Zahra-part 1

520 11 2
                                    

Gadis yang bernama lengkap Azzahra Ayda termasuk golongan yang susah-susah gampang untuk dimengerti baik sebagai teman ataupun rekan kerja. Tiga hal yang menggerak minat seorang Azzahra ialah fotografi, sosok tampan news anchor Riko Anggara, dan Duta So7.

Segalanya memang tak begitu mudah dalam hidup Zahra, dia harus menunda mimpi untuk menyelesaikan pendidikan perguruan tingginya karena sendatan biaya yang makin meroket tiap kali pergantian semester.

Namun itu tak membuatnya  patah arang karena dengan sejumput ilmu yang sempat ia terima di bangku perkuliahan, pekerjaan yang ia idamkan bisa diraih; menjadi seorang jurnalis di salah satu stasiun radio terkenal di Indonesia.

Tugas liputan bidang ekonomi memungkinkan Zahra untuk menyaksikan dari dekat putusan berbagai kebijakan penting sebagai penentu arah perekonomian daerah dan nasional, berkenalan dengan para penentu keputusan, dan menerima benefit yang disediakan.

Sayangnya, seperti pohon yang mulai tumbuh tinggi angin yang bertiup akan semakin kencang.

Hembusan itu berupa fitnah 'perempuan tak baik' karena undangan liputan kerap sampai larut dan hotel berbintang selalu menjadi tempat wajib bagi instansi pemerintah untuk menggelar sosialisasi maupun acara. Apalagi sebagian besar rekan media yang selalu liputan dengannya sebagian besar terdiri dari kaum Adam dan telah menikah.

¤¤¤

Liputan hari ini tak se-hectic biasanya, Zahra bersama rekan media lain yang bernaung dalam panji 'Pos Ekonomi' sedang di kantin Disperindag yang jadi basecamp mereka saat tak ada liputan atau rehat makan siang.

Riuh ledek, tawa, canda rekan media memenuhi gendang pendengar Zahra namun tak sampai mengusik konsentrasi perempuan yang sedang serius menatap lekat layar laptop tanpa berkedip.

Jemarinya mengetuk cepat panel huruf keyboard, ketikan artikel yang diminta kantor tinggal membutuhkan kalimat konklusi sebelum dikirim via email.

"Torang mo ke pemprov cari brita, mo iko? (Kita semua mau liputan ke pemprov, mau ikut?)" tanya salah satu rekan media yang dijawab gelengan oleh Zahra. 'Masih nanggung ketikannya', itu alasannya.

Usai membalas lambai, jemari Zahra kembali melanjutkan apa yang tertinggal; paragraf penutup yang sudah siap diketik oleh jari-jemarinya.

¤¤¤

Lintas edar keemasan sang surya membawa kota yang pikuk dengan putaran roda ekonomi ke penghujung hari, ke saat  tubuh-tubuh letih nan tegang bisa meregang-rebah.

Hari itu hanya sejumput awan yang menghias langit hingga rekahan sinar keemasannya lebih cantik dari biasanya. Hal yang membuat seorang Zahra 'gatal tangan' untuk abadikan momen waktu keemasan sampai-sampai ia melupakan sesuatu..

Ia sedang berada di daerah pohon kasih, spot pacaran terfavorit di Manado yang tak ramah bagi para penyandang kamera; pemburu momen sepertinya dan dia datang kesini tak sendirian.

"Apaan sih Nyet?" lengos Zahra dengan muka tertekuk, efek dari sebotol air mineral berembun dilekatkan ke pipinya dari sejulur tangan pria yang mengenakan seragam kerja oversized dibalik hoodie hijau lumutnya.

"Minum lalu liat sekitar.." ucapnya lalu kembali melekatkan pandangan ke game portabel sewarna gading berlambang sepasang persegi bersusun.

Lihat sekitar yang dimaksud Mareza ialah pandangan jengah, cebikan, dan dengus yang sedari tadi dilemparkan beberapa pasangan yang sempat kena sorot kamera poket Zahra meski mereka tak ikut terbingkai dalam hasil jepretannya.

"Ok, pesan diterima.." gumam Zahra lalu meneguk sejuknya air mineral dingin itu.

Ibarat bunga, Zahra adalah bunga matahari yang selalu mengikuti rotasi sang surya sementara Mareza adalah ilalang yang punya akar kuat walau sering dirundung angin.

Tbc

Lelaki 4 Wanita《END》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang