Mareza-Part 2

6.8K 111 4
                                    

M-icon, kala waktu menampilkan angka digital 7:00 AM di jam tangan Mareza..

Reuni SMA Uni diadakan disebuah gedung aula yang dulunya sebuah bioskop dan sering dipakai untuk acara besar semacam ini, aksesnya yang mudah dilalui dari berbagai arah membuat gedung ini banyak disewa orang. Sebuah mobil minivan berwarna Hijau metalik baru saja memasuki parkir bawah tanah dan dari mobil keluarlah Uni dengan busana muslim berwarna hijau lembut dan Mareza yang memakai kemeja lengan panjang berwarna biru laut.

"Ni, tar kalo kamu ketemu teman kamu aku gimana?" tanya Mareza agak gelisah soalnya dia paling malas (baca: anti) hadir acara yang orang yang dikenalnya cuman satu orang saja.

"Ya, perkenalkan diri lah.." jawabnya santai.

"Kau kan tahu tak bisa semudah itu Ni.." decak Mareza memasukkan kedua tangannya di saku depan celana kain hitam yang dipakainya.

"Cup-cup, nanti aku kenalin sama seseorang deh, supaya kamu gak merasa asing.." bisik Uni sebelum menyerahkan undangan reuni sebagai tanda masuk ke gedung.

Lantunan lembut musik klasik menyambut keduanya ketika memasuki lobby, mereka kemudian bergerak kesayap kiri gedung yang menjadi tempat acara tersebut digelar. Uni kembali menunjukkan undangannya sekali lagi pada orang yang menjaga pintu agar bisa masuk kedalamnya.

"Kayak mau ketemu presiden aja yah? Pengamanannya berlapis" bisik Mareza yang segera disambut dengan timpukan kertas undangan di kepala.

Suasana ruangan begitu meriah dengan derai tawa, alunan musik yang familiar dan wajah-wajah yang bersahabat namun asing; semua itu menciptakan kekikukan luarbiasa bagi Mareza.

"Uniii" sebuah suara menyeruak dari segerombol orang dan memeluk erat Uni tanpa mampu dia hindari.

"Jaj-jangan terlalu erat meluknya" sengal Uni kehabisan nafas.

"Owh, hehehe sori Ni..soalnya kangen" ujar seorang wanita mungil yang terlihat modis dibalik hijab motif floral.

"Kangen sih kangen tapi kalo kayak gitu aku bisa mati tau.." hardik Uni.

"Eh, ini siapa Ni? suami kamu yah?" cerocosnya.

"Bukan, ini temanku..Mareza" jelas Uni.

"Assalamu'alaikum.." ucap Mareza canggung seraya menyodorkan katupan tangannya kearah wanita tersebut.

"Shifa" balasnya. "Owh, ini toh Reza.." ucapnya lagi.

Mareza terdiam sesaat kemudian menatap Uni seakan berkata 'kau cerita apa padanya?' sedangkan orang yang ditatapnya hanya menangkap bahu.

"Ayo, gabung dengan lainnya.. dengan adanya kamu genk kita udah lengkap.." ucap Shifa sambil menggamit lengan Uni.

"Iya-iya, sabar non..ayo Za" ajak Uni tanpa minta persetujuan Shifa. Tapi nampaknya dia tak keberatan. Uni digeret menuju ke sebuah meja dekat jendela dimana kedua teman wanita mereka sudah menunggu, bersama Mareza yang dengan langkah kikuknya mengikuti Uni dari belakang.

Suasana reuni masih saja meriah, banyak kenalan Uni yang silih berganti datang ke mejanya entah ngobrol sebentar atau sekedar cipika-cipiki. Berbeda dengan Mareza yang mulai merasa tak nyaman terus menyembunyikannya karena tidak ingin mengecewakan Uni.

"Kenal dimana sama Uni?" tanya Zahra, satu-satunya wanita dalam genk yang tak berhijab, seseorang yang baru saja dikenalkan Uni seperti janjinya tadi. Pertanyaan ini terlontar ketika Uni sedang beredar di meja prasmanan.

"Teman satu kuliah.." jawab Mareza singkat sambil mengulas senyum.

"Teman dekat?" kulik dia lagi.

"Dekat.." ucap Mareza.

"Dekat seperti..pacar?" pepetnya.

"Seperti karib karena dia rasa lebih nyaman seperti itu, ada pertanyaan lagi nona wartawan?" cengir Mareza.

"Pa- eh?, darimana bisa tahu?"

"Tak sulit, apalagi melihat gelagat dua temanmu yang curi-curi dengar pertanyaan barusan.." 

Suasana canggung itu pecah saat Uni kembali dari meja prasmanan dengan dua piring makanan yang salah satunya untuk Mareza.

"Kok pada senyam-senyum?" tanya Uni mulai mengunyah makanan.

"Mungkin mereka baper liat 'bakti istri pada suami' kamu barusan" ucap Mareza spontan.

Uni tersedak, Mareza tertawa dan ketiga teman wanita menatap keduanya dengan perasaan campur aduk.

Ada yang bilang rasa suka itu datang menyapa dalam keadaan paling canggung sekalipun bermediakan  tatap, sapa, bahkan seulas senyum.

Tbc

Lelaki 4 Wanita《END》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang