Sepuluh

580 54 2
                                    

Imelda menatapku heran, aku hanya tersenyum malu.

"Kita itu masuk X4, tuh lihat" jelas imelda menunjukan tulisan yang ada di papan tulis, cukup besar ukurannya tapi sedari aku masuk, aku tidak memperhatikan sekelilingku, jadi aku tidak tau jika ada tulisan di papan putih itu.

"Oh Ya Allah swt, bodohnya aku" kataku khilaf.

"Kamu ini lucu in" katanya tertawa terbahak.

Aku hanya tersenyum, aku bahagia bisa kenal imelda, di dekat dia aku merasa dekat dengan ketiga sahabatku, sudah lama kami tidak bertemu, rasa rindu menggebu dalam hati, namun aku tahu ini semua karena sekarang kita di sibukan dengan urusan masing-masing sehingga sulit untuk bisa bertemu, tapi terkadang kami masih berkomunikasi menanyakan kabar.

*

Sudah 1 bulan lebih aku menjadi Anak SMA, aku mulai bisa beradaptasi dengan teman satu kelasku.

"Kira-kira Naufal sekolah di mana ya?" kataku lirih

"Kenapa in? Naufal?"

Oh tidak ternyata suaraku terdengar oleh imelda.

"Ah tidak papa kok" telakku

"Cerita dong !"

Aku berfikir panjang untuk menceritakannya, lagi pula imelda sudah menjadi sahabatku, jadi aku mulai menceritakan semua perasaanku terhadapnya.

"Oh jadi begitu in, lha kamu masih suka in?" katanya penasaran.

"Nggak tau, aku mau mencoba melupakan dia el" aku menunduk pasrah.

"Dia anak mana sih?"

"Aku tidak tau, yang pasti dia nggak satu sekolah sama kita, dia anak SMK tapi aku nggak tau SMK mana" jelasku.

Imelda mengangguk mengerti, "sudahlah in, semoga kamu cepat melupakan dia" katanya.

Memang rasaku tak henti untuknya, detik inipun aku mencintainya, bagai angan memeluk angin yang lepas, selalu terhempas tak pernah tersentuh, hempasan yang menggores luka, tiap kali bangkit angin itu memberi kesejukan namun kesejukan itu membuat aku lupa akan hembasan yang akan tadang lagi, namun kali ini aku sadar, tongkatku kini telah ku pegang kuat sehingga untuk beberapa kali aku bisa menahan dan sedikit melangkah,lantas senyum mengembang seperti bunga yang mekar saat sang surya datang memberi sinarnya dengan lembut, aku mulai lupa dan kembali menjajaki segala rutinutasku di sekolahku ini.

*

Tak ada yang sama ketika aku menjadi anak SMA, semua telah berubah, aku merasa seperti seonggok kayu yang berdiri sendiri, hanya ada imelda yang menemani setiap hariku.

Pagi ini ku lihat imelda masuk ke dalam kelas dengan raut muka yang masih mengantuk.

"Inaya" dia duduk di sampingku.

"Apa? Kamu kenapa sih el" kataku.

"Contekin prmu aku lupa, tadi malam aku tidur malam banget, jadi masih ngantuk hoaammm" ucapnya menguap.

"Hih jorok, tutupin dong ntar kalo ada serangga masuk gimana?"

Dia hanya terkekeh dan mengambil buku PRku, dia mulai agresif menyalin semuanya, sudah biasa akan kelakuannya jadi aku hanya tersenyum melihat tingkahnya, walaupun terkadang aku kesel hehe, imelda ini kayak kelelawar dia selalu tidur di atas jam 11 malam, siangnya saat pelajaran dia akan tidur tanpa di ketahui orang hebat bukan?

"Ini in makasih"

"Yap sama-sama, tadi malam tidur jam berapa?"

"Jam 11 lagi in, lah gak bisa tidur aku"

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang