Dua Puluh Empat

344 33 0
                                    

Imelda memarkirkan motornya, ketika dia berbalik menuju arah inaya dia terkejut melihat inaya dengan seorang lelaki, terlihat inaya sangat malu dan tersenyum tipis berbicara dengannya.

"Siapa cowok itu?"katanya pada diri sendiri, perlahan imelda datang menghampiri inaya, langkah yang amat pelan, karena dia melihat raut muka sahabatnya yang bahagia disana.

Imelda menghentikan langkahnya ketika melihat laki-laki datang menepuk pundak lelaki yang berada didepan inaya. 'siapa mereka?'batin imelda.

Imelda melanjutkan langkahnya menuju inaya dan dua pemuda itu, terlihat lelaki itu memperkenalkan temannya kepada inaya, yang di sambut senyum manis inaya.

----

Inaya POV

" Assalamu'alaikum in"kata lelaki yang menghampiriku.

Deg
Jantungku seakan berhenti berdetak, melihat siapa yang ada di depanku, sosok lelaki yang ku rindukan, ya Naufal saat ini berada di depanku memberi senyum manisnya.

"Eh wa wa'alaikumussalam" aku tersenyum malu, menundukan pandanganku.

"Apa kabar?"

"Alhamdulillah baik, bagaimana denganmu?"

"Alhamdulillah, em ikut organisasi ini juga?" Naufal mengusap sebagian kepalanya, entah karena gatal atau tidak.

Aku hanya tersenyum, sembari diikuti anggukan, aku memutar bola mataku kearah imelda yang sedang memarkirkan motornya " duh imelda "rintihku pelan.

" in?"panggilnya.

Aku menoleh, menaikan salah satu alisku.

"Masih inget dia?"

"Iya, yang selalu bersamamu di perpustakaan kan? Aguston kalau tidak salah" Nanyaku memastikan.

Naufal tersenyum, dia mulai memperkenalkan aku dengan Aguston, memang dulu aku satu sekolah dengannya, namun aku tidak begitu mengenalnya.

"Ouh jadi kamu yang namanya ina-" perkataannya di potong oleh Naufal"kan kalian satu sekolah"

Aku hanya bisa menatap bingung kedua lelaki yang ada dihadapanku,"Satu sekolah?"kataku.

"Oh kamu anak SMA 10 juga" aguston menggaruk kepalanya.

Mataku mengarah pada aguston"em iya, tapi aku tidak tau kamu, maaf"kataku lirih.

"Haha nggak papa"aguston terkekeh.

"Inaya?" imelda memegang pundakku, aku menoleh tersenyum lega 'akhirnya imelda datang juga'batinku.

"Ouh ya, kenalin ini temanku imelda" mataku tertuju kepada Naufal dan Aguston "imelda ini Naufal, dan yang ini Aguston" lanjutku.

Mereka saling berjabat tangan memperkenalkan diri.

"Yaudah, masuk yuk nggak enak sudah di tunggu" Naufal mengajak kami masuk, kami hanya mengangguk dan tersenyum.

"Naufal ? Dia? Apa dia in?" imelda menunjuk punggung Naufal, aku hanya menatapnya dengan senyum mengiyakan, imelda hanya ber oh ria menganggukan kepalanya.

"Assalamu'alaikum" ucap kami berbarengan.

"Wa'alaikumussalam" jawab mereka yang sudah duduk di dalam.

"Oh masuk-masuk... Loh inaya kamu ikut juga?"

"Loh meli, kamu disini juga? Wah senang sekali"kataku kaget, melihat meli yang bangkit dari duduknya menghampiri kami yang baru datang.

" iya in, aku baru satu bulan ini mengikuti organisasi ini"jelasnnya.

"Oh jadi gitu, nggak ngajak-ngajak ya mel, bagus" kataku dengan logat marah.

"Maaf, aku di ajak aguston" lantas aku melirik aguston, lalu kembali memutar bola mataku menatap meli tajam"kalian?"kataku.

"Ah sudah-sudah" meli mengalihkan pembicaraan.

Lantas kami duduk, dan memulai rapat, ternyata Naufalah ketua organisasi ini.

"Assalamu'alakum wr.wb" katanya mengawali rapat.

"Wa'alaikumusalam wr.wb" jawab kami.

"Em sebelumnya saya berterimakasih sudah meluangkan waktu untuk datang kemari, langsung saja ke topik. Saya ingin bertanya bagaimana proposalnya sudah jadi mel?"

"Alhamdulillah sudah, saya juga sudah mendapatkan beberapa donatur yang siap mendonasikan uangnya untuk acara ini"

"Alhamdulillah, bagaimana dengan tempat yang akan kita tuju ? Apakah sudah survei?"

"Sudah, kita sudah datang ke daerah terpencil ada sebuah panti asuhan yang belum tersentuh tangan, saat saya dan aguston survei, kami sangat prihatin melihat keadaan disana, tempat yang tak cukup luas menampung banyak anak yang di telantarkan orang tuanya, mereka sangat hidup sederhana, walau dalam keterbatasan mereka tetap terlihat bahagia"kata fauzan.

Di organisasi ini terdapat sekitar 15 orang yang terdiri dari 5 perempuan dan 10 orang laki-laki.

Aku mendengarkan dengan saksama, walau sebenarnya aku belum paham dengan saksama, apa yang sedang di bicarakan.

" bagus, berarti kita akan melakukan baksos disana, em ada pendapat lain untuk acara yang aka kita lakukan?"

"Boleh saya mengusulkan sesuatu?" kataku memberanikan diri bertanya.

Naufal mengalihkan pandangannya ke arahku, lantas karena reflek aku menundukan kepalaku 'duh biasa aja in'batinku.

"Oh ya in, boleh"

Aku mendongakan kepalaku menatap mereka"seperti apa yang di bilang fauzan, bahwasannya tempat panti asuhan itu sangat memperhatinkan, bagaimana kalo kita renovasi? Ya nggak usah berlebih, ya kita gotong royong gitu membersihkan tempat itu, ya sekadar merapikan agar terlihat layak ditempati dan memperbaiki apa yang bisa kita perbaiki, ya itu aja sih"jelasku

"ide yang bagus, selain itu kita juga dapat mengajarkan mereka tentang kebersihan, em selain itu bagaimana kalau kita juga mengajak anak panti asuhan tersebut untuk menanam pohon?"usulanku di terima, bahkan meli ikut menimpali dengan usulan yang cukup mendukungku.

"Ah iya iya, kita kan juga udah buat rancangan kegiatan, lah bagaimana kalo kegiatan kita di mulai dari pagi sampai pagi hari, kita bisa gotong royong saat pagi hari, dilanjut dengan menanam tanaman yang bermanfaat  ya pokoknya kita bisa menghabiskan waktu dengan hal-hal yang bermanfaat selagi menunggu azan magrib, selain itu jarang-jarang kita bisa buka puasa dan sahur bersama anak panti asuhan" dilanjut usulan imelda.

Setelah usulanku itupun, banyak juga yang mengusulkan usulannya sebagai tanda  mensetujui usulanku.

"Baik, saya cukup berterimakasih atas usulan yang telah disampaikan, kita akan buat tim perencana, untuk mengatur semua kegiatan, oke saya akan menentukan siapa saja tim perencana, saya memilih imelda, inaya, dan friska bagaimana apakah kalian sanggup? Nanti saya juga akan membantu sebisa mungkin" kata Naufal

##***

Banyak yang tanya "kemana Naufal?" ini nih kali ini saya akan membuat Naufal POV , tunggu aja ya di part selanjutnya

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang