Sembilan

635 50 19
                                    

Alhamdulillah itu yang selalu keluar dari mulutku, bagaimana tidak kami membawa piala hari ini.

Ya hari ini adalah hari senin, ya kalian pasti tau setiap hari senin pasti akan di laksanakan upacara bendera, namun kali ini adalah upacara bendera yang paling berkesan menurutku, karena di depan sana ada piala kami yang berjejer rapi.

"ntar kita maju sama-sama" kata indah yang sedang senang.

Aku mengangguk begitu pula teman-temanku, kini kami melaksanakan upacara bendera, anak PMR baris di sebelah kelas 9G, yah tentu sangat membuatku salah tingkah, apa yang harus ku lakukan, aku hanya diam dan mengikuti upacara dengan hikmah, yah sesekali mataku ini sedikit melirik kearahnya, beberapa hari aku tak berjumpa dengannya, ini sangat membuatku rindu akan senyum manisnya.

Upacara telah berakhir, semua menjadi gaduh setelah, pak aziz mengumumkan pengumuman.

"Alhamdulillah, piala kita bertambah lagi, anak-anak PMR mendapatkan juara 1 PP,juara 3 peralatan bencana,dan mendapat Greet 3B, anak-anak PMR maju kesini untuk menyerahkan pialanya kepada kepala sekolah"

Lantas kami berjalan menuju ketengah lapangan, ribuan siswa melihat kearah kami, kami tersenyum bangga, setelah melewati sesi pemotretan, kami berjabat tangan dengan para guru dan kepala sekolah, lalu kembali ke dalam kelas masing-masing.

*

(Kelas)
Aku mulai memasuki kelasku, ku lihat tatapan bangga keempat sahabatku, mereka menghampiriku dan memelukku erat .

"Selamat inaya" bergilir temanku mengatakan itu berulang kali.

"Makasih luv kalian ckck" lebay deh kedengarannya, ah sudahlah aku tidak peduli, tabiatnya aku memang anak yang aktif, lebay dan banyak teman, hampir satu angkatan kenal dengan aku, tapi dengan sombongnya terkadang aku tidak mengenali mereka, ya bukan di bilang sombong sih, lah aku harus gimana? sebagian besar siswa di sekolah ini mengenalku, tetapi aku sama sekali tidak mengenali mereka.

Bahkan pernah waktu itu aku sedang berjalan sendiri, sehabis dari kamar kecil.

"Inaya" sapa seseorang yang aku tidak mengenalnya, dengan tatapan keheranan aku tersenyum membalas sapanya.

"Heh in ngalamun aja, iya iya yang menang" kata Rania mengejek. Aku menatapnya sinis, seakan malas berdebat dengannya.

"Eh in besok kita udah tryout em pengen cepet-cepet SMA" kata frida.

Aku hanya tersenyum, sebentar lagi aku akan berpisah sama ke empat kawanku ini, mereka sahabatku yang selalu ada untukku, menghiburku bagaimana nanti jika kita benar-benar akan berpisah?

"Eh inaya mah dari tadi ngalamun terus"kata frida.

"Iya nih ngalamunin naupal terus" kata tasya.

"Ih apaan sih? Aku tuh lagi bayangin gimana aku kalau kita pisah sekolah" kataku sedih.

"Iya ya kita bakal pisah" kata Rania.

Kami saling berpelukan, menenangkan satu sama lain, berjanji akan tetap menjadi sahabat untuk selamanya.

*

Kini aku sibuk akan ujian-ujian kelulusan di sekolah kami, melelahkan namun dengan semangat aku terus menjalani semua ujian itu.

Akhir di penghujung ujian tibalah kami, di pensi akbar pelepasan kelas 9, banyak anak menampilkan berbagai atraksi dan bakat mereka, pensi ini sangat meriah.

"In naufal in dia datang kemari in" kata Rania.

Naufal memang menjadi panitia pensi, memang setiap kelas mewakilkan 5 anak untuk menjadi panitia pensi, aku awalnya ingin ikut namun lantas mengundurkan diri saat aku tau dia jadi panitia juga.

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang