epilog

880 159 192
                                    


"Dad, I c'mere! I found mom's crying, hurry up! This is an emergency!"

"Never mind darling, she's crying over her fangirling time."

"What is fangirling daddy?"

"Fangirling is when you love a band or someone so much until you dedicate almost of your life for them."

"Woah, that's scary, daddy. I don't wanna be one of them."

Bener banget, gue sekarang lagi sibuk mengharu biru karena mengingat masa-masa remaja gue; fangirling sampe mampus. Air mata gue dengan otomatis tumpah mengingat kejadian dua puluh tiga tahun yang lalu. Di kala umur gue dua belas tahun, gue yang masih bocah teriak-teriak nyanyi lagu Little Things sampai semua orang di rumah mau muntah dengernya.

Gue menemukan sebuah kotak, kotak yang gede banget dimana gue masih menyimpan semua barang-barang fangirling gue jaman bocah. Gue masih nyimpen kotak serta botol parfum 1D yang dari Our Moment sampai Between Us, lengkap banget sampai masih ada ucapan terimakasih dari the boys. Gue juga masih nyimpen album-album mereka dari UAN sampe MITAM dengan cover yang berbagai edisi; yang mereka berempat, Niall, Louis, Liam, dan Harry. Gue masih nyimpen buku mereka dari yang Dare to Dream sampai Who We Are, lalu official annual mereka. Gue juga masih nyimpen buku-buku karangan Dirceh alay di Twitter yang dijual di Gramedia.

Gue menyeka air mata gue mengingat masa-masa itu. High note Zayn, suara tawa Niall, kesarkasan Louis, kebijaksanaan Liam serta lelucon payah Harry.

Gue masih inget banget dulu gue nge-fans banget sama mereka berempat.

Gue masih inget banget kapan gue ketemu mereka dan melihat keadaan gue yang sekarang membuat gue tertawa sedikit. Umur gue sekarang udah lumayan tua. Gue ketemu sama mereka udah puluhan tahun yang lalu dan mereka jadi temen baik gue.

Gue enggak nyangka.

Bercerita sedikit soal kehidupan gue saat ini, yah, gue lebih memilih untuk menjadi seorang penulis yang sudah dengan sukses meluncurkan trilogi bertemakan distopia dan tinggal bersama suami dan satu anak cewek di New York. Kenapa gue enggak menjadi seorang lawyer seperti yang gue idam-idamkan? Jawabannya adalah karena gue berenti kuliah dan fokus model. Tenang, gue enggak stop di S1, tapi gue sempet lanjut untuk S2 dan turns out kayaknya gue emang ga tertarik untuk menjadi praktisi hukum. Di usia gue yang ke 35, gue memutuskan untuk keluar dari karir model dan mulai menulis.

"Hey wifey," sapa suami gue sekarang.

Gue menoleh dan lagi-lagi menyeka air mata gue, lalu gue beranjak dari tempat dimana gue berada menuju suami dan anak gue yang lagi ada di depan pintu gudang. "Babe, I found this box," kata gue sambil ketawa. "D'ya remember how crazy it was? There are things that I used to buy on my own, I hadn't meet you yet."

"Mom!" pekik Venus, anak cewek gue yang masih berumur enam tahun. "What are those? Why is there daddy's face all over the cover? There are uncle Harry and uncle Louis too! Oh my God, isn't that uncle Liam? His face looks different, mommy. And that's uncle Zayn!"

Gue ketawa sambil mengacak rambut Venus Horan pelan. "Your daddy used to be in the biggest band in the world."

"Really? Why don't you tell me daddy?"

Niall ketawa pelan dan mencium pipi Venus. "You've never listened to my stories, pumpkin. That's it."

Venus pun ikut tertawa. "Daddy, what was mommy's favorite song?"

"Your mom used to like Little Things," jawab Niall.

"And your daddy was the one who sang my favorite line," timpal gue.

"Yeah, and that's so fucking lovely. Your mom was in tears every single time that I sang her the part."

"Ugh words, Noel."

"Ugh, pardon," kata Niall sambil ketawa-ketawa.

"Well mom, tell me the story of how you guys could be together!"

"That was insane," gue ngakak. "Did you know how uncle Louis and uncle Harry get married? Because it was the moment where we started."

Niall ketawa ngakak dan menggeleng-gelengkan kepalanya. "She used to be a huge fangirl until I met her. But right now I guess, your mom is not so fangirl."

***

[2] not so fangirl ;; 1dTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang