Setelah hampir sebulan penuh mendekam di rumah tanpa melakukan apapun. Akhirnya Davi keluar rumah juga. Meski tempat tujuannya adalah rumah Bianca. Keluar rumah, masuk rumah. Sekolah mereka baru selesai ujian. Itu artinya Bianca dan Deva sedang libur panjang.
Kemo yang di jalani oleh Davi akhirnya berhasil merontokan rambutnya. Meski bentuk rambutnya menjadi aneh. Namun Davi belum mau memangkas habis rambutnya. Ia tak suka jika kepalanya plontos, meski tau kalau lama-lama rambutnya juga akan habis karena obat kemo yang sangat kuat itu. Davi hanya menutupi rambutnya dengan Beanie.
Deva mematikan mesin mobilnya begitu mereka berada tepat di depan rumah Bianca. "Pulang jam berapa?" Tanya Deva.
"Baru juga dateng, udah nanya pulang." Davi membuka seatbeltnya.
Deva menepuk stir bagian atas saat mengatakan, "Ya kan nanti biar gue jemput."
"Kan gue bisa sms nanti." Malas berdebat akhirnya Deva pun mengalah, "iya.. Iya."
Lelaki yang sedang mengenakan jaket berwarna hitam itupun membuka pintu mobilnya kemudian menutupnya. Namun belum juga ia masuk ke dalam rumah. Dan belum sempat juga Deva menekan pedal gasnya. Seorang gadis cantik yang mereka kenali pun berjalan keluar dan membuka pagar rumahnya.
"Hai baby." Sapaan dari Davi tak di jawab, gadis itu justru membuka pintu mobil Deva dan dengan santainya duduk di jok penumpang. Membuat Deva dan Davi kebingungan.
Gadis itu menurunkan kaca pintu di sampingnya. "Davi buruan masuk!" Perintahnya membuat yang di perintah menggaruk kepalanya.
Deva menoleh ke jok belakang, sementara Davi masuk kedalam mobil, "Ngapain dah Ca?" Tanya Deva.
"Kita mau jalan-jalan kan?" Ucap gadis itu, pertanyaan yang terlalu yakin akan jawabannya.
"Bukannya mau di rumah aja?" Tanya Davi ikut menoleh kebelakang.
Bianca menggeleng, di lepaskannya slingbag berwarna biru yang melingkar di tubuhnya kemudian ia meletakkannya persis di samping tubuhnya, "Bosen di rumah."
Deva yang badannya pegal menoleh ke belakang pun akhirnya melihat Bianca dari kaca spion dalam, "Terus mau ke mana?"
"Anyer yuk!" Pintanya begitu semangat. Davi sendiri tau kalau Bianca memang sedang ingin sekali ke pantai, karena beberapa waktu lalu Davi tidak sengaja melihat foto dirinya dan Bianca ketika berlibur ke Bali. Ia mengimkan foto yang di temuinya itu kepada Bianca dan langsung membuat anak itu ngidam ke pantai.
"Ayuk!" Sahut Davi ikut antusias membuat Deva menoleh kearahnya.
"4 jam nyetir? Ogah! Ancol aja udah." Bantah Deva. Sebenarnya ia juga butuh liburan agar kepala mumetnya bisa relax sedikit. Tapi kalau harus menyetir selama itu, Deva angkat tangan.
"Itukan kalo macet. Kalo gak macet 3 jam juga sampe sih kayanya." Timpal Davi.
"Gantian sama gue deh nyetirnya. Ya? Ya? Ya? Gue lagi pengen banget ke pantai. Pantai beneran tapi bukan ancol."
"Gantian sama gue juga bisa." Kata Davi yang tentunya Deva tak akan membiarkan anak itu menyetir.
Dua lawan satu, Deva pun kalah suara. Akhirnya ia menekan gas mobilnya dan berjalan.
***
Setelah berganti menyetir dengan Bianca dan akhirnya kembali memegang stir kemudia. Akhirnya mereka pun sampai di tempat tujuan. Karena nuansa liburan, keadaan di sana pun cukup padat, namun masih dalam kata padat yang wajar.
Deva menoleh ke belakang, di lihatnya Davi yang tertidur di pangkuan Bianca dan gadis itu ikut-ikutan tertidur di atasnya. Kalau Davi tertidur karena pengaruh obatnya, sedangkan Bianca, ia bilang semalam tidur terlalu larut, jadi mengantuk. Itulah sebabnya Bianca hanya menyetir sebentar, kemudian kembali duduk di bangku belakang dan meletakkan kepala Davi yang sudah terlebih dahulu tertidur di bangkuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Half
Teen FictionIni hanya tentang si kembar Davi dan Deva. Dimana yang satu berjuang untuk hidup dan yang satunya lagi tak ingin kehilangan