Mareza-part 1

15.3K 195 4
                                    

Beberapa kata, kalimat, paragraf dan percakapan akan diubah atau dihapus jika dirasa perlu.

———


Manado, February 2010

Poligami, kata itu tak pernah sekali pun terlintas dalam benak Mareza, hal itu boleh saja terjadi pada orang lain tapi (mudah-mudahan) tidak pada dirinya. Bukan karena dia menentang poligami ataupun mendukungnya tetapi berdasarkan pemikirannya yang sederhana (baca: logis) bahwa memiliki satu istri saja pasti susahnya bukan main karena gajinya di sebuah perusahaan penyiaran hanya cukup untuk bayar kontrakan sebulan dan belanja keperluan sehari-hari untuk satu orang saja.

Tak banyak yang diharapkannya dalam hidup, hanya sahabat dan tempat dari hasil jerih payahnya sendiri yang dengan bangga dia sebut dengan rumah sementara lainnya merupakan kebutuhan sekunder yang sedikit mewah untuknya.

Harapannya tentang tempat untuk dirinya tinggal permanen masih harus menunggu dua atau tiga tahun lagi dan dia tak akan pernah berpikir untuk memaksakan dirinya untuk segera mewujudkannya.

Sedang dalam hal sahabat hanya beberapa yang akrab dengannya dikarenakan Mareza bukan tipe yang supel dan tak mudah baginya mendapatkan teman, hanya Aruni yang biasa dipanggil dengan Uni, kenalannya ketika masih kuliah dulu jadi satu-satunya teman wanita berhijab yang akrab dengannya hingga sekarang.

Sikap Uni yang supel membuat orang yang dibantunya sering salah artikan perhatian yang diberikan dan semuanya berakhir dengan penolakan halus dengan alasan yang bisa diterima tanpa ada sedikitpun buat mereka merasa tersinggung.

Kedekatan Mareza dengan Uni dilain pihak sering membuat orang yang pernah ditolak Uni menjadi 'musuh tak terlihat' baginya, pada awalnya dia tak pernah ambil pusing akan hal ini tapi lama kelamaan gerah juga..

"Za.. " ucap Uni sambil menyeruput jus Guava untuk membantu menelan nasi goreng yang terkunyah dengan sempurna ketika sedang makan bersama di Café resto sebuah Mall terkenal di kota Manado.

Mareza hanya mengangguk tanpa menjawab sambil mengaduk jus alpukat lalu menyeruputnya.

"Kamu sadar gak kalau orang lain anggap kamu itu gap antara mereka dengan aku?" ucap Uni sambil melanjutkan makannya. Kembali lagi Mareza menangguk untuk kedua kalinya

"Sudah tahu sebelum negara api menyerang, kenapa memangnya?" tanya balik Reza.

"Kayaknya ketambahan satu lagi deh" ucap Uni memelas.

Kunyahan Mareza berhenti dan melongo kearah Uni.

"Afha kamfu bhilang?" beliak Mareza yang meloloskan beberapa butir nasi goreng dari mulutnya.

"Gak perlu segitunya kali.." ujar Uni sambil menyodorkan tissue sambil tergelak.

"Supaya lebih dramatis kayak di sinetron-sinetron.." seloroh Mareza sambil melap mulutnya dengan tissue.

"Maaf yah Za..sudah buat kamu terus-terusan jadi 'tameng' aku" helanya kemudian dengan ekspresi yang muram.

"Udaah, gak usah serius gitu ah muka kamu tar cepat tua loh!" hibur Mareza sambil melanjutkan makannya.

Uni hanya tersenyum simpul mendengar perkataan sahabatnya yang selalu ada untuknya.

"Gih, dimakan nasi gorengnya kasian dianggurin dari tadi " ucap Mareza memutus percakapan yang sebenarnya tak perlu dibicarakan apalagi diteruskan.

Uni hanya mengangguk pelan tanpa berkata apa-apa. Sesaat kemudian keduanya larut dalam suasana Café resto yang kian ramai dikunjungi pelanggan.

"Oiya, Za..hari minggu nanti kamu gak ada acara kan?" tanya Uni tiba-tiba karena teringat sesuatu.

"Gak, kenapa? Minta ditemenin kemana lagi non?" jawab Mareza yang sudah menduga akhir dari pertanyaan ini.

"Reuni SMU-ku, bisa kan? Bisa ya??" pinta Uni.

"Makanya cepetan cari suami bisa nemenin kemana-mana.." ledek Mareza tak memperdulikan muka Uni yang ditekuk.

"Jodoh itu pasti akan datang dengan sendirinya.." elak Uni.

"Ya-ya baiklah, kau menang soal ini, lagipula kalo gak datang juga toh masih ada aku.." canda Mareza yang membuat muka Uni makin ditekuknya.

Jodoh tak akan kemana-mana, sang khalik telah menjamin dan menggariskan-nya jauh sebelum kita dilahirkan. Baik di dunia maupun akhirat.

Tbc

Lelaki 4 Wanita《END》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang