Zahra-part 6b

380 7 1
                                    

Kehawatiran Zahra mulai beralasan kala hari ketemuan pertama setelah kepulangan Mareza dari pulau disambut dengan serangkai foto wanita bertubuh cukup berisi dalam balutan seragam resort sewarna biru laut di ponsel Reza.

Saat itu mereka ketemuan di food court mall tempat biasa keduanya biasa menghabiskan waktu luang bersama. Mareza tengah mengunyah batagor pesanannya sementara milik Zahra belum tersentuh sedikitpun.

"Ini siapa nyet?" todong Zahra sambil men-swipe foto yang ada dalam gallery ponsel Mareza

"Oh itu, rekanku sesama FO namanya Bee" jelas Mareza santai

"Kenapa fotonya ada di kamu?"

"Dia mau beli ponsel yang setipe denganku dan foto itu buat tes kameranya"

"Kok masih disimpan fotonya?"

"Gak niat nyimpan, cuman lupa dihapus"

"Prettt, alesan.."

"Wah-wah, ada yang cembokur nih judulnya.."

Yaiyalah dong-dong

"Nggak!" elak Zahra

Mareza menggeleng-gelak sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Kalo gitu gapapa kan aku simpan fotonya?"

Sialann..

"Becanda Ay, ngapain nyimpen foto istri orang; mending foto pacar sendiri" ucap Mareza sambil menaik-turunkan alisnya

"Bodo amat.." ujar Zahra men-swipe kasar rangkaian foto lain di ponsel.

"Yaudah, sini ponselnya; mau hapus foto"

"Gak perlu.." sambil menjauhkan ponsel dari jangkauan tangan Mareza.

Meski istri orang, tetap sinyal bahaya kali dong-dong! Siapa yang bisa jamin kalo manusia mesum kek kamu gak akan macam-macam disana..

"Horor amat tuduhannya Ay, gak bakalan lah.." celetuk Mareza tiba-tiba

Astaganagaberlagaditalaga!

Zahra seketika mengangkat wajahnya dari layar ponsel. Dia suka lupa kalau sosok di depannya punya kecenderungan untuk bisa membaca pikiran meski hanya 5 dari 10 kejadian acak.

"Udah dong ambekannya Ay.." lanjutnya.

Jemari Zahra berhenti pada sebuah video yang membingkai kejadian diatas sebuah perahu dengan gulungan ombak hitam di kanan-kiri serta suara bernada panik mengisi suara latarnya.

"Ini kapan nyet?"

"Kemarin, pas balik Manado"

"Kalo emang cuaca buruk kenapa maksa pulang?"

"Emang udah waktunya pulang kan? Lagipula kalo gak pasti ada yang uring-uringan"

"Gak sayang nyawa.."

"Aku sayangnya sama kamu.."

"Prett"

"Udah, udah lewat juga..yang penting pacarmu ini gak berkurang satu anggota tubuh pun juga kegantengnya"

"Bodo amat.."

Mareza mengedikkan bahu tanpa kata.

"Wajar kan kalau khawatir?"

"Wajar, wajaaar sekali..tapi terlalu khawatir macam ini cuma bawa penyakit buat kamu.."

Hening

"Makan gih, kasian dari tadi makanannya dianggurin biar punya tenaga buat balik ambekan lagi.." ujar Mareza yang telah sampai pada kunyahan terakhir sambil menyilang sendok-garpu yang dipakainya.

Sewajar-wajarnya cemburu ialah cemburu berlandaskan rasa takut kehilangan yang tercinta

Sedangkan cemburu berlandaskan rasa kepemilikan akut ialah sebuah ketidakwajaran

Tbc

Lelaki 4 Wanita《END》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang