Tiga puluh satu

400 33 9
                                    


" udah sono"ibu mendorong naufal sampai di depan pintu, melihat itu inaya hanya tersenyum.

" iya-iya Assalamu'alaikum "

"Wa'alaikumussalam" ucapnya sebelum menutup pintu.

Naufal sangat heran. Tidak ada teman naufal yang dapat dengan mudah akrab dengan ibu, selain aguston. Terlebih inaya baru pertama kali bertemu dengan ibunya.

------

Naufal mengantarkan inaya tepat di depan rumahnya.

" mau masuk fal?"inaya mencoba menawarkan naufal.

"Hmm mungkin lain kali.. Menunggu waktu yang tepat" jawabnya sembari tersenyum menghadap langit, entah apa yang dia ucapkan dalam doanya, dia seperti berdoa kepada yang kuasa.

"Maksutnya?" tanya inaya bingung. Bukannya membalas dia malah memakai helmnya lantas pergi setelah mengucap salam.

Entah mengapa pipi inaya panas, jantung berdegup keras, keringat dingin mulai deras mengalir. Padahal cuaca siang ini tidak begitu menyengat.

*

Eric telah menceritakan semua kepada inaya tentang kejadian dirumah naufal.

"Ayolah in, Bantu Aku"rengek eric kepadanya.

"Tapi janji jangan sakiti dia lagi"

Eric terasenyum mantap, mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking inaya.

Dia percaya pada eric, walaupun eric brengsek eric tidak pernah mengingkari janjinya. Dia akan berusaha untuk membantu eric, menjadi lebih baik, dan membantunya untuk bisa dekat dengan imelda.

*
Inaya yang sedang membereskan kamarnya, tiba-tiba melihat ponselnya menyala. Dia meraihnya lantas membukanya.

Rania : pagi, cemungut sekolah iya

Frida : hoammm... Iya

Ternyata pagi ini dia mendapat pesan dari sahabatnya.

Inaya : wah kalian...

Tasya : in ? Sibuk terus ya?

Inaya sedikit merasa bersalah ketika membaca pesan itu. Dia melangkah ke meja belajarnya, lantas bersandar di dinding.

Inaya : iya, lagi banyak acara.

Rania : acara? Kemarin siang yang pulang di antar naufal siapa ya?

Deg

'Dari mana mereka tahu?'pikir inaya

Inaya : ha? Kamu tau dari mana?

Tasya : sebenarnya kemarin kami datang kerumahmu, tapi kamu nggak ada wuuu😕😕

Rania : iya in, kami nunggu di rumahnya vira

Inaya : masak? Duh maaf.. Kalian nggak bilang sih

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang