Avril's POV
Gue terbangun dengan kaget setengah mampus karena iPhone gue sama sekali enggak berhenti bergetar, awalnya gue kira reminder atau apa gitu kan yang gue salah taruh tanggal, tapi nyatanya enggak; itu adalah sebuah panggilan yang entah dari siapa.
Mata gue masih berkunang-kunang karena rasa kantuk masih aja bergelayutan dalam tubuh gue, membuat kepala gue terasa ringan banget ketika diangkat. Karena gue enggak kuat untuk ngangkat kepala, gue memilih untuk meraba-raba nakas yang ada di samping kasur untuk mencari iPhone gue.
Astaga, gue masih terbawa efek mabuk.
Sejak kapan gue jadi candu alkohol gini sih, fakuy.
Remember when I used to say pergaulannya Diana salah dan menjadi fangirl adalah satu-satunya penyelamat gue ketika SMA untuk enggak dugem? Iya, ketika semua orang asik joget-joget di club malam; mabok-mabokkan, beli narkoba... gue malah mendekam di kamar mantengin layar laptop buat nunggu live stream timeline di Twitter tentang turnya 1D.
Astaga, gue berasa jilat ludah sendiri.
Eheh.
Akhirnya tangan gue berhasil meraih iPhone gue yang ada di nakas, dengan penuh sekali perjuangan gue meraba-rabanya. Gue berusaha menekan keras-keras mata gue untuk terbuka secara sempurna, awalnya agak sakit karena cahaya yang masuk belum dapat diseimbangkan optimal, tapi lama-lama cahayanya meredup dan jadi normal.
Setelah gue caller ID-nya, gue males banget sebenernya ngangkat.
Satan Maria is calling...
Ini setan satu ngapain sih nelfon gue waktu gue lagi day off? Sebenernya gue enggak minta dia jadi ahli Public Relation gue sumpah, tapi gue dapet dari management dia dan gue terikat dalam kontrak sama dia. Astaga, lindungi aku Bapak Kami.
"Enjoying days off, huh?" sapa si setan itu sesaat ketika gue mengangkat telfonnya.
"Don't talk to me, I'm drunk," jawab gue santai, emang bener kok, gue lagi enggak bohong.
"Cool. As soon as you get here, you have a lot of schedule to do."
"I know."
"Remember your PR stunt with Calum Hood?"
"Uhuh."
"Well, you need to do it again."
"Wait, what?" tanya gue yang langsung termelonjak ketika gue mendengar perkataan tersebut. "No fucking way!"
"Sadly, yes fucking way. So... you have days off until January 3rd and you're gonna be back to work, you're gonna have a photoshoot with Vogue Magazine in New York on January 4th –"
"Lemme enjoy my days off, you're so irritating, Maria. Honestly. Why are you even becoming my PR expert? Duh."
"God, doesn't the word 'irritating' reflect to yourself?"
"We're gonna talk about this later," setelah itu gue langsung mematikan sambugan telponnya. Sumpah ya, ini setan satu enggak berenti-berentinya nyuruh gue buat ngelakuin fake dating. Gila gak sih, dia gak mikir apa ya ini bikin reputasi gue jelek?
Tiba-tiba iPhone gue getar lagi.
Satan Maria: bad reputation can make your popularity increase rapidly
Setan.
Sejak kapan dia bisa baca pikiran gue?
iPhone gue getar lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] not so fangirl ;; 1d
Fanfiction[SECOND BOOK OF FANGIRL] Avril flew to America for college and fortunately, she met Louis Tomlinson and his-idiot-band-mates-5ever over again. She didn't know that she would be this lucky, became closer to her idols. Okay, you might say her...