"Saya minta maaf Alvaro."
Seusai kejadian itu, bu Franta hanya tertegun dan kembali melanjutkan pelajarannya hingga akhirnya bel pun berbunyi nyaring. Bu Franta langsung menghampiri meja Deva dan Davi dan dengan segera meminta maaf. Setelah mendapat jawaban 'iya bu, gak apa-apa' dari Davi, bu Franta pun langsung keluar kelas dengan tergesa-gesa.
Mungkin merasa bersalah? Entahlah.
Davi pun menyandarkan tubuhnya di dinding dan mengangkat kedua kakinya keatas bangku yang hanya beralaskan kaus kaki karena Davi sudah melepaskan sepatunya di bawah bangku, "Harusnya lo jangan begitu banget Dev." Ucapnya dengan santai.
Deva yang berada di sampingnya itupun langsung menoleh, "Biarin." Ucapnya singkat kemudian kembali menulis sesuatu di bukunya.
"Gila sih, lo keren banget Dev." Bianca tau-tau muncul di hadapan mereka. Berpaku tangan pada meja dan mencondongkan tubuhnya di hadapan Deva dan Davi. Sedikit membuat Davi terlonjat kaget.
"Kalo Gue keren gak?" Davi menaik turunkan alisnya sambil ikut mencondongkan tubuhnya sehingga posisi wajahnya sangat dekat dengan Bianca, "Enggak." Jawab gadis itu singkat kemudian melempar pandangannya dari Davi yang wajahnya mengecut dan kembali bersandar.
"Dev, gue gak bawa motor. Entar gue nebeng ya." Seru Bianca dengan pandangan memohon. Jujur saja Davi merasa aneh melihat sikap Bianca yang tiba-tiba saja jadi begitu manja dengan Deva, bahkan memuji-muji kembarannya itu. Tapi sungguh, Davi tidak cemburu.
"Iya." Ujar Deva singkat tanpa menoleh. "Tapi ke rumah lo dulu, anterin pulangnya sore aja." Kali ini Deva pun menoleh kearah Bianca dengan pandangan malas.
"Itu emang lonya aja yang pengen main ke rumah." Tutur Deva membuat Bianca menyengir kuda.
"Ya tadinya gak niat ke rumah lo sih. Tapi tau deh nih, kembaran lo masih aja gak inget ini tanggal berapa." Bianca melirik-lirik sinis kearah Davi. Membuat yang di sindir dan di lirikpun langsung membuka ponselnya. Melihat tanggal yang tertera di sana.
Haru Ini anniversary mereka yang ke 3 tahun. Bagaimana juga Davi bisa lupa.
"Ulukutuk.. Ulukutuk sayang. Siapa bilang aku gak inget? Aku inget kok. Sini sini tiyum duyu." Davi langsung merentangkan tangannya dan memajukan bibirnya kearah pipi Bianca namun gadis itu langsung membekap mulut Davi dengan telapak tangannya.
"Geli woy!" Serunya membuat Deva geleng-geleng kepala, dasar pasangan aneh.
Davi pun langsung memberontak, membuat Bianca melepaskan tangannya. Di lihatnya wajah Davi yang kecut karena tak berhasil mencium Bianca walau hanya di pipi. Bukan apa-apa, Bianca hanya tak enak saja. Ini kan masih di sekolah.
Namun beberapa detik kemudian ekspresi anak itu kembali ceria, di acungkannya jari telunjuknya sambil berkata, "Kalo gitu kita harus jalan berdua Bi hari ini."
"Jangan macem-macem, lo baru mendingan." Cegah Deva membuat Davi kembali menekuk bibirnya kebawah.
Anak itu kembali menyandarkan tubuhnya di dinding. Namun kedua kakinya kini bergerak menendang-nendang tubuh Deva.
Dan seperti anak kecil yang minta di belikan permen, Davi pun merengek, "aahh Deva mah! Boleh ya.. Boleh ya.. Lo jangan merusak kejantanan gue di depan Bianca dong. Aah pokonya harus boleh!"
Davi terus-terusan merengek hingga beberapa anak di kelas menoleh kearah mereka, benar-benar membuat Deva malu. Akhirnya karena risih, Deva pun mengizinkan. "Iyaa okey. Udah kenapa diem! Tapi gak boleh balik malem-malem, oke? Gue mau jam 7 udah ada di rumah dan Bianca yang bawa mobil."
Mendengar berbagai syarat dari Deva yang memperlakukan Davi seperti anak kecil membuat anak itu malah tidak terima. Padahal ia tidak sadar kalau kelakuannya memang seperti anak kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Half
Teen FictionIni hanya tentang si kembar Davi dan Deva. Dimana yang satu berjuang untuk hidup dan yang satunya lagi tak ingin kehilangan