#37

4.4K 417 17
                                    

"APA ... yang kau bicarakan?" Yeri berujar, setelah sepersekian lama terdiam. Dia paham apa yang maksud dari pertanyaan Jungkook barusan. Tapi jelas, dia tidak ingin buru-buru menanggapinya dengan serius. Dia masih teringat Chanwoo.

Jungkook tersenyum. "Lupakan saja," balasanya, kemudian bangkit dari tidur. Lelaki itu menyenderkan setengah badannya ke dinding. "Kau tidak sarapan?"

"Aku malas," balas Yeri singkat, kemudian turun dari ranjang. Ia terduduk di kursi samping ranjang, lalu mengambil semangkuk bubur yang entah sejak kapan berada di meja. "Makanlah. Kau butuh banyak asupan makanan."

"Tidak mau," tolak Jungkook mentah-mentah.

Gadis itu berdecak. "Hei, wajahmu pucat. Apa kau tidak sadar?" sungutnya, kembali kesal. "Kau ini sedang sakit. Aku tidak mungkin membiarkanmu mati hanya karena kelaparan, Tuan Jeon."

"Kenapa aku mesti makan kalau kau sendiri tidak mau makan?"

Astaga. Kenapa Jeon Jungkook yang sedang sakit begini justru tambah menyebalkan, sih? Yeri terus merutuk dalam hati.

"Aku bisa makan nanti. Jadi sekarang, cepatlah makan. Jangan membuang-buang waktu, Jungkook," ujar Yeri, mulai gemas sendiri. Di tangannya, sudah ada semangkuk bubur polos yang diantarkan oleh perawat rumah sakit–tidak tahu sejak kapan.

Jungkook tetap menggeleng.

Yeri menyerah. Ia mendengus pasrah. "Baiklah, aku akan makan sekarang," sahutnya, membuat Jungkook lantas tersenyum miring. "Mari kita habiskan makanan ini bersama-sama. Bagaimana?"

"Suapi aku," pinta Jungkook.

"Kau punya tangan," sungut Yeri, memutar bola mata dengan malas.

"Tanganku sedang diinfus. Ini sakit. Dan tentunya, aku tidak boleh banyak menggerakkan tanganku," ujar Jungkook enteng.

"Tapi tanganmu tidak apa-apa!" Yeri tampaknya sudah benar-benar gemas melihat sikap Jungkook yang terbilang sangat manja. Hah. Andai saja dia bukan Jeon Jungkook, mungkin Yeri sudah pergi duluan meninggalkannya.

"Akan tidak apa-apa jika kau menyuapkan makanan padaku." Jungkook menampakkan cengiran tanpa dosanya. Tapi setelah itu, ia segera mengambil mangkuk dari tangan Yeri, kemudian melahapnya perlahan.

Hah. Untunglah Jungkook tidak sekeras kepala yang Yeri bayangkan. Kalau benar itu terjadi, bisa-bisa Yeri naik darah terus karena sikapnya.

"Kau mau?" Jungkook menyodorkan sesendok bubur di tangannya. Namun, Yeri segera menggeleng menolak.

"Itu makananmu. Habiskan cepat. Aku bisa membeli makanan di luar nanti."

Jungkook menggeleng. "Tidak," balasnya singkat. Tanpa menunggu persetujuan gadis itu, Jungkook sudah menyuapkan sesendok buburnya ke mulut Yeri. Gadis itu terbelalak. "Kau tidak tahu kalau makanan di luar sana banyak yang tidak sehat?"

Yeri hanya diam, sambil terus berusaha menelan makanannya. Ini ... pertama kalinya seorang Jeon Jungkook menyuapinya makanan. Astaga! Ada apa lagi dengan jantungnya sekarang? Kenapa melompat-lompat terus?

"Makanan rumah sakit memang tidak seenak makanan di luar sana," sahut Jungkook, di sela-sela melahap buburnya. "Tapi makanan ini jauh lebih sehat. Mereka tidak sembarangan membuat makanan untuk pasiennya."

"Ck. Tahu dari mana kau?" Yeri mendelik malas.

"Aku sempat belajar ilmu kedokteran sebentar. Secara online. Dan banyak ilmu yang kuketahui setelah itu. Salah satunya ini. Kau pasti merasakan bubur itu hambar, kan? Itu karena mereka tidak menambahkan garam ataupun gula pada makanan yang dibuat. Mereka menyajikan makanan sesuai perhitungan nutrisi yang dibutuhkan mayoritas pasien."

Lost StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang