forty two

708 149 100
                                    

Song for this chapter:

Fly Away – 5 Seconds of Summer

Bunuh diri.

Mungkin emang banyak cara untuk bunuh diri dan itu tergolong sangat menyakitkan. Gue pernah berpikir ketika TK, mengapa orang-orang bunuh diri? Maksud gue, lihat cara-cara bunuh diri ini; memotong nadi, gantung diri, menenggelamkan diri, loncat dari gedung, menabrakkan diri pada sesuatu dengan kecepatan kencang, overdosis, minum baygon... gila men, itu mengerikan.

Tapi sekarang gue menemukan alasannya; dunia ini jahat, dunia ini enggak adil untuk orang-orang depresi seperti kami. Atau lebih tepatnya dunia enggak seperti apa yang kami inginkan untuk dihidupi.

Seminggu setelah gue balik dari Bali dan gagal untuk liburan ke Maldives karena kesibukkan gue serta teman-teman gue dengan tur mereka dan promosi pastinya, sosial media gue semakin parah. Gue udah berpikir untuk menghapus semua sosmed gue tapi Maria selaku PR gue melarang dan gue meminta dia untuk manage akun gue.

Gue sempet melihat beberapa komen – bahkan banyak di Instagram dan Twitter gue, belum lagi Tumblr yang isinya hate semua tentang gue; mereka ngatain gue pelacur yang nyari popularitas.

Gue pengen bunuh diri.

"Avril, please focus!" ujar seorang fotografer yang ada di beberapa meter dekat gue.

Pikiran gue buyar. "Yeah, sorry," kata gue sambil tersenyum kikuk lalu berusaha untuk tetep fokus dengan pemotretan hari ini. Dulunya mudah banget untuk ngelakuin ini, tapi kali ini susah. Gue susah untuk fokus, rasanya hampa, gue ga ada nafsu.

"Focus! Smile!" perintahnya lagi.

Di detik selanjutnya cahaya flash menyerbu gue dan gue refleks merem.

"Avril, what are you doing to yourself?" katanya, Rusell sepertinya marah banget sama gue.

Gue menunduk dan berusaha untuk ga nangis. Shit. Mata gue terpejam untuk beberapa saat sambil tangan gue mengipas ke muka gue. "Sorry, sorry," kata gue tanpa berhenti meminta maaf.

"Focus!" perintah Rusell yang membuat tubuh gue sedikit bergidik.

Sesi pemotretan berjalan dengan sangat berat dan gue yakin gue belum memberikan sesuatu yang maksimal untuk client, gue tau bahwa gue sedang dalam pemotretan salah satu majalah besar dunia dan gue... gue baru aja mengacaukannya.

Wajah Rusell juga tertekuk, pasti dia enggak puas tapi pada akhirnya dia menyuruh sesi pemotretan hari ini berhenti dan dilanjutkan pada esok hari, gue harap besok jadwal gue enggak padet-padet banget karena gue juga harus kuliah.

Seusai gue melakukan pemotretan, gue bertemu dengan konselor langganan gue di salah satu rumah sakit ternama di Los Angeles, rasanya terasa asing untuk berada di ruangan itu karena gue emang udah gak kesana selama beberapa bulan semenjak gue dinyatakan 80% dari depresi.

Sesampainya di apartemen, gue langsung menghempaskan tubuh gue di atas kasur dan menatap langit-langitnya.

Kenapa semua ini terjadi ke gue?

Gue meraih iPhone gue yang sedaritadi ada di saku celana jeans hitam gue karena daritadi benda itu enggak berhenti bergetar.

Mama: vril

Mama: udah kamu urus masalah putus kontraknya?

Mama: mama gamau tau ya pokoknya bulan april udah harus selesai semua

[2] not so fangirl ;; 1dTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang