Author's POV
Seiring dengan bergulirnya waktu, malam kian berganti menjadi pagi, matahari yang terbit dar ufuk Timur masih malu-malu menampakkan sinarnya – masih sedikit redup, cahaya matahari masuk dari celah-celah gorden yang masih tertutup, menyapa seorang cowok (well, laki-laki berusia hampir matang) yang masih tertidur pulas. Matanya tertutup rapat, bibirnya sedikit terbuka dan terdengar sedikit suara dengkuran keluar dari mulutnya.
Ding.
iPhone-nya bergetar, hanya sekali tapi itu cukup untuk membuat Louis membuka matanya, lalu mendesah pelan. Tubuhnya masih memberontak untuk tetap tidur, rasa kantuk pun masih senantiasa bergelayut. Kepala Louis terasa sedikit pusing akibat pertengkaran hebat dengan Eleanor semalam.
Hah, cewek emang terlampau rempong dan ngeselin.
Matanya mengerjap beberapa saat, berbalik dan menemukan tidak ada siapa-siapa di kasurnya, Eleanor seharusnya tidur disini semalam, tapi ia tidak melakukannya.
"Please, stay," pinta Louis semalam. "If tomorrow you won't be mine anymore, then please stay for tonight. I'm begging."
Itulah yang Louis ucapkan semalam pada akhir pertengkaran mereka yang berujung pada keputusan untuk berpisah. Mungkin mereka memang tidak ditakdirkan untuk bersama, entahlah. Louis merasa ia sudah memberikan yang terbaik untuk cewek itu.
Louis mengambil iPhone-nya dan menemukan sebuah iMessage tertera di sana. Yah, dari siapa lagi kalau bukan Eleanor?
Eleanor: thank you for everything, maybe we can't be together anymore, we're not meant to each other. I will continue loving and supporting you even if we're still friends. We can still hang out sometimes. Good luck, Louis. Have a good day!
Kedua sudut bibir Louis tertarik sedikit ke atas, membuat wajahnya menampakkan senyuman tipisnya, astaga ini adalah kalimat terpahit yang pernah Louis baca seumur hidupnya.
Semuanya sudah dia lakukan demi Eleanor; menjaga jarak dengan Harry dan Avril karena Eleanor sangat cemburu dengan mereka berdua, jarang berkumpul bersama teman-temannya hanya demi meluangkan waktu bersamanya, mengajak Eleanor ke berbagai negara ketika One Direction tur – yang sebenarnya susah sekali untuk mengurus itu, meluangkan waktu hanya untuk menelpon Eleanor sehabis konser.
Tapi semua itu benar-benar tidak ada artinya lagi.
"You know, just go fuck with Harry! Or your bitch Avril!"
"You said you never really dated with Harry. You're lying to me!"
"I don't fucking know what did you do with Avril, you two just kissed! How come?!"
Iya, semuanya menjadi rumit setelah akun exposingavril berkeliaran di Twitter dan membuka aib Avril satu per satu.
Eleanor jadi mengecap Avril sebagai pelacur murahan yang dengan mudah disewa oleh Modest!, padahal faktanya bukan seperti itu.
Akun exposingavril memang membuat seolah-olah Avril yang salah, padahal bukan.
Ah, omong-omong soal Avril, jujur saja Louis kangen sekali dengan cewek itu. Rasanya Louis cukup bahagia untuk berbincang dengan Avril kala itu, ketika mereka mengobrol dan Avril mengejeknya untuk kembali dengan mantan kesayangannya.
Semenjak Louis kembali dengan Eleanor, jujur saja Louis jarang sekali bertegur sapa dengan Avril, bahkan hanya sebatas sosial media, karena lagi-lagi Eleanor kurang suka dengan gosip-gosip antara Avril dan Louis, cewek itu cemburu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] not so fangirl ;; 1d
Fanfiction[SECOND BOOK OF FANGIRL] Avril flew to America for college and fortunately, she met Louis Tomlinson and his-idiot-band-mates-5ever over again. She didn't know that she would be this lucky, became closer to her idols. Okay, you might say her...