Empat

1K 71 2
                                    

"Inaya" mereka datang menghampiriku dan memelukku.

Naufal berjalan melewatiku tanpa menoleh ketika ketiga sahabatku ini memelukku, aku melihat punggungnya yang semakin jauh dan hilang, aku tau kami tidak 1 kelas lagi, dia masuk di kelas 9G, sedang aku di kelas 9A begitu jauh jarak di antara kami, 'apa mungkin aku bisa dekat denganmu?' pikirku.

*

Kami akhirnya masuk  kedalam kelas, suara bising di pagi hari ini yang aku rindukan kembali aku rasakan, melangkah masuk mencari sebuah bangku yang tepat untuk kami duduki, akhirnya kami duduk di bangku nomor 3 dan 4 tidak terlalu depan atau terlalu belakang, itu sangat membuatku nyaman.

Pelajaran pertama telah dimulai, kami mengikuti dengan senang hati, sampai akhir pelajaranpun masih semangat.

Kringgggg......
Kringgggggg.......
Kringggg.......

Pelajaran telah usai, semua siswa keluar kelas menuju kantin, aku terdiam sejenak, ingin sekali aku mengetahui dimana kelasnya, namun aku sadar mungkin jarak ini yang mengharuskanku untuk membuang perasaanku, apa aku sanggup ? Tidak ada kata sanggup jika aku belum mencobanya.

Kelas menjadi sepi, hanya ada beberapa orang yang bercanda dan mengelompok di sudut kelas.

"Kantin yuk in? Em tasya sama rania udah ada di depan kelas nunggu kita" ajak frida.

Aku hanya menoleh lalu mengangguk pelan.

*

"Huh ramainya" aku mengeluh, "panas banget hari ini" menatap matahari yang menyengat hari ini.

"Sabar in, ntar habis ini kita ke perpustakaan?" kata Rania.

"Mau ngapain sih ran" jawabku malas.

"Ngadem dong ckck" jawabnya tertawa puas, tasya dan fridapun ikut tertawa,aku hanya membulatkan mataku kepada mereka.

"Sudah yuk ke perpus" ajak frida.

Serentak kami mengangguk dan bergegas ke perpustakaan, aku berlari menuju perpustakaan.

"Inaya kau ini pelan aja jalannya jangan lari"

"Aku sudah lama nggak baca buku, ntar aku mau minjem buku ah"

Jarak yang tidak begitu jauh, kini aku tepat di depan perpustakaan. Aku masuk kedalam disusul teman-temanku.

"Mas bian , pak zidhan " mereka tersenyum ketika aku menyapa,
Mas bian adalah penjaga perpustakaan begitu pula pak zidhan.

"Eh inaya" kata mas bian sedikit mengodaku.

"Inaya mau minjam buku" lanjut pak zidhan.

"Iya pak, ih mas bian diem bisa nggak sih!"kataku sewot.

Tanpa ku sadari dia ada di sana bersama teman-temannya, duh aku mulai tidak terkendali, mulai bingung akan langkah kakiku, 'kenapa dia disini sih?" batinku.

"Eh in, kesana yuk cari novel" ajak frida.

Aku berjalan mengingkuti langkah frida, aku menundukan kepala dan sesekali melihat sekeliling berpura-pura tidak tahu keberadaanya.

Aku tepat berdiri di rak yang tinggi dimana semua novel tertata rapi di dalamnya, aku mulai mencari namun mataku tidak henti mencuri pandangnya.

"Eh gus, nanti pelajaran matematika kan?" kata Naufal.

"Iya " kata aguston.

Samar aku mendengar percakapan mereka, ku lihat mereka diam  membaca buku sesekali berbicara dan tertawa.

Ketika aku melangkah keluar dari rak buku yang menjulang tinggi itu "eh inaya katanya nyari Naufal" kata salah satu temannya yang membuatku berhenti, mataku mulai membulat dan dengan segera aku melangkah menuju meja mas bian, entah siapa dia yang berkata seperti itu,' tidak bisakah diam' gerutuku dalam hati.

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang