"ASTAGA! Kau darimana saja sih?!"
Kala itu, Jungkook langsung buru-buru mengeluarkan kunci apartemennya dari saku celana. Ia lupa betul gara-gara sibuk mengantar Yeri pulang ke rumahnya.
Mingyu dan Jimin yang notabene baru saja pulang dari kantor, harus rela menunggu berjam-jam didepan pintu kamar apartemen mereka. Ini nengingat kunci kamar tersebut hanya ada satu, dan saat itu sedang dibawa oleh Jungkook.
Alhasil, mereka semua mendumal kesal pada bos mereka sendiri.
"Mian, tadi aku mengantar Yeri sebentar. Aku mengantar dia pulang ke rumah untuk mengambil sesuatu," tutur Jungkook merasa bersalah.
"Mwo? Yeri? Kenapa kau–" Baru saja Jimin mau melanjutkan perkataannya, tetapi Mingyu sudah memotongnya duluan.
"Sudahlah, Jim. Biarkan Jungkook beristirahat dulu. Kasian dia, baru pulang sudah diintrograsi. Jungkook, lebih baik kau istirahat saja ya?"
"Tidak bisa begitu, Mingyu. Kau tahu? Semua pekerjaannya jadi diserahkan pada kita! Bahkan kita saja sampai keteteran. Jungkook, kau benar-benar sudah gila, hah?!"
"STOP! YA! JIMIN! BERHENTILAH BERTERIAK!" Mingyu yang sudah tidak tahan lagi akhirnya meluapkan emosinya. Ia tidak peduli lagi kalau tetangga-tetangga sebelah sampai mendengar.
Jungkook sendiri yang menjadi bahan perdebatan, hanya bisa diam–mengusap wajah dengan gusar.
"Aku minta maaf. Aku benar-benar lupa. Mianhaeyo," ucap Jungkook dengan nada bersalah. Ia jelas tahu letak kesalahannya dimana. Sudah meninggalkan pekerjaan, susah untuk dihubungi pula. Jungkook tahu semuanya.
Jimim membuang nafasnya kasar. "Jungkook-ssi," panggilnya dengan sopan. Mingyu tahu ini. Pasti Jimin sedang berusaha meredam emosinya.
"Aku hanya tidak ingin kau terpuruk lagi," lanjut pria bermata sipit itu. Mingyu dan Jungkook sontak terperanjat kaget.
Jungkook mengkerutkan dahinya bingung. "A-apa maksudmu?"
"Aku hanya tidak mau kau terpuruk lagi seperti empat tahun yang lalu."
Empat tahun...yang lalu?
Maksudnya apa? Apa ini ada hubungannya dengan Yeri?
"Maksudmu–"
"Maksudmu Yeri? Memangnya gadis itu kenapa?" Potong Mingyu, saat Jungkook sedang berbicara.
Jimin mengangguk pelan. "Kau tahu? Aku sangat menyayangkan semuanya. Empat tahun yang lalu kau benar-benar terpuruk karena memikirkannya 'kan? Apalagi saat kau pindah ke Amsterdam. Aku tahu, sebenarnya kau sangat berat meninggalkan Yeri."
Jungkook dan Mingyu terdiam. Memang ada benarnya juga ucapan Jimin. Saat itu, Jungkook benar-benar tidak rela harus pergi meninggalkan Yeri. Tapi takdir berkata lain. Mau tidak mau, Jungkook pun harus tetap mengikuti kemauan orangtuanya.
Semenjak kepindahannya ke Amsterdam, Jungkook sempat merasa terpuruk disana. Bahkan, pernah seminggu ia bolos kuliah hanya karena ia tidak betah. Bagaimana ingin betah kalau untuk berkomunikasi saja ia masih kesulitan?
Namun setelah keterpurukannya itu, Jungkook berniat untuk bangkit lagi. Ia tidak mau jika harus terus-terusan dengan keadaan seperti itu. Akhirnya, Jungkook bangkit dengan semangat dan lembaran kehidupannya yang baru, yaitu melupakan Yeri.
"Aku tahu, kau sudah berbaikan dengan Yeri. Tapi kalian masih terlihat canggung satu sama lain. Aku merasa salah satu diantara kalian masih menyimpan perasaan itu," tutur Jimin melirik Jungkook yang tengah terduduk di tepi kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Stars
FanfictionKehidupan Jeon Jungkook berubah ketika mengenal seorang Kim Yerim. Gadis yang tiba-tiba saja muncul karena sebuah ketidaksengajaan. ( private。)