Intermezzo #2

488 6 0
                                    

Rumah adalah tempat kita mengistirahatkan jiwa kembara kita setelah berkutat dengan rutinitas.

Bagi Esa-panggilan untuk Mareza oleh yang lain-, rumah punya makna ambigu yang serta merta ia bagi menjadi dua tempat. Tempat inap dan tempat istirahat.

Tempat inap ialah rumah tempat ia 'numpang' hidup selagi menuntut ilmu sedangkan tempat ia istirahat dari jenuhnya timpalan mata kuliah ialah tenda makan dengan cahaya yang cukup dengan segelas kopi susu dan pisang goroho goreng yang dipotong memanjang serta dabu rica roa sebagai cocolan tersaji diatas meja kayu beralas karpet plastik bermotif bunga dan bangku panjang dicat seadanya yang terletak tak jauh dari lingkungan kampus.

"Siang Mak" sapa Mareza begitu dia masuk kedalam tenda. Pemilik tenda ini ialah sepasang suami istri yang sering dipanggil 'Mak' dan 'Sebe' oleh pelanggan setia mereka.

"Sandiri Sa? (Sendiri Sa?)" tanya ibu pemilik tenda usai membalas sapa Mareza.

Mareza mengangguk tanpa suara lalu duduk sambil selonjoran di bangku panjang yang bebas tak terduduki.

"Makase.. (Terima kasih..)" ucapnya atas kehadiran dua hal yang membuatnya terus datang ke tenda makan ini.

"Bagemana kuliah tadi? (Bagaimana kuliah tadi?)"

"Sama deng hari-hari sebelumnya, tugas banya.. (Sama dengan hari-hari sebelumnya, tugas banyak..)" balas Mareza disela kunyah-seruput.

"Bagemana keadaan Sebe? So bae? (Bagaimana keadaan Sebe? Sudah sembuh?)"

Pertanyaan Mareza membuat wajah sang pemilik tenda mengeruh.

"Belum" jawabnya dengan nada turun satu oktaf.

"Semoga saja dalam beberapa hari ini ya Mak..so lama nda lia pa Sebe (Semoga saja dalam beberapa hari ini ya Mak..lama tidak ketemu Sebe)" ucap harap Mareza sambil menyudahi suapan terakhir goroho goreng bersalut rica roa kedalam mulut lalu beranjak ke arah dapur darurat tempat pesanan dibuat untuk cuci tangan kedalam wadah berbusa limpah ruah untuk cuci piring lalu membilasnya dalam kucuran air keran.

Saat kembali Mareza dengan sigap menyisipkan uang lima puluh ribuan yang terkantong di saku depan kedalam sela laci tempat 'Mak' menyimpan uang.

"Mak, Esa so taru di atas meja kasir neh tu doi.. (uangnya sudah ditaruh diatas meja yah?)" ucap Mareza sambil menepuk pundak wanita itu yang kemudian mengangguk.

Bukankah memberi lebih mulia daripada meminta? Jika kita punya sesuatu kelebihan- seberapa persen pun-, maka berikan kelebihan itu pada yang berhak.

Lelaki 4 Wanita《END》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang