"Bisa bangun? Kalo gak bisa gak usah di paksa."
Deva sudah menceritakan semua tentang Zio kepada Davi. Membuat anak itu ingin sekali bertemu dengan Zio. Deva bilang ia bisa membawa Zio ke kamar rawat Davi. Tapi Davi menolak. Dia bilang, ia ingin ikut bermain sepak bola dengan Deva dan Zio. Atau paling tidak melihatnya saja secara langsung.
"Jangan kumat Lebaynya." Davi pun duduk di atas ranjang dengan bantuan Deva. Duduk anak itu tidak stabil, seolah-olah setiap saat bisa jatuh kapan saja.
"Kursi roda deh ya." Ujar Deva lagi, kembali membuat Davi memutar bola matanya. "Lo kira gue lumpuh?"
"Iya, hatinya lumpuh." Celetuk Deva yang di hadiahi pukulan yang sama sekali tak ada rasanya dari Davi.
Davi pun langsung berusaha turun tanpa di bantu Deva. Namun baru saja ia menapak, tubuhnya sudah limbung. Untung saja Deva sigap dan menangkap tubuh kembarannya dengan kokoh. "Kan, kan, lo mah batu banget di bilang. Batu juga kalah keras sama kepala lo gue rasa."
Davi terkekeh singkat kemudian kembali menegakkan tubuhnya. Dengan di bantu Deva akhirnya ia sampai di taman rumah sakit. Di sana sudah ada suster dan Zio yang duduk di bangku taman. Deva pun menyuruh Davi duduk di samping Zio
"Hai, ini ya yang namanya Zio."
Anak kecil di sampingnya pun langsung kebingungan. Ada 2 orang Deva di matanya. Ia tak bisa membedakan mana Deva yang asli, "Kak Devanya kok ada 2."
Baik Deva maupun Davi pun langsung saling menatap dan tertawa. Kadang mereka lupa kalau wajah mereka bagai pinang di belah dua. "Ih enak aja, Deva mah jelek Yo. Aku Davi, yang lebih ganteng." Davi menyengir lebar.
"Sembarangan banget. Orang buta juga tau kalo gue lebih ganteng dari lo." Ujar Deva tidak terima. Padahal kalau di perhatikan, memang wajah mereka tak ada bedanya.
Davi pun hanya terkekeh pelan.
Melihat Zio yang masih kebingungan, buru-buru Deva pun menjelaskan. "Kak Deva yang ini Yo. Kalo itu Kak Davi, sodara kembar aku." Zio pun hanya mengangguk mengerti.
Teringat akan sesuatu, Deva pun langsung menoleh kearah Suster di samping Zio, "Eh iya Sus, ini kenalin. Adik saya, yang saya ceritain kemarin."
"Suster Ida." Suster Ida pun menjulurkan tangan ke arah Davi yang langsung di sambut olehnya, "Davi."
"Lo cerita apaan ke suster?" Davi pun langsung menyipitkan matanya menatap Deva.
"Oh itu, gue cerita kalo lo suka nonton bokep di rumah sakit." Bukan hanya Davi, suster Ida pun ikut-ikutan terkejut mendengar ucapan Deva yang tanpa saringan itu.
Davi pun langsung memukul kaki Deva, "Kok lo tolol? Ada Zio goblok." Mendengar ucapan Davi, Deva pun langsung menutup mulutnya panik. Candaannya tidak tau tempat.
"Bokep itu apa kak?" Sebuah pertanyaan keluar begitu saja dari mulut Zio, membuat suster Ida melotot.
Deva pun panik, ia langsung menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal, "Ah? Apa ya haha kakak juga gak tau Yo."
"Itu jenis hewan melatah Yo. Yang kalo di liat suka geligeli gimana gitu." Secara Refleks Deva langsung menoyor kepala Davi pelan atas ucapannya barusan.
"Eh udah-udah. Omongannya jadi kemana-mana. Mending main bola aja yuk Yo. Zio mau main bola kan?" Ucap suster Ida yang seketika menyelamatkan Deva dari rasa paniknya. "Ayok sus!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Half
Teen FictionIni hanya tentang si kembar Davi dan Deva. Dimana yang satu berjuang untuk hidup dan yang satunya lagi tak ingin kehilangan