Dua Puluh Lima

319 36 0
                                    

Naufal POV

"Baik, saya cukup berterimakasih atas usulan yang telah disampaikan, kita akan buat tim perencana, untuk mengatur semua kegiatan, oke saya akan menentukan siapa saja tim perencana, saya memilih imelda, inaya, dan friska bagaimana apakah kalian sanggup? Nanti saya juga akan membantu sebisa mungkin" kataku

Aku sangat terkejut akan sikap inaya kepadaku, entah kenapa aku merasa dia seperti malu terhadapku, 'ada apa dengan inaya sebenarnya?'batinku

Bertemu inaya hari ini membuat semangatku bangkit, selama hampir 4 tahun tidak pernah bertemu seperti ini, biasanya kami tidak sengaja bertemu di suatu tempat, kami selalu bungkam tak berbicara, seperti waktu itu ketika kami bertemu di Halte bis.

(Flashback)

Ketika aku hendak masuk ke dalam halte, aku melihat  inaya dan ke tiga sahabatnya, ingin rasanya aku menyapa dirinya, namun aku belum siap dan masih takut akan perasaanku, jadi aku memutuskan untuk diam, dan duduk di keramaian.

Sesekali aku melirik, mencari tau apa yang mereka lakukan, ku lihat mereka sedang berbisik, entah apa yang mereka bicarakan.

"In Naufal" inaya menoleh kearahku, lantas aku kelimpungan harus bagaimana, aku berpura-pura tidak tau keberadaan dirinya.

Saat ku rasa inaya tidak melihat ke arahku, aku mencoba melihatnya, melihat wajah teduhnya, namun 'kenapa inaya menundukan kepalanya, apa yang sedang dia pikirkan? Kenapa dia terlihat sedih'tanyaku dalam hati.

aku tidak bisa melihatnya seperti itu, di mana wajah cerianya yang selalu di perlihatkan. kenapa dia murung seperti itu, dengan perasaan yang masih kacau aku masuk kedalam bis.

"Eh bis nya udah datang in, tapi penuh ik"

"Nunggu, bis kedua aja"

Aku mendengar sedikit percakapan mereka, kulirik inaya sedang tersenyum. Namun senyumnya sendu tidak sama seperti yang dulu, bis yang ku tumpangi pun berlalu, dalam kelajuan bis aku masih menatap ke halte, sampai bis melaju jauh hingga halte tidak terlihat lagi.

(Flashoff)

"Naufal" aguston menepuk bahuku, ternyata semua orang melihat kearahku bingung.

Aku membenahkan peciku, lantas tersenyum "Ada apa?"tanyaku.

" ngalamun aja lu, noh inaya ngomong sama lu, bukan sama limbat ya in?" guru aguston

Aku melirik inaya, dia sedikit terkekeh dengan tangan yang menutup mulutnya, aku menaikan alisku.

"Kenapa in"

"Gpp, cuman mau ngomong ingsa'allah fal, jika memang kami dapat mengemban tugas tersebut, kami akan berusaha, maaf sebelumnya, friska yang mana?"inaya mengucapkannya dengan penuh kehatian, lembut dan dia menundukan pandangannya terhadapku.

"Iya in, friska nanti kalo sudah datang akan aku kenalkan"

"Ouh jadi telat nih" imelda bercakap sengit.

"Iya, dia sedang ada urusan"

"Kok lu tau?"

"Ya kan naufal deket sama friska" tanpa babibu aguston menjawab pertanyaan imelda.

"Eh apa'an sih? Ndak kok. Tadi dia ijin ke aku" jelasku, ku lihat inaya hanya diam, entah apa yang di pikirkannya., sedang imelda hanya ber oh ria, entah mengiyakan atau sebaliknya, dia tidak percaya denganku.

"Yaudah fal" inaya tersenyum, rasanya sangat damai, melihat senyumnya.

"Oke, kita akhiri perjumpaan, pada hari ini, jika ada yang belum jelas, coba tanya kan!" hening, tak ada suara beberapa saat.

"Kebungkaman kalian menunjukan, kalian faham.. Sebelum mengakhiri rapat pada hari ini, berdoa di persilahkan" lanjutku, kami semua menundukan kepala dan berdo'a kepada Allah swt.

###**

Maaf ya siders,, author sedang sibuk dengan banyak kegiatan sekolah,, segini dulu ya...

Jangan lupa voted

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang