Dua Puluh

355 44 2
                                    

(Author POV)

Besok adalah hari terakhir pelaksanakan ulangan kenaikan kelas, yang beberapa hari ini telah membuat inaya sibuk berkutat dengan buku.

Inaya tidak ingin melihat kakaknya kecewa untuk yang kesekian kalinya, dia memiliki cara belajar sendiri dengan mencatat hal yang sekiranya mudah untuk di ingat, terkadang dia belajar di depan televisi namun sama sekali dia tidak merasa terganggu.

Menurut inaya belajar di depan televisi yang menyala itu sangat membantu inaya dalam belajar, setiap orang memiliki cara tersendiri untuk belajar bukan?

Ketika dia belajar tak jarang, Naufal ada di benaknya, yang membuat inaya jadi tersenyum tidak jelas, selain orang tua dan kakaknya. Naufallah yang membuat inaya semangat belajar.

*

"Huh inaya, soalnya susah sekali" fais menepuk bahu inaya ketika melihat inaya keluar dari kelas.

"Halah kamu ini is, ngomong susah tapi keluar duluan"

"Aku ini nggak yakin sama jawabanku in, aku jawab asal-asalan saja"

"Bohongnya gede banget"

"Astagfirullah in"

"Iya deh percaya"inaya sengaja menyudahi percakapannya dengan faiz.

Inaya duduk di depan kelas bersama faiz, menunggu teman-teman yang lain selesai mengerjakan soal UKK, seperti biasanya inaya mengulang kembali materi yang semalam dia pelajari, agar dapat lebih siap mengerjakan soal selanjutnya.

Tidak peduli dengan kebisingan yang mulai timbul karena celoteh siswa yang mulai keluar dari kelas, dia tetap fokus dengan buku yang ada ditangannya seakan ingin melumat habis buku tersebut.

" in, ya Allah swt soalnya susah bener"imelda menepuk bahu inaya.

"Astagfirullah, imelda kamu ini bikin jantung mau loncat aja"

Imelda tidak memperdulikan ocehan inaya terhadapnya, dia duduk di samping inaya dengan wajah tanpa dosa.

"Eh anak cicak kutu loncat"

"Sialan lu is"

"Sini lu aku mau ngomong"

"Ogah, aku mau belajar"

Faiz mendengus kesal karena penolakan dari imelda, inaya hanya tersenyum menggelengkan kepalanya, dia heran tak biasanya imelda berkata kasar kepada faiz.

Kringg......

Suara bell tersebut membuat jantung inaya berdegup cepat, dia belum memahami betul materi dari pelajaran ekonomi yang akan dia kerjakan nanti.

"Kenapa mesti bel sih"

"Iya el, aku masih butuh belajar sedikit lagi"

"Duh pasrahlah aku"

"Lihat el" inaya menunjuk guru yang akan menjaga di kelasnya (tempat mengerjakan soal ulangan kenaikan kelas).

"Duh arghhh udahlah pasrah tenan aku in" imelda mengacak rambutnya kasar, dia mendengus pasrah.

Semua siswa masuk kedalam kelasnya masing-masing dan mulai mengerjakan soal yang ada, begitu pula inaya yang sekarang ini sedang serius mengerjakan soal yang berada di hadapannya.

Waktu pengerjaan kurang 10 menit lagi, inaya mulai mengoreksi ulang semua jawabanya sebelum dia meninggalkan kelas.

Satu persatu siswa meninggalkan kelas, inaya melirik ke faiz mengisyaratkan bahwa dia ingin keluar, faiz mengangguk kemudian bangkit dengan di susul inaya.

"In pulang bareng yuk"

"Ayo"

Inaya melihat ke dalam kelas, dan melambaikan tangan kepada imelda.

"Is kamu bawa motor?"

"Iya, pulang sekarang yuk! Mumpung masih sepi" faiz mulai melangkah di depan inaya.

"Jalannya pelan-pelan dong mas"inaya berusaha menjajari jalannya faiz.

Seakan tidak peduli terhadap langkah inaya yang kecil, faiz tetap melangkah didepannya, jauh di depan karena langkah faiz cukup lebar kira-kira 2 langkah inaya adalah 1 langkah faiz.

" kamu tunggu sini dulu in, aku ambil motor dulu"

Inaya hanya mengangguk, dia melihat faiz sedang mengendarai motor ke arahnya, kemudian mereka pulang bersama, faiz mengantarkan inaya terlebih dahulu, lalu pulang menuju rumah

*

(Clasmeeting)

Setelah  ulangan kenaikan kelas, dilanjutkan dengan persaingan antar kelas, setiap kelas akan mengikuti beberapa perlombaan yang telah di siapkan oleh anggotan panitia dari MPK dan OSIS.

Kali ini inaya mengikuti lomba tarik tambang bersama 9  teman-tamannya, kali ini mereka bertanding dengan anak kelas 12.

'Bakal kalah ini, badan aja udah beda, kelas 12 pula duh pye iki ' batin inaya.

Keringat mengalir deras di wajah inaya, mereka dengan kekuatan semaksimal mungkin menarik tali tersebut, namun kemenangan tak berpihak pada inaya dan teman-temannya, inaya kalah dengan luka yang berada di telapaknya, akibat gesekan yang timbul saat menarik tali tersebut.

Dan dilanjutkan dengan perlombaan yang lain.

###***
Ayolah kawan, tinggalkan voted kalian ! Hargain ceritaku !

Makasih voted kalian
Loveyou

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang