Tiga Puluh Dua

447 39 0
                                    

Inaya hanya diam dan diam, sesekali menoleh kearah friska. Merasa di perhatikan, friska menoleh menatap inaya lekat. Bukan tatapan yang ramah yang dia dapat, inaya kaget luar biasa. Friska terlihat garang menatapnya, namun inaya berusaha tersenyum menatapnya.

"Tuh kan? Ku bilang apa? Hati-hati kamu sama dia"lagi-lagi imelda memperingatkan.

---------

Inaya POV

Aku duduk di deretan bangku kantin, menopang kepalaku dengan tanganku, sesekali berkeluh kesah menenggelamkan mukaku di lipatan tanganku di meja.

Entah kenapa aku merasa friska amat membenciku, sorot mata yang tidak bersahabat itu selalu muncul ketika aku berusaha tersenyum padanya.

" sudahlah in nggak usah dipikirin"imelda mencoba menghiburku.

Aku hanya bisa menatapnya sendu, entah kenapa aku merasa ada beban dihatiku, melihat sekeliling yang ramai akan candaan murid lain tak lantas membuatku tersenyum, beberapa murid yang melintas di meja kami dengan hangat menyapaku, tapi seolah aku tidak peduli.. Ya ya aku lebay *ups

"Assalamu'alaikum mel"

"Wa'alaikumussalam" jawab imelda ketika mendengar salam dari eric. Sedang aku hanya membalasnya dengan pelan juga senyum yang aku paksakan.

Eric menatapku penasaran"Kamu kenapa?"

"Gara-gara itu Si nenek sihir, jadi inaya galau deh" imelda menudingkan jarinya tepat ke arah friska yang sedang melintas bersama dua temannya.imelda terbelalak ketika mengetahui eric ternyata tidak ada disebelahnya"eh loh eh kemana tuh anak?"tanyanya pada diri sendiri.

"Maksut lo apa ngatain gue nenek sihir hah?" bentak friska ketika dia mendengar perkataan imelda, lantas membuat semua murid melihat kearah kami.

Aku benar-benar terkejut melihatnya.

"Nyadar mbak?"kata imelda datar.

"Bacot loh!!!" friska memegang pipi imelda dengan satu tangannya, ku lihat imelda sangat kesakitan.

Banyak siswa yang melihat kejadian ini hanya diam menonton saja. Tak ada yang berani melerai atau menolong kami.

Tentu saja mereka takut dengan friska, friska adalah anak dari donatur terbesar di sekolah, dia juga terbilang anak populer. Tapi jujur saja aku tidak mengetahui hal itu sebelum aku mengenalnya waktu itu.

"Lepaskan!!!" aku mencoba melepaskan tangan friska dari wajah imelda, namun dia malah mendorongku hingga jatuh ke lantai kantin.

"Eh lu, wanita nggak tau malu. Bisanya ngrebut cowok orang" kali ini friska meralih kearahku, dia melepaskan wajah imelda. Aku masih merintih sakit karena dorongan yang kuat dari friska.

Kali ini tangannya memegang tanganku erat. Aku meringis kesakitan, entah apa yang memasuki tubuh wanita ini hingga dia berbuat sejahat ini.

Dia menarik lenganku dengan kasar, dia membawaku pergi dari kantin. Dengan bersusah payah imelda membantuku melepaskan cengkramannya, namun sayang dia tidak berhasil. Dia malah terjatuh kelantai.

"Friska jahanam kau" kata imelda yang masih dalam keadaan terduduk karena jatuh.

Friska membawaku menuju sebuah gedung sekolah yang lama tidak terawat, dia berhenti lantas mendorongku kelantai.

"Dasar wanita penggoda!!!" katanya keras, sampai sakit telingaku mendengarnya, dan apa? Apa yang dia katakan? Aku wanita penggoda? Aku benar-benar tidak mengerti dengan apa yang dia katakan.

"Apa maksutmu? Kenapa kamu bilang aku wanita penggoda, aku bukan wanita seperti itu" teriakku sambil memegang tanganku yang sakit di pegang olehnya.

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang