Farrah-part 7

1.5K 7 0
                                    

Terkadang setelah kita lelah berputar-putar mencari seseorang yang istimewa dalam hidup kita, dia hanya sejarak pandang dari kita

Kalimat diatas paling tepat disematkan pada diri Farrah, bagaimana tidak; selama ini doa yang dipanjatkan secara bertubi terbayar lunas dengan hadirnya sesosok pria yang saat ini datang bersama rombongan dengan maksud hendak meminang.

Identitas sang peminang tak lain orang yang selalu berpapasan dengan dirinya usai tunaikan panggilan suci lima waktu dan pria yang tanpa niatan pamrih mengembalikan ponsel miliknya.

Setelah menjalani proses ta'aruf singkat, Akmal pun mantap menyempurnakan ibadahnya dengan meminang Farrah sebagai pendamping hidup.

Jalan menuju raja dan ratu sehari tentu saja tak semulus yang dipikirkan keduanya; ada banyak pertimbangan yang harus dirembuk dan diputuskan diri dan keluarga dua belah pihak, ada ego yang dilebur, dan ada dana yang harus tercurah.

Seiring makin mepetnya waktu pernikahan, perasaan Farrah makin campur aduk dengan urusan catering yang masih belum rampung sepenuhnya karena selalu saja ada hal remeh-temeh yang dilakukan ibunya atas dasar 'kemaslahatan tamu' hingga anggaran dana untuk bagian itu terus bengkak.

Alhamdulillah, atas izin Allah Subhana Wata'ala, beban yang menggelayut pundak keduanya satu demi satu terangkat.

¤¤¤

"Kalian berdua bisa datang kan Ra?" tanya Farrah pada Zahra yang berada di seberang telpon. Dia ingin pastikan kalau teman karibnya yang satu ini datang di hari bahagianya.

"Insya allah Far, doain saja pas hari H nggak ada panggilan liputan mendadak. Kalau soal Mareza bisa atau tidak, masih tanda tanya soalnya tanggal segitu dia belum bisa off kerja karena resort lagi kewalahan gara-gara high season.."

"Oh, ya ampun.."

Setelah itu tidak banyak topik pembicaraan antara keduanya membuat saling tukar cakap via gawai itu berakhir lima belas menit kemudian.

Farrah meletakkan ponselnya begitu saja diatas kasur, tempat dia bebaring sambil menelpon tadi. Rasa bosan yang tadi sempat hilang kembali merundung, dipingit itu rasanya tak enak. Selama beberapa hari ini, hiburannya hanya menelpon sahabat-sahabatnya yang punya kesibukan namun suka menyisihkan waktu untuk mendengarkan ceritanya yang kadang garing, ngalor-ngidul tanpa tujuan bahkan repetisi.

Sebuah pernikahan tak bisa diumpamakan seperti ritual mengalungkan tali kekang pada sang istri dan memberi pecut ke tangan sang suami.

Menikah itu seperti benih yang butuh tanah sebagai tempat tumbuh dan sinar mentari sebagai perangsang tumbuh, sebuah sinkronasi bukan diktasi.

Fin

————

Tamat sampai disini dulu man-teman. Mau bertapa dulu buat cari ide cerita baru. Bagi yang nanya 'lho kok tamat? Kan Mareza belum nikah?' harap liat desc cerita yak, kan disitu clue-nya 'cikal suami' bukan 'suami' jadi kalau ada yang nguber (harapannya sih) pengen dia nikah, cuma mau bilang 'yang sabar yak, orang sabar disayang Allah'

Akhir kata, makasih buat semua yang sudi mampir juga baca dari awal nulis cerita ini, para active dan silent reader sama yang voment saya haturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya karena tanpa kalian semua mungkin cerita ini tidak bakalan selesai.

Juru Ketik, pamit yak!

Lelaki 4 Wanita《END》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang