"Avril, bangun! Vril, woi!"
Gue refleks bangun dan menggeliat di tempat tidur gara-gara denger suara Jo yang udah kayak ngajakin tawuran. "Gue ngantuk," kata gue dan narik selimut gue lagi yang tadinya Jo lepasin dari badan gue.
"BANGUN!!!!!"
"Bacot tapir!"
"BANGUN GAK LU, MONYET!"
"Jo, for God's sake! Gua baru tidur tiga jam yang lalu!"
"NGAWUR BARU TIDUR TIGA JAM YANG LALU PALALO! LU TAU GAK SIH ADA APA DENGAN HARI INI!"
"Enggak, gue gak tau dan gue gak mau tau. Informasi lo gak pernah berfaedah, monyet. Udah ya, gue mau tidur lagi."
Seketika setelah gue berkata demikian terhadap Jo, gue merasakan tangan Jo narik gue dari tempat tidur dan hasilnya? Ga usah ditanya anjir. Hasilnya; gue jatuh dari tempat tidur dan jidat gue nyipok lantai dengan mesra.
"Jo, what the fuck!" mata gue terbuka dan gue langung pukul kaki Jo yang kebetulan berada tepat di depan gue.
"Words!" bentak Jo. "Avril lo masih mabuk. Woi gila, semalem lu minum berapa botol, berapa gelas, dan jenisnya apa aja?"
Gue membawa tubuh gue untuk berdiri terlebih dahulu dan duduk di tepi ranjang karena gue masih bener-bener pusing akibat semalem, ditambah lagi kombinasi dari rasa kantuk yang masih menggelayuti tubuh gue. Perfect, hari ini gue bakalan bolos ke kampus. Setelah beberapa detik duduk di tepi ranjang dan ga mengacuhkan pertanyaan Jo, yang gue lakuin malah menjatuhkan diri gue lagi di kasur dan kali ini sambil peluk Jo dari belakang. "Ah, Avril sayaaanggg banget sama Kak Jovan. I love you so much, Kak."
"Vril sumpah, lo mabok parah," ucap Jo sambil berusaha menjauhkan dirinya dari gue yang mendekat ke arah dia. "Sadar anjir, sadar." Kemudian Jo menepuk-nepuk pipi gue.
"Don't act like you've never drunk before, Jo," sindir gue ke Jo dan masih dalam posisi peluk dia. "Listen, setahun sekali doang kok gue bakalan mabuk gini. Janji deeeh," kata gue lagi dan ngasih jari kelingking gue di hadapan dia. "Jo!"
"Hm," gumam Jo kasar dan menautkan jari kelingkingnya di kelingking gue.
"Pinky promise!"
"Adek gua asik juga dah kalo lagi mabok gini," ujar Jo sambil ketawa pelan. "Lo minum apa aja semalem?"
"I didn't – fuck! I drank sooooo much," kata gue kemudian tertawa lepas. "Lo harus tau," gue lagi-lagi ketawa sambil nunjuk-nunjuk ke arah atas, gatau kenapa. "Gue minum," gue berpikir sejenak. "Gue minum beberapa shoots vodka, satu cocktail, dan beberapa gelas tequila sama champagne –" omongan gue terputus dan gue langsung lari ke kamar mandi yang ada di kamar gue.
Tebak apa yang terjadi?
Gue muntah di wastafel.
Shit, gue bener-bener mabuk rupanya semalem.
Sehabis gue ngebersihin muntah gue di wastafel, gue langsung balik ke kamar sambil nyengir-nyengir ke arah Jo. Pusing gue udah berkurang sih walaupun sedikit, rasa ngantuk gue juga. Cuma ya gitu, badan gue masih ga enak aja gitu gara-gara semalem.
"Vril sumpah."
Kedua tangan gue mengusap muka gue dengan kasar. "I know, I know. Maaf, oke?"
"Vril lo kayaknya harus mandi dulu, lo bener-bener bau rokok campur alkohol campur parfum. Ga bohong."
Dan setelah itu gue baru sadar bahwa gue masih pake baju yang sama dengan yang gue pake semalem. Itu artinya, gue abis itu langsung tidur. "Jo, kok gua bisa pulang dah?" itu adalah pertanyaan yang terlontarkan dari mulut gue saat gue sadar ga mungkin gue nyetir dalam keadaan semabuk itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] not so fangirl ;; 1d
Fanfiction[SECOND BOOK OF FANGIRL] Avril flew to America for college and fortunately, she met Louis Tomlinson and his-idiot-band-mates-5ever over again. She didn't know that she would be this lucky, became closer to her idols. Okay, you might say her...