang khalik di pertambahan usianya.

"Hari ini kamu ultah yah?" tanya Cita memutus cenungan Uni.

Uni mengiyakan pertanyaan itu dan tak lama kemudian dirinya dihujani ucapan selamat hingga akhirnya membuat ia sedikit terlambat untuk janjian makan siang.

Sahabat ialah orang yang selalu ada untukmu, bukan di saat senang namun susah.

Sahabat ialah orang yang mengulurkan tangan saat kau terjatuh, relakan pundaknya dipukul jika kesal, dibasahi tangis kala sedih, melindungi kala butuh lindungan.

Tbc

Lelaki 4 Wanita《END》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang